Bahaya Leptospirosis – Musim hujan membawa banyak tantangan, salah satunya adalah meningkatnya risiko penyakit yang ditularkan melalui genangan air yang tercemar. Salah satu penyakit yang patut diwaspadai adalah leptospirosis, infeksi bakteri yang ditularkan melalui air kencing tikus. Masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan dan menjaga kebersihan lingkungan guna mencegah penyebaran penyakit ini selama musim hujan.
Kasus Leptospirosis di Yogyakarta
Menurut data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta, sejak Januari hingga November 2024 tercatat tujuh kasus leptospirosis, dengan satu kasus berujung pada kematian. Meskipun jumlah kasus tersebut tidak menunjukkan lonjakan signifikan saat memasuki musim hujan, risiko penularan tetap ada.
Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinkes Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu, menegaskan pentingnya penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk mengurangi risiko infeksi. “Prinsipnya, jika masyarakat melakukan PHBS, kasus leptospirosis bisa dikendalikan,” ujarnya.
Apa Itu Leptospirosis?
Leptospirosis adalah penyakit bakteri yang disebabkan oleh Leptospira, bakteri yang biasanya ditemukan dalam air kencing tikus. Penyakit ini dapat menyebar melalui:
- Kontak langsung dengan air yang tercemar kencing tikus.
- Luka terbuka atau lecet pada kulit.
- Selaput lendir, seperti mata, hidung, atau mulut, yang bersentuhan dengan air, lumpur, atau genangan air tercemar.
Tikus adalah perantara utama penyakit ini. Genangan air pascahujan sering kali menjadi media penyebaran, terutama jika lingkungan tidak terjaga kebersihannya. Sampah rumah tangga, khususnya limbah makanan, juga berpotensi memancing kehadiran tikus.
Gejala Leptospirosis
Gejala leptospirosis sering kali mirip dengan penyakit lain, sehingga masyarakat perlu mengenalinya dengan baik. Gejala yang umum meliputi:
- Demam tinggi
- Nyeri otot, terutama di area betis dan paha
- Sakit kepala
- Mata merah dan iritasi
- Mata atau kulit menguning (tanda kerusakan hati)
- Diare
Gejala-gejala tersebut biasanya muncul beberapa hari setelah kontak dengan air tercemar. Jika tidak ditangani dengan baik, leptospirosis dapat berkembang menjadi kondisi serius yang menyerang organ vital seperti hati dan ginjal.
Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinkes Kota Yogyakarta, Lana Unwanah, menyarankan masyarakat yang mengalami gejala tersebut, terutama mereka yang bekerja di lingkungan berisiko, untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan atau puskesmas terdekat.
Langkah Pencegahan Leptospirosis
Endang Sri Rahayu mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sebagai upaya utama mencegah leptospirosis. Berikut beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan:
- Menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS):
- Selalu mencuci tangan dengan sabun setelah beraktivitas, terutama setelah kontak dengan air genangan atau lumpur.
- Gunakan alas kaki saat beraktivitas di luar ruangan, terutama di area dengan risiko genangan air.
- Mengelola Sampah dengan Baik:
- Pastikan limbah rumah tangga, terutama sisa makanan, dibuang dengan benar untuk menghindari menarik perhatian tikus.
- Menjaga Kebersihan Lingkungan:
- Bersihkan selokan dan saluran air di sekitar rumah secara rutin agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya tikus.
- Hindari genangan air yang tidak diperlukan, terutama di sekitar tempat tinggal.
- Menggunakan Alat Pelindung Diri:
- Bagi mereka yang bekerja di lingkungan berisiko seperti sungai, sawah, atau tempat genangan air, gunakan sarung tangan dan sepatu bot untuk melindungi kulit dari paparan langsung.
- Deteksi dan Pengendalian Tikus:
- Lakukan survei atau pemantauan populasi tikus di lingkungan sekitar. Sebagai contoh, Dinkes Kota Yogyakarta pada awal tahun 2024 menemukan tikus positif bakteri Leptospira di salah satu kecamatan.
Kewaspadaan dan Edukasi Masyarakat
Penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran mengenai risiko leptospirosis, terutama selama musim hujan. Edukasi tentang gejala, cara penularan, dan langkah pencegahan harus terus disosialisasikan oleh pemerintah daerah dan tenaga kesehatan.
“Sampai saat ini kasus leptospirosis masih aman terkendali, tetapi masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan,” ujar Lana Unwanah.
Dengan penerapan langkah pencegahan yang baik, risiko penyebaran penyakit ini dapat diminimalkan. Pemerintah juga terus melakukan pemantauan di lapangan untuk memastikan kasus leptospirosis tidak meningkat secara signifikan.
Kesimpulan
Musim hujan memang membawa sejumlah risiko kesehatan, salah satunya adalah leptospirosis. Penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan lingkungan, mengelola sampah dengan baik, serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan atau bekerja di lingkungan berisiko tinggi, kewaspadaan ekstra sangat diperlukan. Jika mengalami gejala yang mengarah pada leptospirosis, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.
Dengan kerja sama semua pihak, dari masyarakat hingga pemerintah, ancaman leptospirosis selama musim hujan dapat dikendalikan. Tetap waspada, jaga kebersihan, dan lindungi kesehatan keluarga Anda!
Baca juga artikel kesehatan lainnya.
Leave a Reply