Menang Beruntun di Mahjong Ways Sudah Waktunya Jepe Gede, Mahjong Ways Solusinya! Ini Ciri Khas Bermain Sultan RI Spin Receh Jepe Gede Mahjong Ways Main Mahjong Ways Jam Segini Gara Gara Mahjong Ways Ngopi Sambil Spin Mahjong Ways Susah Move On Dari Mahjong Ways Mahjong Ways Meledak Scatter Berkali-Kali Akibat Perang Dagang Kapan Lagi Spin Dapat Jepe? Mahjong Ways Kuncinya! Mahjong Ways Gacor Parah Scatter Nggak Mau Berenti Nongol Auto Sultan dari Mahjong Ways Modal Cupu Duit Numpuk Scatter Sering Banget Nongol di Mahjong Ways Ngerti Nggak Sih modal dua puluh ribu slot mahjong slot mahjong slot mahjong slot mahjong slot mahjong slot mahjong
https://ademsari.co.id/ https://bitcoinnews.co.id/ https://dermaluz.co.id/ https://jiexpo.co.id/ https://donghan.co.id/ https://icconsultant.co.id/ https://metroindo.co.id/ https://bentogroup.co.id/ https://gatranews.co.id/ https://kacapatri.co.id/ https://gemilangsukses.co.id/ https://siomom.id/ https://situskita.id/ https://masyumi.id/ https://dapurdia.id/ https://baginasipagi.id/ https://bacaajadulu.id/ https://sukagaming.id/ https://sobatsandi.id/ https://ragaminspirasi.id/ https://salamdokter.id/ mobil keluarga
qqcuanhttps://agencuan.com/

8 Obat Alami untuk Atasi Peradangan Kronis

8 Obat Alami untuk Atasi Peradangan Kronis

Atasi Peradangan Kronis – Peradangan kronis merupakan kondisi yang bisa berdampak buruk pada kesehatan jika tidak dikelola dengan baik. Menurut MedicineNet, peradangan yang berlangsung lama dapat memicu berbagai penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes, radang sendi, dan kanker. Oleh karena itu, mengurangi peradangan kronis menjadi langkah penting untuk menjaga kesehatan tubuh.

Selain perawatan medis, ada berbagai bahan alami yang dikenal memiliki sifat anti-inflamasi dan dapat membantu mengurangi peradangan secara alami. Berikut adalah delapan bahan herbal yang dapat Anda coba untuk mengatasi peradangan kronis, sebagaimana dirangkum dari MedicineNet dan Healthline.


1. Kunyit

Kunyit adalah salah satu bahan herbal yang paling terkenal untuk mengatasi peradangan. Kurkumin, senyawa aktif dalam kunyit, memiliki sifat antioksidan dan anti-inflamasi yang sangat kuat.

Manfaat kunyit untuk peradangan meliputi:

  • Meredakan nyeri akibat radang sendi.
  • Meningkatkan kekebalan tubuh.
  • Membantu mengobati alergi, mengontrol gula darah, dan menurunkan tekanan darah.
  • Potensi melawan kanker dan penyakit neurologis seperti Alzheimer.

Untuk mendapatkan manfaat kunyit, Anda bisa menambahkannya ke dalam masakan, membuat teh kunyit, atau mengonsumsinya dalam bentuk suplemen.


2. Jahe

Jahe mengandung lebih dari 100 senyawa aktif, termasuk gingerol, shogaol, zingiberene, dan zingerone, yang memiliki efek anti-inflamasi. Senyawa-senyawa ini bekerja dengan menekan molekul inflamasi dalam tubuh.

Penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi 500-1.000 mg jahe per hari dapat membantu penderita osteoartritis dengan:

  • Mengurangi peradangan.
  • Menurunkan penanda inflamasi seperti Tumour Necrosis Factor (TNF-alpha) dan Interleukin-1 beta (IL-1β).
  • Mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan mobilitas sendi.

Anda bisa mengonsumsi jahe dalam bentuk teh, menambahkannya ke makanan, atau memanfaatkan ekstrak jahe sebagai suplemen.


3. Kayu Manis

Kayu manis dikenal sebagai bahan alami yang efektif untuk mengurangi peradangan kronis. Kayu manis mengandung senyawa bioaktif yang dapat menurunkan penanda inflamasi, terutama untuk penyakit seperti:

  • Penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD).
  • Diabetes tipe 2.
  • Rematik.

Analisis dari 12 penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi 1.500-4.000 mg kayu manis per hari selama 10-11 hari secara signifikan menurunkan penanda inflamasi seperti C-reactive protein (CRP) dan malondialdehyde (MDA).

Kayu manis bisa ditambahkan ke dalam makanan atau minuman, seperti oatmeal, smoothie, atau teh.


4. Bawang Putih

Bawang putih mengandung senyawa allicin, yang memiliki sifat anti-inflamasi dan antioksidan. Konsumsi bawang putih secara rutin diketahui dapat membantu menurunkan peradangan kronis yang terkait dengan kondisi seperti:

  • Penyakit kardiovaskular.
  • Artritis.
  • Diabetes.

Bawang putih dapat digunakan dalam berbagai masakan atau dikonsumsi dalam bentuk mentah untuk manfaat maksimal.


5. Teh Hijau

Teh hijau kaya akan antioksidan katekin, terutama epigallocatechin gallate (EGCG), yang memiliki efek anti-inflamasi. Teh hijau telah terbukti membantu:

  • Mengurangi peradangan kronis pada penderita penyakit inflamasi usus.
  • Menurunkan risiko penyakit jantung dan diabetes.

Minum 2-3 cangkir teh hijau setiap hari dapat memberikan manfaat anti-inflamasi yang signifikan.


6. Minyak Ikan

Minyak ikan mengandung asam lemak omega-3, seperti EPA dan DHA, yang dikenal efektif dalam mengurangi peradangan. Penelitian menunjukkan bahwa omega-3 dapat:

  • Mengurangi peradangan pada penderita artritis.
  • Menurunkan risiko penyakit jantung dengan menurunkan penanda inflamasi seperti CRP dan IL-6.

Minyak ikan bisa dikonsumsi melalui suplemen atau makanan seperti salmon, sarden, dan makarel.


7. Lidah Buaya

Lidah buaya memiliki sifat anti-inflamasi dan penyembuhan yang luar biasa. Selain untuk perawatan kulit, lidah buaya juga bermanfaat untuk mengurangi peradangan di dalam tubuh, terutama yang berkaitan dengan:

  • Masalah pencernaan seperti iritasi usus.
  • Peradangan sendi ringan.

Lidah buaya dapat dikonsumsi dalam bentuk jus atau digunakan secara topikal untuk meredakan peradangan lokal.


8. Cengkeh

Cengkeh mengandung eugenol, senyawa antioksidan yang kuat dengan efek anti-inflamasi. Penelitian menunjukkan bahwa cengkeh dapat membantu:

  • Mengurangi peradangan pada penderita artritis.
  • Melindungi tubuh dari stres oksidatif yang dapat memicu peradangan.

Cengkeh bisa digunakan sebagai bumbu masakan, dibuat menjadi teh, atau digunakan dalam bentuk minyak esensial.


Kesimpulan

Peradangan kronis adalah masalah kesehatan serius yang dapat memicu berbagai penyakit kronis jika tidak ditangani. Menggunakan bahan alami seperti kunyit, jahe, kayu manis, bawang putih, teh hijau, minyak ikan, lidah buaya, dan cengkeh dapat menjadi solusi efektif untuk mengurangi peradangan secara alami.

Meski bahan-bahan ini memiliki manfaat yang luar biasa, penting untuk mengonsultasikan penggunaannya dengan dokter, terutama jika Anda memiliki kondisi kesehatan tertentu atau sedang mengonsumsi obat-obatan.

Dengan pola makan sehat dan gaya hidup yang baik, peradangan kronis dapat dikendalikan, sehingga risiko penyakit serius dapat diminimalkan.

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

Kenali Gejala dan Cara Mengobati Diabetes Melitus pada Anak

Kenali Gejala dan Cara Mengobati Diabetes Melitus pada Anak

Cara Mengobati Diabetes Melitus – Diabetes melitus (DM) pada anak-anak, khususnya diabetes tipe 1, menjadi perhatian utama dalam dunia kesehatan. Penyakit ini terjadi ketika tubuh anak kekurangan insulin secara absolut akibat kerusakan sel pankreas yang disebabkan oleh proses autoimun. Meski sering dikaitkan dengan orang dewasa, diabetes melitus tipe 1 ternyata banyak dialami anak-anak. Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp. A, Subsp. End., FAAP, FRCPI (Hon.), Dokter Spesialis Anak Subspesialis Endokrinologi RS Pondok Indah, menekankan pentingnya kesadaran masyarakat dan tenaga kesehatan akan kondisi ini.

Kurangnya Kesadaran tentang Diabetes pada Anak

“Masalah utama yang terjadi di Indonesia adalah kurangnya kesadaran dari masyarakat bahkan tenaga kesehatan bahwa DM dapat terjadi pada anak, sehingga kasus DM pada anak sering terabaikan,” ujar Prof. Aman, dikutip dari Antara (10/12/2024). Data International Diabetes Federation (IDF) pada 2022 mencatat ada 1,2 juta penderita diabetes tipe 1 pada anak di bawah usia 19 tahun di seluruh dunia. Di Indonesia, kasusnya meningkat signifikan. Menurut data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang dirilis Februari 2023, prevalensi diabetes pada anak di Indonesia mencapai 2 per 100.000 anak usia di bawah 18 tahun, dengan peningkatan kasus hingga 70 kali lipat pada Januari 2023.


Gejala Diabetes Melitus pada Anak

Pengenalan dini terhadap gejala diabetes melitus sangat penting untuk mencegah komplikasi serius. Prof. Aman mengungkapkan beberapa gejala awal yang sering dialami anak dengan diabetes tipe 1, yaitu:

  1. Sering haus (polidipsia) – Anak merasa haus terus-menerus.
  2. Sering buang air kecil (poliuria) – Frekuensi buang air kecil meningkat, terutama di malam hari.
  3. Cepat lelah – Anak sering merasa lemah atau lesu tanpa sebab yang jelas.
  4. Penurunan berat badan drastis – Berat badan turun secara signifikan meskipun nafsu makan tetap.
  5. Mudah lapar – Anak sering merasa lapar meskipun baru saja makan.
  6. Infeksi kulit berulang – Anak lebih rentan mengalami infeksi kulit atau luka yang sulit sembuh.

Jika diabetes melitus pada anak sudah berat, dapat muncul kondisi yang disebut ketoasidosis diabetik (KAD). Gejalanya meliputi sesak napas, mual, muntah, sakit perut, dan bahkan pingsan. Prof. Aman menegaskan bahwa kelalaian penanganan pada kondisi ini dapat berakibat fatal.


Cara Mengobati Diabetes Melitus pada Anak

Penanganan diabetes tipe 1 pada anak membutuhkan pendekatan yang menyeluruh. Prof. Aman menjelaskan bahwa ada lima pilar utama dalam pengobatan, yaitu:

1. Penyuntikan Insulin

Penyuntikan insulin merupakan langkah mutlak karena tubuh anak dengan diabetes tipe 1 tidak dapat memproduksi insulin. Hingga saat ini, satu-satunya cara pemberian insulin yang terbukti efektif adalah melalui suntikan di bawah kulit.

2. Pemantauan Gula Darah

Pemantauan gula darah mandiri perlu dilakukan minimal empat kali sehari, yaitu:

  • Pagi hari saat bangun tidur
  • Sebelum makan
  • 1,5-2 jam setelah makan
  • Malam hari sebelum tidur

Hal ini bertujuan untuk memastikan dosis insulin yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tubuh anak.

3. Pengaturan Pola Makan

Pola makan yang sehat dan seimbang sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang anak dan mencegah komplikasi diabetes. Prof. Aman menyarankan pola makan dengan komposisi:

  • 45-50% karbohidrat
  • 15-20% protein
  • Kurang dari 35% lemak

Pasien dan keluarga juga perlu memahami cara menghitung kebutuhan karbohidrat untuk menyesuaikan dosis insulin, sehingga anak memiliki fleksibilitas dalam konsumsi makanan.

4. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik rutin dapat meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin, mengurangi kebutuhan suntikan insulin, dan menjaga kebugaran. Rekomendasi aktivitas fisik untuk anak dengan diabetes tipe 1 adalah:

  • Durasi 60 menit setiap hari
  • Kombinasi aktivitas aerobik dan penguatan otot serta tulang
  • Penguatan otot dan tulang dilakukan minimal 3 kali per minggu

5. Edukasi

Edukasi kepada pasien dan keluarga sangat penting agar mereka dapat memahami dan mengelola kondisi diabetes dengan baik. Pendekatan ini melibatkan tim medis yang terdiri dari dokter spesialis anak subspesialis endokrin, ahli gizi, psikolog, dan edukator diabetes.


Harapan untuk Anak dengan Diabetes Melitus

Meskipun diabetes tipe 1 memerlukan penanganan khusus, anak dengan kondisi ini tetap bisa hidup sehat, bahagia, dan berprestasi seperti anak-anak lainnya. Prof. Aman menegaskan bahwa kontrol yang baik memungkinkan anak mencapai cita-citanya tanpa hambatan.

“Penyakit ini tidak menghalangi anak untuk hidup sehat dan meraih impiannya. Yang penting adalah dukungan keluarga, pemahaman yang baik, dan pengelolaan penyakit yang optimal,” katanya.


Kesimpulan

Diabetes melitus pada anak, khususnya tipe 1, adalah kondisi yang memerlukan perhatian serius. Dengan mengenali gejala awal, memberikan penanganan yang tepat, dan mendukung pola hidup sehat, anak-anak dengan diabetes dapat tetap menjalani kehidupan yang produktif. Peran keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung anak-anak ini mencapai potensi terbaiknya.

Mari tingkatkan kesadaran tentang diabetes pada anak, karena deteksi dini dan pengelolaan yang baik dapat membuat perbedaan besar dalam kehidupan mereka.

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

Rahasia Panjang Umur: Kunci Sehat dengan Otot Kuat

Rahasia Panjang Umur: Kunci Sehat dengan Otot Kuat

Rahasia Panjang Umur – Mempersiapkan masa pensiun bukan hanya soal menabung atau memiliki dana pensiun yang cukup. Hal yang tak kalah penting adalah memiliki cadangan otot yang cukup untuk menikmati masa tua dengan sehat dan panjang umur. Dalam satu abad terakhir, usia harapan hidup manusia terus meningkat berkat berbagai faktor, termasuk sanitasi yang lebih baik, peningkatan kesehatan masyarakat, nutrisi, dan pengobatan yang lebih efektif. Namun, meningkatkan usia harapan hidup saja tidak cukup jika tidak diiringi dengan kualitas kesehatan yang baik selama masa hidup seseorang.

Perbedaan Usia Harapan Hidup dan Rentang Kesehatan

Usia harapan hidup adalah jumlah waktu antara kelahiran dan kematian seseorang. Namun, rentang kesehatan adalah jumlah waktu seseorang hidup dengan kondisi sehat dalam rentang usianya. Saat ini, banyak lansia menghabiskan sisa hidup mereka dalam kondisi kesehatan yang buruk, yang tentunya menurunkan kualitas hidup. Tantangan besar yang dihadapi saat ini adalah mempersempit kesenjangan antara usia harapan hidup dan rentang kesehatan, sehingga seseorang dapat menikmati masa tua dengan kualitas hidup yang baik dan tetap mandiri.

Mengapa Memiliki Otot yang Kuat Itu Penting?

Salah satu tantangan terbesar pada populasi yang menua adalah penurunan massa otot, kekuatan, dan fungsinya, yang dikenal sebagai sarkopenia. Kondisi ini berdampak serius, seperti:

  • Gangguan fungsi tubuh.
  • Penyakit metabolik.
  • Risiko terjatuh dan patah tulang.
  • Kehilangan kemandirian.

Otot manusia memiliki peran penting, bukan hanya sebagai penggerak tubuh, tetapi juga dalam mendukung fungsi metabolisme tubuh. Berikut adalah beberapa fungsi otot yang sering diabaikan:

  • Menjadi penyangga glukosa dan lipid (lemak).
  • Mendukung metabolisme istirahat (jumlah kalori yang dibakar tubuh saat beristirahat).
  • Sebagai “penyangga” asam amino selama periode stres fisik, seperti sakit berat.

Bahkan, kesehatan otot dapat menjadi indikator penting selama perawatan medis. Penelitian menunjukkan bahwa kondisi otot saat seseorang masuk ruang perawatan intensif (ICU) dapat memprediksi durasi penggunaan ventilator dan risiko kematian.

Sayangnya, penurunan massa otot dimulai pada usia 40-50 tahun, dengan laju penurunan sekitar 1% per tahun untuk massa otot dan 3% per tahun untuk kekuatannya. Jika tidak digunakan, misalnya karena sakit atau kurang gerak, otot dapat kehilangan massa dan kekuatannya lebih cepat.

Dampak Kehilangan Massa Otot

Penurunan aktivitas fisik seperti berkurangnya durasi berjalan atau langkah harian selama beberapa minggu saja sudah cukup untuk memicu:

  • Perubahan negatif pada komposisi tubuh.
  • Penurunan kekuatan dan kualitas otot.
  • Gangguan kontrol glukosa pada lansia.

Mengingat pentingnya otot untuk fungsi metabolisme dan kesehatan tubuh secara keseluruhan, menjaga jumlah massa otot yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk meningkatkan rentang kesehatan seseorang.

Cara Menjaga Kesehatan Otot Saat Usia Bertambah

Jaringan otot manusia sangat plastis, artinya dapat berubah sesuai dengan tekanan fisik yang diberikan. Otot akan tumbuh (hipertrofi) sebagai respons terhadap aktivitas fisik, tetapi juga dapat menyusut (atrofi) jika tidak digunakan. Kabar baiknya adalah, meski usia bertambah, kita masih dapat memanfaatkan plastisitas otot untuk keuntungan kita.

Berikut adalah cara menjaga kesehatan otot di usia lanjut:

  1. Latihan Beban atau Kekuatan
    Penelitian menunjukkan bahwa latihan beban, meskipun dilakukan secara sporadis atau ringan, dapat efektif dalam memperlambat penurunan massa otot. Latihan ini juga meningkatkan sensitivitas otot terhadap protein makanan, membantu mengatasi resistensi anabolik, dan meningkatkan kemampuan otot dalam menyerap glukosa, sehingga menurunkan risiko diabetes.
  2. Konsumsi Protein Berkualitas
    Asupan protein berkualitas tinggi membantu menjaga dan membangun otot. Kombinasi antara konsumsi protein dan latihan fisik berulang sangat efektif untuk memperlambat proses penurunan massa otot.
  3. Konsistensi dalam Aktivitas Fisik
    Tidak ada kata terlambat untuk memulai. Mulai dengan aktivitas fisik sederhana seperti berjalan, yoga, atau latihan kekuatan ringan dapat memberikan manfaat besar bagi kesehatan otot.

Manfaat Menjaga Kesehatan Otot

Menjaga kesehatan otot memberikan banyak manfaat, antara lain:

  • Memperpanjang rentang kesehatan.
  • Meningkatkan kemandirian di usia tua.
  • Menurunkan risiko penyakit metabolik seperti diabetes.
  • Meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Dengan demikian, membangun otot tidak hanya penting bagi atlet atau individu muda, tetapi juga bagi siapa saja yang ingin menjalani masa tua dengan sehat dan berkualitas.

Kesimpulan

Memiliki otot yang kuat dan sehat adalah kunci untuk menjalani masa tua yang sejahtera. Dengan menjaga kesehatan otot melalui latihan kekuatan, konsumsi protein berkualitas, dan aktivitas fisik teratur, kita dapat mempersempit kesenjangan antara usia harapan hidup dan rentang kesehatan.

Mulailah sekarang, karena tidak ada kata terlambat untuk membangun otot dan meningkatkan kualitas hidup. Mari persiapkan masa depan yang lebih sehat, lebih kuat, dan lebih bahagia!

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

Pentingnya Vaksinasi untuk Mencegah Cacar Api

Pentingnya Vaksinasi untuk Mencegah Cacar Api

Mencegah Cacar Api – Herpes zoster, atau yang lebih dikenal sebagai cacar api, adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus varicella zoster, virus yang juga menyebabkan cacar air. Penyakit ini umumnya menyerang orang dewasa, terutama mereka yang berusia di atas 50 tahun atau memiliki kekebalan tubuh rendah. Dalam upaya meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan, Ketua Satgas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Dr. dr. Soekamto Koesnoe, Sp.PD-KAI, menekankan pentingnya vaksinasi untuk melindungi kelompok rentan dari penyakit ini.

Mengapa Vaksinasi Penting?

Menurut Dr. Soekamto, vaksinasi adalah langkah pencegahan utama yang sangat efektif untuk melindungi individu dari herpes zoster. Ia menegaskan bahwa vaksinasi sangat dianjurkan untuk orang dewasa berusia 50 tahun ke atas karena kelompok usia ini memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit.

“Orang dengan kekebalan tubuh rendah, termasuk mereka yang berusia di atas 50 tahun, memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena herpes zoster,” jelas Soekamto, seperti dikutip dari Antara pada Sabtu (7/12/2024).

Selain itu, kelompok dengan kondisi imunokompromais, seperti penderita HIV, kanker, penyakit autoimun, atau pasien yang sedang menjalani kemoterapi, juga memiliki risiko tinggi terkena herpes zoster dan komplikasinya. “Orang dengan imunosupresi lebih rentan terhadap herpes zoster dan komplikasinya,” tambahnya.

Apa Itu Herpes Zoster?

Herpes zoster adalah penyakit yang timbul akibat virus varicella zoster yang aktif kembali setelah lama dorman di tubuh seseorang. Virus ini biasanya tidak aktif selama bertahun-tahun setelah seseorang sembuh dari cacar air. Namun, penurunan kekebalan tubuh dapat memicu reaktivasi virus, yang kemudian menyebabkan herpes zoster.

Gejala penyakit ini meliputi:

  • Ruam lepuh yang menyakitkan di area tubuh tertentu.
  • Nyeri, gatal, kesemutan, atau mati rasa.
  • Ruam biasanya bergerombol, mengering dalam waktu 10-15 hari, dan hilang sepenuhnya dalam 2-4 minggu.

Komplikasi Serius yang Harus Diwaspadai

Selain menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan, herpes zoster juga dapat menimbulkan komplikasi serius, terutama jika tidak ditangani dengan baik. Komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:

  • Kehilangan penglihatan, jika ruam muncul di area sekitar mata.
  • Infeksi paru-paru (pneumonia).
  • Gangguan pendengaran.
  • Inflamasi otak, yang dapat menyebabkan gangguan serius pada sistem saraf pusat.
  • Dalam kasus tertentu, herpes zoster dapat meningkatkan risiko kematian.

Pencegahan Melalui Vaksinasi

Vaksinasi herpes zoster merupakan langkah pencegahan yang sangat penting. Dr. Soekamto menjelaskan bahwa pemberian vaksin tidak hanya dapat mencegah timbulnya penyakit tetapi juga membantu mengurangi nyeri akibat herpes zoster dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

“Pemberian vaksin dapat menurunkan nyeri akibat herpes zoster dan meningkatkan kualitas hidup pasien dibandingkan mereka yang tidak divaksinasi,” tegasnya.

Siapa yang Dianjurkan Mendapat Vaksin Herpes Zoster?

Sejak Juli 2024, jadwal imunisasi dewasa di Indonesia telah diperbarui oleh Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI, dengan menambahkan vaksin herpes zoster sebagai salah satu rekomendasi. Berikut adalah kelompok yang disarankan untuk menerima vaksin ini:

  1. Orang dewasa berusia 50 tahun ke atas.
  2. Individu berusia 18 tahun ke atas dengan kondisi imunokompromais, baik yang pernah maupun belum pernah mengalami herpes zoster.

Bagi pasien dengan kondisi imunokompromais atau yang sedang menjalani kemoterapi, vaksinasi dapat dilakukan setelah berkonsultasi dengan dokter. Namun, vaksinasi tidak dianjurkan saat pasien sedang mengalami fase akut dengan ruam aktif.

Mengapa Perlu Vaksinasi?

Kesadaran akan pentingnya vaksinasi semakin tinggi, terutama dengan meningkatnya prevalensi penyakit seperti herpes zoster. Tanpa vaksinasi, kelompok rentan, terutama yang memiliki kekebalan tubuh rendah, berisiko tinggi mengalami komplikasi serius yang dapat memengaruhi kualitas hidup mereka.

Herpes zoster juga dapat menyebabkan postherpetic neuralgia (PHN), suatu kondisi di mana nyeri tetap ada bahkan setelah ruam sembuh. Kondisi ini sulit diobati dan dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Dengan vaksinasi, risiko PHN dapat diminimalkan secara signifikan.

Kesimpulan

Herpes zoster adalah penyakit yang dapat dicegah dengan langkah sederhana seperti vaksinasi. Bagi orang dewasa berusia 50 tahun ke atas atau individu dengan kondisi imunokompromais, vaksin herpes zoster sangat dianjurkan untuk melindungi dari risiko infeksi dan komplikasi serius.

Peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya vaksinasi diharapkan dapat membantu meminimalkan kasus herpes zoster di Indonesia. Dengan tindakan pencegahan yang tepat, seperti vaksinasi, kita dapat melindungi diri dan orang yang kita cintai dari ancaman penyakit ini. Jika Anda termasuk dalam kelompok yang berisiko, segera konsultasikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut tentang vaksinasi herpes zoster.

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

Bahaya Suntik Filler Berlebihan: Wajah Bengkak dan Tidak Simetris

Bahaya Suntik Filler Berlebihan: Wajah Bengkak dan Tidak Simetris

Bahaya Suntik Filler Berlebihan – Suntik filler atau dermal filler kini menjadi salah satu prosedur kecantikan paling populer. Dengan hasil instan yang dapat mengencangkan kulit dan mengoreksi bagian wajah yang tidak simetris, banyak orang memilih prosedur ini untuk meningkatkan penampilan mereka. Namun, seperti halnya semua prosedur medis, suntik filler memiliki risiko efek samping. Salah satu risiko yang sering terjadi adalah overfilled syndrome, yang muncul ketika filler disuntikkan secara berlebihan tanpa memperhatikan proporsi wajah.

Apa Itu Overfilled Syndrome?

Menurut dr. Gaby Syerly, pendiri Youth & Beauty Clinic Jakarta, overfilled syndrome terjadi ketika filler diberikan dalam jumlah berlebihan, baik dalam satu sesi maupun secara kumulatif setelah beberapa kali perawatan.

“Suntik filler jika berlebihan akan membuat overfilled syndrome. Dokter seharusnya memberikan tindakan penyuntikan filler sesuai kebutuhan, bukan keinginan pasien,” jelas dr. Gaby.

Gejala paling umum dari overfilled syndrome adalah wajah yang tampak terlalu penuh atau bengkak. Meskipun kondisi ini tidak membahayakan kesehatan secara langsung, efeknya dapat memengaruhi estetika wajah. Wajah yang terlihat tidak alami bisa merusak penampilan dan menurunkan kepercayaan diri.

Fungsi Dermal Filler yang Sesungguhnya

Tujuan utama dari dermal filler bukan hanya untuk mengisi area wajah yang kosong. Menurut dr. Gaby, filler yang efektif harus mempertimbangkan nilai seni dan proporsi wajah, sehingga menghasilkan tampilan yang lebih muda dan simetris.

“Tujuan penyuntikan filler bukan hanya sekadar mengisi area kosong, akan tetapi lebih mempertemukan nilai seni dari kaca mata dokter untuk membuat tampilan wajah seseorang menjadi lebih muda dan simetris,” tambahnya.

Di Youth & Beauty Clinic, tindakan dermal filler sering disebut sebagai suntikan pengontur wajah (face contouring injection). Prosedur ini dirancang untuk menonjolkan keindahan alami wajah tanpa terlihat berlebihan.

Cara Mengatasi Overfilled Syndrome

Untungnya, overfilled syndrome dapat diperbaiki, tergantung pada jenis filler yang digunakan. Berikut beberapa metode yang dapat dilakukan:

  1. Filler berbahan asam hialuronat: Jenis filler ini dapat dilarutkan menggunakan enzim khusus sehingga efeknya dapat dihilangkan dengan cepat.
  2. Filler semi permanen atau permanen: Filler ini memerlukan prosedur bedah kecil untuk menghilangkan kelebihan bahan yang disuntikkan.
  3. Filler sementara: Beberapa jenis filler bersifat sementara dan akan terurai secara alami dalam beberapa bulan. Meskipun ini bukan solusi cepat, efek overfilled syndrome akan hilang dengan sendirinya tanpa intervensi tambahan.

Namun, pencegahan tetap menjadi langkah terbaik dibandingkan harus mengatasi efek samping. Memilih dokter yang tepat dan berpengalaman sangatlah penting untuk mendapatkan hasil yang maksimal tanpa risiko berlebihan.

Tips Mencegah Overfilled Syndrome

Untuk mencegah risiko overfilled syndrome, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  1. Pilih klinik terpercaya: Pastikan klinik yang Anda pilih memiliki reputasi baik dan dokter yang berpengalaman dalam prosedur estetika.
  2. Jangan terburu-buru: Biarkan hasil filler sebelumnya terlihat sepenuhnya sebelum memutuskan untuk menambah filler.
  3. Komunikasikan harapan Anda: Diskusikan keinginan Anda dengan dokter dan percayakan keputusan akhir kepada ahli yang memahami estetika wajah.

Youth & Beauty Clinic, yang dipimpin oleh dr. Gaby, menjadi salah satu klinik kecantikan yang direkomendasikan karena pengalamannya dalam menangani berbagai prosedur estetika. Baru-baru ini, klinik ini menerima penghargaan 1st Runner-Up untuk Layanan Filler Terbaik se-Asia Pasifik dari Merz Aesthetic. Selain itu, mereka juga meraih Hollywood Spectra Star Award sebagai perwakilan tunggal dari Indonesia di kategori Asia Pasifik.

“Kami sangat terhormat. Penghargaan ini mencerminkan dedikasi kami untuk memberikan layanan dan hasil perawatan terbaik, dan kami berkomitmen untuk terus menetapkan standar baru dalam bidang estetika,” ujar dr. Gaby.

Kesimpulan

Suntik filler memang dapat menjadi solusi efektif untuk mengatasi masalah wajah, namun penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati. Overfilled syndrome adalah salah satu risiko yang dapat memengaruhi estetika wajah dan kepercayaan diri. Dengan memilih dokter berpengalaman dan tidak terburu-buru dalam menambah filler, Anda dapat menghindari risiko ini dan tetap mendapatkan hasil yang alami dan memuaskan.

Youth & Beauty Clinic menjadi salah satu contoh klinik yang tidak hanya mengedepankan hasil terbaik, tetapi juga memastikan keamanan dan kenyamanan pasiennya. Sebelum memutuskan untuk melakukan prosedur dermal filler, pastikan Anda memilih tempat yang terpercaya dan dokter yang benar-benar memahami proporsi wajah untuk hasil yang optimal.

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

Rahasia Kulit dan Rambut Sehat: 7 Makanan Tinggi Biotin

Rahasia Kulit dan Rambut Sehat: 7 Makanan Tinggi Biotin

Rahasia Kulit dan Rambut Sehat – Biotin, dikenal juga sebagai vitamin B7 atau vitamin H, merupakan salah satu vitamin B kompleks yang larut dalam air. Vitamin ini memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan kulit, rambut, dan kuku. Biotin membantu sintesis asam lemak esensial yang penting untuk sel-sel kulit yang sehat dan produksi keratin, protein utama yang membentuk struktur rambut dan kuku. Tidak heran, biotin menjadi salah satu nutrisi yang sering dihubungkan dengan kecantikan.

Kekurangan biotin, meskipun jarang terjadi, dapat menyebabkan berbagai gejala seperti kulit kering bersisik, kuku rapuh, dan kerontokan rambut. Banyak orang memilih untuk mengonsumsi suplemen biotin, tetapi sebenarnya vitamin ini juga tersedia secara alami melalui makanan. Berikut ini adalah ulasan tentang manfaat biotin, menurut beberapa penelitian, serta daftar makanan yang kaya akan nutrisi penting ini.

Apa Itu Biotin dan Mengapa Penting?

Biotin berperan penting dalam berbagai aktivitas metabolik tubuh. Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Karger Dermatology Journal, biotin membantu metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein, yang semuanya berkontribusi pada produksi energi dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Berikut adalah beberapa manfaat utama biotin yang didukung oleh penelitian:

1. Menjaga Kesehatan Rambut dan Kulit

Biotin sangat penting untuk kesehatan rambut, kulit, dan kuku. Menurut ahli diet Indrani Gosh, biotin dapat membuat kulit lebih cerah dan bersih, menguatkan kuku, serta mengurangi kerontokan rambut. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Research Gate Journal juga menunjukkan bahwa konsumsi makanan kaya biotin dapat mendukung pertumbuhan rambut yang kuat.

2. Meningkatkan Metabolisme

Biotin membantu tubuh mengubah makanan menjadi energi dengan mendukung pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein. Ini membuat tubuh lebih efisien dalam menggunakan nutrisi untuk berbagai fungsi vitalnya.

3. Mendukung Fungsi Sistem Saraf

Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam MDPI Journal, biotin berperan penting dalam sinyal saraf dan komunikasi antar sel saraf, yang mendukung fungsi sistem saraf yang sehat.

4. Mengatur Gula Darah

Diet kaya biotin dapat membantu mengatur gula darah. Hal ini sangat bermanfaat bagi orang yang menderita diabetes atau berisiko mengalaminya. Sebuah studi dalam Frontier’s Journal menunjukkan bahwa biotin dapat meningkatkan regulasi gula darah dalam tubuh.

5. Penting untuk Kehamilan

Biotin mendukung perkembangan janin selama kehamilan. Menurut sebuah studi dalam Journal of Nutrition, biotin membantu mencegah cacat lahir dan mendukung pertumbuhan organ bayi yang sehat.

7 Makanan Kaya Biotin untuk Kulit dan Rambut Sehat

Untuk mendapatkan manfaat biotin, Anda tidak selalu memerlukan suplemen. Berikut adalah beberapa sumber makanan kaya biotin yang dapat Anda masukkan ke dalam diet harian:

1. Kacang-Kacangan dan Biji-Bijian

Kacang seperti kenari, kacang tanah, almond, biji bunga matahari, dan biji rami kaya akan biotin. Selain menjadi camilan sehat, kacang-kacangan ini juga menyediakan nutrisi penting untuk kesehatan kulit dan rambut.

2. Ubi Jalar

Ubi jalar adalah salah satu sumber biotin terbaik dari kelompok sayuran. Selain itu, ubi jalar kaya akan serat, vitamin, dan antioksidan. Anda bisa memasaknya dengan cara dipanggang, direbus, atau dibuat menjadi kentang tumbuk.

3. Telur

Telur, terutama kuningnya, merupakan sumber biotin yang sangat baik. Selain itu, telur mengandung protein, zat besi, dan fosfor. Untuk memaksimalkan manfaat biotin, pastikan telur dimasak hingga matang untuk mengurangi risiko kontaminasi salmonella dan meningkatkan penyerapannya.

4. Salmon

Salmon adalah sumber asam lemak omega-3 yang kaya, yang membantu mengurangi peradangan dalam tubuh. Selain itu, salmon yang dimasak menyediakan sekitar 5 mikrogram biotin per porsi 3 ons, menjadikannya pilihan ideal untuk kulit dan rambut yang sehat.

5. Jamur

Jamur mengandung biotin serta mineral seperti selenium dan magnesium. Setiap cangkir jamur kancing segar mengandung sekitar 5,6 mikrogram biotin. Anda bisa menambahkannya dalam salad, tumisan, atau sup.

6. Alpukat

Buah alpukat mengandung banyak biotin, selain lemak sehat yang mendukung kesehatan kulit dan rambut. Alpukat bisa dinikmati sebagai bagian dari salad, sandwich, atau guacamole.

7. Legum

Legum seperti kacang polong, kacang-kacangan, dan lentil kaya akan protein, serat, dan mineral. Kacang tanah dan kedelai adalah sumber biotin tertinggi dalam kategori ini. Legum bisa digunakan dalam tumisan, kari, atau salad.

Kesimpulan

Biotin adalah vitamin esensial yang menawarkan banyak manfaat bagi kesehatan kulit, rambut, dan tubuh secara keseluruhan. Mengonsumsi makanan kaya biotin seperti telur, kacang-kacangan, ubi jalar, dan salmon dapat membantu Anda mendapatkan kulit bercahaya, rambut kuat, serta mendukung metabolisme dan fungsi tubuh lainnya.

Dengan menambahkan sumber biotin alami ke dalam diet Anda, Anda tidak hanya meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, tetapi juga memberikan perawatan terbaik untuk kulit dan rambut Anda tanpa perlu bergantung sepenuhnya pada suplemen.

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

Musim Hujan Tiba, Waspadai Bahaya Leptospirosis

Musim Hujan Tiba, Waspadai Bahaya Leptospirosis

Bahaya Leptospirosis – Musim hujan membawa banyak tantangan, salah satunya adalah meningkatnya risiko penyakit yang ditularkan melalui genangan air yang tercemar. Salah satu penyakit yang patut diwaspadai adalah leptospirosis, infeksi bakteri yang ditularkan melalui air kencing tikus. Masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan dan menjaga kebersihan lingkungan guna mencegah penyebaran penyakit ini selama musim hujan.


Kasus Leptospirosis di Yogyakarta

Menurut data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta, sejak Januari hingga November 2024 tercatat tujuh kasus leptospirosis, dengan satu kasus berujung pada kematian. Meskipun jumlah kasus tersebut tidak menunjukkan lonjakan signifikan saat memasuki musim hujan, risiko penularan tetap ada.

Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinkes Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu, menegaskan pentingnya penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk mengurangi risiko infeksi. “Prinsipnya, jika masyarakat melakukan PHBS, kasus leptospirosis bisa dikendalikan,” ujarnya.


Apa Itu Leptospirosis?

Leptospirosis adalah penyakit bakteri yang disebabkan oleh Leptospira, bakteri yang biasanya ditemukan dalam air kencing tikus. Penyakit ini dapat menyebar melalui:

  • Kontak langsung dengan air yang tercemar kencing tikus.
  • Luka terbuka atau lecet pada kulit.
  • Selaput lendir, seperti mata, hidung, atau mulut, yang bersentuhan dengan air, lumpur, atau genangan air tercemar.

Tikus adalah perantara utama penyakit ini. Genangan air pascahujan sering kali menjadi media penyebaran, terutama jika lingkungan tidak terjaga kebersihannya. Sampah rumah tangga, khususnya limbah makanan, juga berpotensi memancing kehadiran tikus.


Gejala Leptospirosis

Gejala leptospirosis sering kali mirip dengan penyakit lain, sehingga masyarakat perlu mengenalinya dengan baik. Gejala yang umum meliputi:

  • Demam tinggi
  • Nyeri otot, terutama di area betis dan paha
  • Sakit kepala
  • Mata merah dan iritasi
  • Mata atau kulit menguning (tanda kerusakan hati)
  • Diare

Gejala-gejala tersebut biasanya muncul beberapa hari setelah kontak dengan air tercemar. Jika tidak ditangani dengan baik, leptospirosis dapat berkembang menjadi kondisi serius yang menyerang organ vital seperti hati dan ginjal.

Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinkes Kota Yogyakarta, Lana Unwanah, menyarankan masyarakat yang mengalami gejala tersebut, terutama mereka yang bekerja di lingkungan berisiko, untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan atau puskesmas terdekat.


Langkah Pencegahan Leptospirosis

Endang Sri Rahayu mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sebagai upaya utama mencegah leptospirosis. Berikut beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan:

  1. Menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS):
    • Selalu mencuci tangan dengan sabun setelah beraktivitas, terutama setelah kontak dengan air genangan atau lumpur.
    • Gunakan alas kaki saat beraktivitas di luar ruangan, terutama di area dengan risiko genangan air.
  2. Mengelola Sampah dengan Baik:
    • Pastikan limbah rumah tangga, terutama sisa makanan, dibuang dengan benar untuk menghindari menarik perhatian tikus.
  3. Menjaga Kebersihan Lingkungan:
    • Bersihkan selokan dan saluran air di sekitar rumah secara rutin agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya tikus.
    • Hindari genangan air yang tidak diperlukan, terutama di sekitar tempat tinggal.
  4. Menggunakan Alat Pelindung Diri:
    • Bagi mereka yang bekerja di lingkungan berisiko seperti sungai, sawah, atau tempat genangan air, gunakan sarung tangan dan sepatu bot untuk melindungi kulit dari paparan langsung.
  5. Deteksi dan Pengendalian Tikus:
    • Lakukan survei atau pemantauan populasi tikus di lingkungan sekitar. Sebagai contoh, Dinkes Kota Yogyakarta pada awal tahun 2024 menemukan tikus positif bakteri Leptospira di salah satu kecamatan.

Kewaspadaan dan Edukasi Masyarakat

Penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran mengenai risiko leptospirosis, terutama selama musim hujan. Edukasi tentang gejala, cara penularan, dan langkah pencegahan harus terus disosialisasikan oleh pemerintah daerah dan tenaga kesehatan.

“Sampai saat ini kasus leptospirosis masih aman terkendali, tetapi masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan,” ujar Lana Unwanah.

Dengan penerapan langkah pencegahan yang baik, risiko penyebaran penyakit ini dapat diminimalkan. Pemerintah juga terus melakukan pemantauan di lapangan untuk memastikan kasus leptospirosis tidak meningkat secara signifikan.


Kesimpulan

Musim hujan memang membawa sejumlah risiko kesehatan, salah satunya adalah leptospirosis. Penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan lingkungan, mengelola sampah dengan baik, serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan atau bekerja di lingkungan berisiko tinggi, kewaspadaan ekstra sangat diperlukan. Jika mengalami gejala yang mengarah pada leptospirosis, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.

Dengan kerja sama semua pihak, dari masyarakat hingga pemerintah, ancaman leptospirosis selama musim hujan dapat dikendalikan. Tetap waspada, jaga kebersihan, dan lindungi kesehatan keluarga Anda!

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

Penyebab Tindakan Ekstrem pada Remaja: Gangguan Mental

Penyebab Tindakan Ekstrem pada Remaja: Gangguan Mental

Gangguan Mental – Kasus kekerasan yang dilakukan oleh remaja kembali menjadi perhatian publik. Fenomena ini memicu kekhawatiran banyak pihak, termasuk para ahli psikologi yang mencoba memahami akar permasalahannya. Salah satu faktor utama yang kerap disebut-sebut sebagai pemicu tindakan ekstrem pada remaja adalah gangguan kesehatan mental.

Menurut psikolog klinis A. Kasandra Putranto, gangguan kesehatan mental, masalah keluarga, dan tekanan sosial adalah tiga faktor utama yang saling berinteraksi dalam mendorong perilaku destruktif pada remaja. “Tidak hanya gangguan mental, tetapi juga masalah keluarga dan tekanan sosial turut berperan besar,” ungkap Kasandra, seperti dikutip oleh Antara pada Senin (2/12/2024).


Gangguan Mental dan Perilaku Impulsif

Kasandra menjelaskan bahwa individu yang mengalami gangguan mental, baik emosional, kepribadian, maupun jiwa, cenderung lebih impulsif dan sulit mengendalikan emosi. Kondisi ini membuat mereka lebih rentan terhadap perilaku agresif yang dapat berujung pada tindakan kekerasan.

“Ketika emosi tidak terkendali, mereka sering kali bertindak tanpa berpikir panjang. Hal ini berbahaya, terutama jika didukung oleh lingkungan yang tidak mendukung pemulihan,” jelas Kasandra.

Gangguan mental seperti depresi, kecemasan, dan gangguan bipolar sering kali tidak terdeteksi pada remaja, padahal tanda-tandanya sudah ada. Perubahan drastis dalam perilaku, seperti mudah marah, menarik diri, atau kehilangan minat pada aktivitas yang biasanya disukai, dapat menjadi sinyal awal gangguan mental.


Pengaruh Lingkungan Keluarga

Selain faktor internal, Kasandra menekankan pentingnya memperhatikan kondisi lingkungan keluarga. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah salah satu pemicu utama gangguan mental pada anak. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan penuh kekerasan cenderung kesulitan mengelola emosi mereka dan lebih rentan mengalami trauma mendalam.

“Trauma akibat kekerasan dalam rumah tangga bisa meninggalkan luka yang mendalam. Anak-anak ini cenderung kesulitan mengelola stres dan emosi, yang pada akhirnya bisa memicu tindakan agresif di kemudian hari,” papar Kasandra.

Keluarga yang tidak harmonis juga sering kali gagal memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan oleh remaja. Ketidakhadiran orang tua secara emosional, konflik berkepanjangan, atau kurangnya rasa aman di rumah dapat memperburuk kondisi mental remaja.


Tekanan Sosial dan Pengaruh Media

Di luar lingkungan keluarga, tekanan sosial dari teman sebaya, masalah akademik, dan paparan media juga menjadi faktor penting yang memengaruhi perilaku remaja. Remaja yang tidak memiliki mekanisme coping yang baik sering kali merasa tertekan oleh tuntutan sosial atau ekspektasi yang tidak realistis.

Kasandra juga menyoroti peran media, terutama konten kekerasan yang dapat memengaruhi cara pandang remaja terhadap kekerasan. “Media memang bukan satu-satunya penyebab, namun kombinasi antara faktor internal dan eksternal dapat meningkatkan risiko terjadinya tindakan kekerasan,” tegasnya.

Paparan konten negatif di media sosial, misalnya, dapat mendorong normalisasi kekerasan sebagai solusi untuk menyelesaikan masalah. Dalam jangka panjang, hal ini dapat memengaruhi cara remaja bereaksi terhadap konflik, baik di lingkungan sekolah maupun di rumah.


Pentingnya Deteksi Dini dan Edukasi

Untuk mencegah tindakan ekstrem pada remaja, Kasandra menekankan pentingnya deteksi dini terhadap tanda-tanda gangguan mental. Remaja yang menunjukkan perubahan perilaku signifikan, seperti mudah marah, sering menyendiri, atau kehilangan minat terhadap kegiatan sehari-hari, perlu mendapatkan perhatian lebih dari orang tua dan lingkungan sekitar.

“Orang tua, guru, dan lingkungan sekitar perlu lebih peka terhadap perubahan perilaku remaja. Jika ada tanda-tanda yang mengkhawatirkan, segera konsultasikan dengan ahli,” saran Kasandra.

Penanganan yang tepat sejak dini dapat membantu remaja memahami dan mengelola emosinya dengan lebih baik, sehingga risiko tindakan kekerasan dapat diminimalkan.

Selain deteksi dini, edukasi kepada orang tua juga penting. Banyak orang tua yang tidak menyadari pentingnya kesehatan mental dalam perkembangan anak. Memberikan pemahaman tentang cara mendukung anak secara emosional dan menciptakan lingkungan keluarga yang aman adalah langkah awal yang penting.


Kesimpulan

Tindakan ekstrem pada remaja sering kali merupakan hasil dari kombinasi berbagai faktor, termasuk gangguan mental, tekanan sosial, dan lingkungan keluarga yang tidak mendukung. Peran orang tua, guru, dan masyarakat sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan emosional remaja.

Peningkatan kesadaran tentang kesehatan mental, deteksi dini, dan akses ke layanan konseling adalah langkah-langkah yang perlu diambil untuk mencegah tindakan kekerasan lebih lanjut. Dengan pendekatan yang holistik, diharapkan remaja dapat tumbuh menjadi individu yang lebih sehat secara mental dan emosional, sehingga mampu menghadapi tekanan hidup tanpa harus beralih pada perilaku destruktif.

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

Diabetes pada Anak: Gejala, Risiko, dan Cara Deteksi Dini

Diabetes pada Anak: Gejala, Risiko, dan Cara Deteksi Dini

Diabetes pada Anak – Diabetes, yang dahulu lebih sering dikaitkan dengan orang dewasa, kini semakin banyak terjadi pada anak-anak. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan masyarakat dan dunia medis. Salah satu jenis diabetes yang paling sering terjadi pada anak adalah diabetes tipe 1. Dokter spesialis anak konsultan nefrologi RS JIH Solo, dr. Agustina Wulandari, Sp. A, Subsp. Nefro, mengungkapkan bahwa diabetes tipe 1 merupakan kondisi ketika sel pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin yang cukup atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin. Hal ini menyebabkan gula darah tidak dapat diubah menjadi energi, sehingga terjadi penumpukan gula dalam darah.

Menurut data yang dihimpun oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), terdapat sekitar 1.400 anak di Indonesia yang terdiagnosis diabetes tipe 1. Namun, angka ini diduga jauh lebih kecil dibandingkan jumlah kasus sebenarnya. Banyak kasus tidak terdeteksi akibat rendahnya kewaspadaan, keterlambatan diagnosis, dan komplikasi yang sering kali berujung pada kematian.

Penyebab dan Gejala Diabetes Tipe 1 pada Anak

Dr. Agustina, yang akrab disapa dr. Tina, menjelaskan bahwa beberapa faktor dapat menyebabkan anak mengalami diabetes tipe 1. Faktor-faktor tersebut meliputi:

  1. Genetik: Kerusakan gen atau riwayat keluarga dengan diabetes tipe 1 dapat meningkatkan risiko.
  2. Autoimun: Sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel pankreas yang memproduksi insulin.
  3. Faktor imunologi lainnya: Kondisi yang melemahkan sistem kekebalan tubuh juga dapat menjadi penyebab.

Gejala diabetes tipe 1 pada anak bervariasi, namun beberapa tanda yang perlu diwaspadai antara lain:

  • Sesak napas
  • Kelelahan yang berlebihan
  • Luka yang sulit sembuh
  • Gangguan tumbuh kembang
  • Gangguan penglihatan
  • Syok akibat kadar gula darah yang tidak terkendali

Selain diabetes tipe 1, dr. Tina juga menyoroti meningkatnya kasus diabetes tipe 2 pada anak. Jenis ini sering kali terkait dengan pola hidup tidak sehat, seperti kurang aktivitas fisik dan konsumsi makanan tinggi kalori. Salah satu tanda fisik yang khas dari diabetes tipe 2 adalah kondisi leher yang menghitam atau dikenal sebagai acanthosis nigricans. Gejala lainnya meliputi anak yang sebelumnya aktif mendadak menjadi mudah lelah, kurang beraktivitas, dan sering mengantuk.

Pencegahan Diabetes pada Anak

Pencegahan diabetes pada anak membutuhkan peran aktif dari orang tua dan lingkungan sekitar. Dr. Tina memberikan beberapa langkah strategis untuk mencegah diabetes pada anak:

  1. Aktivitas Fisik: Pastikan anak rutin berolahraga, terutama melakukan latihan kekuatan fisik setidaknya tiga kali seminggu.
  2. Mengurangi Perilaku Sedentary: Hindari kebiasaan duduk terlalu lama. Anak disarankan bergerak setiap 30-60 menit, misalnya dengan berjalan-jalan sejenak.
  3. Tidur yang Cukup: Tidur yang cukup membantu mengontrol kadar gula darah dan menjaga kesehatan secara keseluruhan.

Dalam kesempatan yang sama, dr. Indrawati, Sp. GK, seorang dokter spesialis gizi, menekankan pentingnya memperhatikan pola makan anak. Ia menyarankan untuk:

  • Membatasi makanan tinggi kalori: Hindari memberikan makanan yang kaya gula atau lemak secara berlebihan.
  • Memperbanyak konsumsi air putih: Ajarkan anak untuk lebih sering minum air putih dan memilih jus tanpa gula.
  • Menghindari makanan sebagai hadiah: Jangan jadikan makanan seperti permen atau camilan manis sebagai penghargaan karena dapat membentuk kebiasaan buruk.
  • Edukasi Pola Makan Seimbang: Orang tua perlu memberikan contoh dengan mengonsumsi makanan sehat dan menjelaskan jenis makanan yang baik untuk kesehatan.

Selain itu, orang tua diimbau untuk lebih selektif dalam memilih makanan kemasan. Banyak produk yang mengandung gula tersembunyi, seperti sukrosa, fruktosa, atau maltosa, yang berpotensi meningkatkan risiko diabetes.

Fenomena yang Mengkhawatirkan

Menurut data, prevalensi diabetes di Indonesia masih cukup tinggi. Sebanyak 7,2 persen penduduk Indonesia atau sekitar 19,5 juta jiwa terkena diabetes. Peningkatan kasus ini paling banyak terjadi pada rentang tahun 2010-2023, dengan salah satu pemicunya adalah pandemi Covid-19. Selama pandemi, aktivitas daring menyebabkan peningkatan screen time, pola makan tidak sehat, dan gaya hidup kurang aktif, yang semuanya berkontribusi pada melonjaknya kasus diabetes.

Kesimpulan

Meningkatnya kasus diabetes pada anak, baik tipe 1 maupun tipe 2, menuntut kewaspadaan dan langkah pencegahan yang serius. Deteksi dini melalui pemantauan gejala dan pola hidup sehat sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih serius. Orang tua memiliki peran besar dalam memberikan edukasi, membentuk kebiasaan sehat, dan memastikan anak tumbuh dengan pola hidup yang seimbang. Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, ancaman diabetes pada anak dapat ditekan, sehingga mereka dapat menikmati masa depan yang lebih sehat.

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

Sering Mengantuk, Gejala Diabetes? Simak Penjelasannya!

Sering Mengantuk, Gejala Diabetes? Simak Penjelasannya!

Gejala Diabetes – Memahami gejala diabetes sangat penting agar Anda dapat melakukan tindakan pengobatan atau perawatan dengan segera. Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah, apakah sering mengantuk bisa menjadi gejala diabetes? Ternyata, sering mengantuk memang bisa menjadi salah satu tanda diabetes. Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua orang yang sering mengantuk mengalami diabetes. Ada berbagai penyebab lain yang dapat memicu rasa kantuk berlebihan.

Untuk memberikan pemahaman lebih mendalam, berikut adalah penjelasan mengenai hubungan antara sering mengantuk dengan diabetes serta beberapa penyebab lainnya.

Sering Mengantuk, Apakah Gejala Diabetes?

Ya, sering mengantuk dapat menjadi salah satu gejala diabetes. Namun, penting untuk dicatat bahwa rasa kantuk yang berlebihan ini biasanya tidak mudah hilang meskipun sudah beristirahat atau tidur cukup.

Dilansir dari Medical News Today, rasa kantuk yang dialami penderita diabetes disebabkan oleh beberapa faktor utama, seperti:

  1. Perubahan Kadar Gula Darah
    Kadar gula darah yang terlalu tinggi (hiperglikemia) atau terlalu rendah (hipoglikemia) dapat mengganggu fungsi tubuh dalam menghasilkan energi. Akibatnya, tubuh merasa lelah dan mengantuk.
  2. Gejala dan Komplikasi Diabetes
    Diabetes yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan komplikasi, seperti neuropati (kerusakan saraf), penyakit ginjal, atau masalah kardiovaskular, yang semuanya dapat meningkatkan rasa lelah dan kantuk.
  3. Efek Samping Obat Diabetes
    Beberapa obat yang digunakan untuk mengelola diabetes dapat menyebabkan kantuk sebagai efek samping.
  4. Gangguan Mental dan Emosional
    Hidup dengan diabetes sering kali memengaruhi kesehatan mental dan emosional seseorang. Perasaan stres, cemas, atau depresi dapat memicu rasa kantuk yang berkepanjangan.
  5. Obesitas atau Berat Badan Berlebih
    Banyak penderita diabetes tipe 2 juga memiliki masalah berat badan berlebih, yang dapat menyebabkan tubuh bekerja lebih keras dan meningkatkan rasa lelah.

Selain itu, diabetes sering kali membuat penderita mengalami dehidrasi karena ginjal bekerja lebih keras untuk menyaring gula berlebih di tubuh. Kondisi ini juga dapat meningkatkan rasa kantuk.

Mengapa Kadar Gula Darah Mempengaruhi Energi Tubuh?

Kadar gula darah yang tinggi menghambat kemampuan tubuh untuk memproses glukosa menjadi energi. Sebaliknya, jika kadar gula terlalu rendah, tubuh tidak memiliki cukup energi untuk berfungsi optimal. Kedua kondisi ini sama-sama menyebabkan rasa lelah, mengantuk, dan bahkan bisa memengaruhi aktivitas sehari-hari.

Penyebab Lain Sering Mengantuk

Meskipun sering mengantuk bisa menjadi salah satu gejala diabetes, ada berbagai kondisi lain yang dapat menyebabkan seseorang merasa mengantuk terus-menerus. Berikut adalah beberapa penyebab umum lainnya:

  1. Kurang Tidur
    Kebiasaan tidur yang buruk, seperti tidur larut malam atau tidak mendapatkan tidur yang cukup, adalah penyebab utama rasa kantuk berlebihan.
  2. Anemia
    Kekurangan sel darah merah membuat tubuh sulit mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, yang menyebabkan kelelahan dan kantuk.
  3. Gangguan Tiroid
    Kelenjar tiroid yang tidak bekerja dengan baik dapat mengganggu metabolisme tubuh, sehingga tubuh merasa lesu.
  4. Gagal Jantung Kongestif
    Kondisi ini membuat jantung kesulitan memompa darah yang cukup, menyebabkan tubuh merasa lelah dan sering mengantuk.
  5. Sleep Apnea
    Gangguan tidur ini menyebabkan pernapasan terhenti sementara saat tidur, sehingga kualitas tidur terganggu dan tubuh tidak mendapatkan istirahat yang cukup.
  6. Depresi
    Kondisi ini memengaruhi otak dan menurunkan tingkat energi seseorang, membuat mereka merasa lesu dan sering mengantuk.
  7. Menopause
    Pada perempuan, perubahan hormon saat menopause dapat memicu insomnia atau gangguan tidur lainnya, yang menyebabkan rasa kantuk pada siang hari.

Kapan Harus Memeriksakan Diri ke Dokter?

Jika Anda merasa sering mengantuk, terlebih jika rasa kantuk ini tidak hilang meskipun sudah tidur cukup, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter. Hal ini sangat penting jika rasa kantuk disertai dengan gejala lain yang mengindikasikan diabetes, seperti:

  • Sering buang air kecil
  • Rasa haus yang berlebihan
  • Berat badan turun tanpa sebab
  • Pandangan kabur
  • Luka yang sulit sembuh

Dokter dapat melakukan serangkaian pemeriksaan, termasuk tes kadar gula darah, untuk memastikan penyebab rasa kantuk tersebut.

Kesimpulan

Jadi, apakah sering mengantuk merupakan gejala diabetes? Jawabannya adalah ya, sering mengantuk bisa menjadi salah satu tanda diabetes. Namun, mengantuk juga dapat disebabkan oleh berbagai kondisi kesehatan lainnya, termasuk gangguan tidur, anemia, atau masalah tiroid. Oleh karena itu, penting untuk tidak membuat diagnosis sendiri. Jika Anda mengalami rasa kantuk berlebihan yang tidak wajar, segera lakukan pemeriksaan medis untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. Dengan pemahaman yang baik, Anda dapat menjaga kesehatan tubuh dan mencegah komplikasi serius di masa depan.

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.