Archives 2024

Diabetes pada Anak: Gejala, Risiko, dan Cara Deteksi Dini

Diabetes pada Anak: Gejala, Risiko, dan Cara Deteksi Dini

Diabetes pada Anak – Diabetes, yang dahulu lebih sering dikaitkan dengan orang dewasa, kini semakin banyak terjadi pada anak-anak. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan masyarakat dan dunia medis. Salah satu jenis diabetes yang paling sering terjadi pada anak adalah diabetes tipe 1. Dokter spesialis anak konsultan nefrologi RS JIH Solo, dr. Agustina Wulandari, Sp. A, Subsp. Nefro, mengungkapkan bahwa diabetes tipe 1 merupakan kondisi ketika sel pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin yang cukup atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin. Hal ini menyebabkan gula darah tidak dapat diubah menjadi energi, sehingga terjadi penumpukan gula dalam darah.

Menurut data yang dihimpun oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), terdapat sekitar 1.400 anak di Indonesia yang terdiagnosis diabetes tipe 1. Namun, angka ini diduga jauh lebih kecil dibandingkan jumlah kasus sebenarnya. Banyak kasus tidak terdeteksi akibat rendahnya kewaspadaan, keterlambatan diagnosis, dan komplikasi yang sering kali berujung pada kematian.

Penyebab dan Gejala Diabetes Tipe 1 pada Anak

Dr. Agustina, yang akrab disapa dr. Tina, menjelaskan bahwa beberapa faktor dapat menyebabkan anak mengalami diabetes tipe 1. Faktor-faktor tersebut meliputi:

  1. Genetik: Kerusakan gen atau riwayat keluarga dengan diabetes tipe 1 dapat meningkatkan risiko.
  2. Autoimun: Sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel pankreas yang memproduksi insulin.
  3. Faktor imunologi lainnya: Kondisi yang melemahkan sistem kekebalan tubuh juga dapat menjadi penyebab.

Gejala diabetes tipe 1 pada anak bervariasi, namun beberapa tanda yang perlu diwaspadai antara lain:

  • Sesak napas
  • Kelelahan yang berlebihan
  • Luka yang sulit sembuh
  • Gangguan tumbuh kembang
  • Gangguan penglihatan
  • Syok akibat kadar gula darah yang tidak terkendali

Selain diabetes tipe 1, dr. Tina juga menyoroti meningkatnya kasus diabetes tipe 2 pada anak. Jenis ini sering kali terkait dengan pola hidup tidak sehat, seperti kurang aktivitas fisik dan konsumsi makanan tinggi kalori. Salah satu tanda fisik yang khas dari diabetes tipe 2 adalah kondisi leher yang menghitam atau dikenal sebagai acanthosis nigricans. Gejala lainnya meliputi anak yang sebelumnya aktif mendadak menjadi mudah lelah, kurang beraktivitas, dan sering mengantuk.

Pencegahan Diabetes pada Anak

Pencegahan diabetes pada anak membutuhkan peran aktif dari orang tua dan lingkungan sekitar. Dr. Tina memberikan beberapa langkah strategis untuk mencegah diabetes pada anak:

  1. Aktivitas Fisik: Pastikan anak rutin berolahraga, terutama melakukan latihan kekuatan fisik setidaknya tiga kali seminggu.
  2. Mengurangi Perilaku Sedentary: Hindari kebiasaan duduk terlalu lama. Anak disarankan bergerak setiap 30-60 menit, misalnya dengan berjalan-jalan sejenak.
  3. Tidur yang Cukup: Tidur yang cukup membantu mengontrol kadar gula darah dan menjaga kesehatan secara keseluruhan.

Dalam kesempatan yang sama, dr. Indrawati, Sp. GK, seorang dokter spesialis gizi, menekankan pentingnya memperhatikan pola makan anak. Ia menyarankan untuk:

  • Membatasi makanan tinggi kalori: Hindari memberikan makanan yang kaya gula atau lemak secara berlebihan.
  • Memperbanyak konsumsi air putih: Ajarkan anak untuk lebih sering minum air putih dan memilih jus tanpa gula.
  • Menghindari makanan sebagai hadiah: Jangan jadikan makanan seperti permen atau camilan manis sebagai penghargaan karena dapat membentuk kebiasaan buruk.
  • Edukasi Pola Makan Seimbang: Orang tua perlu memberikan contoh dengan mengonsumsi makanan sehat dan menjelaskan jenis makanan yang baik untuk kesehatan.

Selain itu, orang tua diimbau untuk lebih selektif dalam memilih makanan kemasan. Banyak produk yang mengandung gula tersembunyi, seperti sukrosa, fruktosa, atau maltosa, yang berpotensi meningkatkan risiko diabetes.

Fenomena yang Mengkhawatirkan

Menurut data, prevalensi diabetes di Indonesia masih cukup tinggi. Sebanyak 7,2 persen penduduk Indonesia atau sekitar 19,5 juta jiwa terkena diabetes. Peningkatan kasus ini paling banyak terjadi pada rentang tahun 2010-2023, dengan salah satu pemicunya adalah pandemi Covid-19. Selama pandemi, aktivitas daring menyebabkan peningkatan screen time, pola makan tidak sehat, dan gaya hidup kurang aktif, yang semuanya berkontribusi pada melonjaknya kasus diabetes.

Kesimpulan

Meningkatnya kasus diabetes pada anak, baik tipe 1 maupun tipe 2, menuntut kewaspadaan dan langkah pencegahan yang serius. Deteksi dini melalui pemantauan gejala dan pola hidup sehat sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih serius. Orang tua memiliki peran besar dalam memberikan edukasi, membentuk kebiasaan sehat, dan memastikan anak tumbuh dengan pola hidup yang seimbang. Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, ancaman diabetes pada anak dapat ditekan, sehingga mereka dapat menikmati masa depan yang lebih sehat.

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

Sejauh Mana Batas Kemandirian Perempuan di Era Modern?

Sejauh Mana Batas Kemandirian Perempuan di Era Modern?

Batas Kemandirian PerempuanKemandirian perempuan kerap menjadi topik yang hangat diperbincangkan di berbagai kalangan, baik dalam konteks sosial, budaya, maupun psikososial. Isu ini relevan di era modern di mana perempuan semakin menunjukkan peran signifikan di berbagai bidang, termasuk pendidikan, pekerjaan, hingga kepemimpinan. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah, sejauh mana batas seorang perempuan bisa mandiri?

Definisi Kemandirian Perempuan

Menurut pengamat psikososial dan budaya, Endang Mariani, kemandirian perempuan dalam konteks psikososial dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar secara mandiri tanpa bergantung pada orang lain. Kebutuhan dasar yang dimaksud meliputi aspek finansial, emosional, dan sosial.

“Kemandirian perempuan tidak hanya sebatas memenuhi kebutuhan pribadi. Mereka juga diharapkan mampu mendukung orang lain, baik secara emosional maupun sosial,” ungkap Endang.

Dalam teori psikososial, kemandirian diukur dari sejauh mana seseorang memiliki kapasitas untuk mengelola hidupnya sendiri dan memberikan kontribusi positif kepada orang di sekitarnya. Dengan kata lain, perempuan mandiri tidak hanya fokus pada dirinya sendiri, tetapi juga berperan sebagai sumber kekuatan bagi komunitas atau keluarga mereka.

Konteks Budaya dan Sosial di Indonesia

Di Indonesia, batas kemandirian perempuan sering kali dibentuk oleh norma sosial yang masih kental dengan budaya patriarki. Meskipun perempuan masa kini telah menunjukkan pencapaian luar biasa di berbagai bidang, ada ekspektasi tertentu dari masyarakat yang membatasi kemandirian mereka.

“Secara budaya, perempuan mandiri tetap diharapkan memiliki pasangan atau keluarga pada usia tertentu,” ujar Endang.

Hal ini berarti bahwa meskipun seorang perempuan mampu memenuhi kebutuhan dasar secara mandiri, masyarakat masih cenderung mengukur keberhasilan mereka dari status perkawinan atau peran domestiknya. Perempuan sering kali dihadapkan pada tuntutan untuk menjalankan peran tradisional seperti mengurus rumah tangga, merawat anak, dan melayani suami, bahkan jika mereka sudah sukses di dunia profesional.

Misalnya, seorang perempuan yang telah memiliki karier cemerlang masih dianggap “tidak lengkap” jika belum menikah atau tidak menjalankan peran tradisional sebagai ibu rumah tangga. Hal ini menciptakan tantangan besar bagi perempuan dalam menemukan keseimbangan antara kemandirian pribadi dan ekspektasi sosial.

Kemandirian yang Seimbang

Endang menekankan bahwa batas kemandirian perempuan sebenarnya terletak pada kemampuan untuk mencapai keseimbangan. Perempuan yang mandiri tidak hanya memenuhi kebutuhan pribadi tetapi juga mampu memberikan kontribusi pada keluarga dan komunitasnya.

“Keseimbangan ini penting, karena perempuan mandiri tetap menjadi bagian dari struktur sosial yang lebih besar, seperti keluarga dan masyarakat,” jelas Endang.

Sebagai contoh, seorang perempuan yang mandiri secara finansial mungkin tetap memiliki tanggung jawab untuk mendukung orang tua atau anggota keluarga lainnya. Di sisi lain, mereka juga memiliki kebebasan untuk membuat keputusan pribadi, seperti menentukan karier atau gaya hidup tanpa tekanan dari pihak lain.

Perempuan Mandiri di Era Modern

Di era modern ini, perempuan semakin memiliki peluang untuk menunjukkan kemandirian. Namun, ada tantangan baru yang muncul, seperti tekanan untuk “memiliki semuanya”—karier yang sukses, keluarga yang bahagia, dan kehidupan sosial yang aktif. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah perempuan benar-benar bisa mencapai kemandirian sepenuhnya, atau justru menjadi korban ekspektasi yang terus berkembang?

Jawaban atas pertanyaan ini sebenarnya bergantung pada definisi kemandirian itu sendiri. Jika kemandirian diartikan sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan membuat keputusan hidup tanpa paksaan, maka banyak perempuan telah mencapainya. Namun, jika kemandirian harus mencakup semua aspek kehidupan tanpa kompromi, maka batasnya menjadi sulit untuk diukur.

Penutup

Kemandirian perempuan adalah perjalanan yang terus berkembang, terutama di tengah perubahan sosial dan budaya. Dalam konteks Indonesia, batas kemandirian perempuan sering kali ditentukan oleh norma sosial yang masih memengaruhi ekspektasi masyarakat. Namun, yang terpenting adalah bagaimana perempuan dapat menemukan keseimbangan antara memenuhi kebutuhan pribadi dan menjalankan peran sosial tanpa kehilangan identitas dan kebebasan mereka.

“Pada akhirnya, kemandirian perempuan bukan tentang memenuhi standar orang lain, tetapi bagaimana mereka bisa hidup sesuai dengan nilai dan tujuan yang mereka pilih,” pungkas Endang.

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

Sering Mengantuk, Gejala Diabetes? Simak Penjelasannya!

Sering Mengantuk, Gejala Diabetes? Simak Penjelasannya!

Gejala Diabetes – Memahami gejala diabetes sangat penting agar Anda dapat melakukan tindakan pengobatan atau perawatan dengan segera. Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah, apakah sering mengantuk bisa menjadi gejala diabetes? Ternyata, sering mengantuk memang bisa menjadi salah satu tanda diabetes. Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua orang yang sering mengantuk mengalami diabetes. Ada berbagai penyebab lain yang dapat memicu rasa kantuk berlebihan.

Untuk memberikan pemahaman lebih mendalam, berikut adalah penjelasan mengenai hubungan antara sering mengantuk dengan diabetes serta beberapa penyebab lainnya.

Sering Mengantuk, Apakah Gejala Diabetes?

Ya, sering mengantuk dapat menjadi salah satu gejala diabetes. Namun, penting untuk dicatat bahwa rasa kantuk yang berlebihan ini biasanya tidak mudah hilang meskipun sudah beristirahat atau tidur cukup.

Dilansir dari Medical News Today, rasa kantuk yang dialami penderita diabetes disebabkan oleh beberapa faktor utama, seperti:

  1. Perubahan Kadar Gula Darah
    Kadar gula darah yang terlalu tinggi (hiperglikemia) atau terlalu rendah (hipoglikemia) dapat mengganggu fungsi tubuh dalam menghasilkan energi. Akibatnya, tubuh merasa lelah dan mengantuk.
  2. Gejala dan Komplikasi Diabetes
    Diabetes yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan komplikasi, seperti neuropati (kerusakan saraf), penyakit ginjal, atau masalah kardiovaskular, yang semuanya dapat meningkatkan rasa lelah dan kantuk.
  3. Efek Samping Obat Diabetes
    Beberapa obat yang digunakan untuk mengelola diabetes dapat menyebabkan kantuk sebagai efek samping.
  4. Gangguan Mental dan Emosional
    Hidup dengan diabetes sering kali memengaruhi kesehatan mental dan emosional seseorang. Perasaan stres, cemas, atau depresi dapat memicu rasa kantuk yang berkepanjangan.
  5. Obesitas atau Berat Badan Berlebih
    Banyak penderita diabetes tipe 2 juga memiliki masalah berat badan berlebih, yang dapat menyebabkan tubuh bekerja lebih keras dan meningkatkan rasa lelah.

Selain itu, diabetes sering kali membuat penderita mengalami dehidrasi karena ginjal bekerja lebih keras untuk menyaring gula berlebih di tubuh. Kondisi ini juga dapat meningkatkan rasa kantuk.

Mengapa Kadar Gula Darah Mempengaruhi Energi Tubuh?

Kadar gula darah yang tinggi menghambat kemampuan tubuh untuk memproses glukosa menjadi energi. Sebaliknya, jika kadar gula terlalu rendah, tubuh tidak memiliki cukup energi untuk berfungsi optimal. Kedua kondisi ini sama-sama menyebabkan rasa lelah, mengantuk, dan bahkan bisa memengaruhi aktivitas sehari-hari.

Penyebab Lain Sering Mengantuk

Meskipun sering mengantuk bisa menjadi salah satu gejala diabetes, ada berbagai kondisi lain yang dapat menyebabkan seseorang merasa mengantuk terus-menerus. Berikut adalah beberapa penyebab umum lainnya:

  1. Kurang Tidur
    Kebiasaan tidur yang buruk, seperti tidur larut malam atau tidak mendapatkan tidur yang cukup, adalah penyebab utama rasa kantuk berlebihan.
  2. Anemia
    Kekurangan sel darah merah membuat tubuh sulit mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, yang menyebabkan kelelahan dan kantuk.
  3. Gangguan Tiroid
    Kelenjar tiroid yang tidak bekerja dengan baik dapat mengganggu metabolisme tubuh, sehingga tubuh merasa lesu.
  4. Gagal Jantung Kongestif
    Kondisi ini membuat jantung kesulitan memompa darah yang cukup, menyebabkan tubuh merasa lelah dan sering mengantuk.
  5. Sleep Apnea
    Gangguan tidur ini menyebabkan pernapasan terhenti sementara saat tidur, sehingga kualitas tidur terganggu dan tubuh tidak mendapatkan istirahat yang cukup.
  6. Depresi
    Kondisi ini memengaruhi otak dan menurunkan tingkat energi seseorang, membuat mereka merasa lesu dan sering mengantuk.
  7. Menopause
    Pada perempuan, perubahan hormon saat menopause dapat memicu insomnia atau gangguan tidur lainnya, yang menyebabkan rasa kantuk pada siang hari.

Kapan Harus Memeriksakan Diri ke Dokter?

Jika Anda merasa sering mengantuk, terlebih jika rasa kantuk ini tidak hilang meskipun sudah tidur cukup, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter. Hal ini sangat penting jika rasa kantuk disertai dengan gejala lain yang mengindikasikan diabetes, seperti:

  • Sering buang air kecil
  • Rasa haus yang berlebihan
  • Berat badan turun tanpa sebab
  • Pandangan kabur
  • Luka yang sulit sembuh

Dokter dapat melakukan serangkaian pemeriksaan, termasuk tes kadar gula darah, untuk memastikan penyebab rasa kantuk tersebut.

Kesimpulan

Jadi, apakah sering mengantuk merupakan gejala diabetes? Jawabannya adalah ya, sering mengantuk bisa menjadi salah satu tanda diabetes. Namun, mengantuk juga dapat disebabkan oleh berbagai kondisi kesehatan lainnya, termasuk gangguan tidur, anemia, atau masalah tiroid. Oleh karena itu, penting untuk tidak membuat diagnosis sendiri. Jika Anda mengalami rasa kantuk berlebihan yang tidak wajar, segera lakukan pemeriksaan medis untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. Dengan pemahaman yang baik, Anda dapat menjaga kesehatan tubuh dan mencegah komplikasi serius di masa depan.

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

Viral Prilly Sebut Laki-Laki Mapan Berkurang, Fenomena Sosial?

Viral Prilly Sebut Laki-Laki Mapan Berkurang, Fenomena Sosial?

Prilly Latuconsina – Nama Prilly Latuconsina, aktris muda berbakat, kembali ramai diperbincangkan di media sosial. Kali ini bukan karena proyek film atau serial televisi, melainkan pernyataannya dalam sebuah video yang menyinggung fenomena sosial. Dalam video tersebut, Prilly menyatakan bahwa saat ini semakin banyak perempuan independen, tetapi jumlah laki-laki mapan semakin sedikit.

“Banyak wanita independen tetapi pria mapan dikit. Itu data valid, lho,” ucap Prilly dalam video tersebut.

Pernyataan itu langsung memicu pro dan kontra di dunia maya. Unggahan video di platform X (Twitter) bahkan telah dilihat lebih dari 18,6 juta kali, mendapat lebih dari 29.000 likes, dan menuai lebih dari 1.500 komentar. Komentar-komentar warganet menggambarkan berbagai pandangan terkait isu ini, mulai dari dukungan hingga kritik tajam.


Pro dan Kontra Warganet

Unggahan ini membelah opini publik. Sebagian warganet setuju dengan pernyataan Prilly, menganggapnya mencerminkan realitas sosial saat ini. Ada pula yang menilai pernyataan tersebut tidak seharusnya menyalahkan satu gender.

Salah satu komentar mendukung menyebutkan, “Emang benar kok, kenapa rekan pria di sini kebanyakan marah dan enggak terima ya? Padahal masih banyak banget rumah tangga yang istri cari nafkah tapi suami enak-enakan di rumah.”

Namun, ada juga yang berpendapat sebaliknya. “Muak banget pembahasan soal salah satu gender enggak butuh gender lainnya. Kita kan diciptakan saling melengkapi, buat kerja sama, dan yang paling penting saling membutuhkan,” tulis seorang warganet yang menentang pernyataan tersebut.


Fenomena Perempuan Independen di Era Modern

Pengamat psikososial dan budaya, Endang Mariani, memandang pernyataan ini sebagai refleksi dari perubahan sosial yang sedang terjadi, terutama dalam fase perkembangan dewasa muda.

Menurut Endang, saat ini banyak perempuan muda yang memilih fokus pada karier dan kemandirian sebelum memprioritaskan hubungan. Hal ini merupakan pergeseran dari norma tradisional, di mana perempuan sebelumnya lebih diarahkan untuk menjadi istri dan ibu, sementara laki-laki mengambil peran sebagai penyedia utama dalam keluarga.

“Banyak perempuan kini lebih fokus pada pengembangan karier dan identitas pribadi (otonomi) sebelum memprioritaskan hubungan. Budaya patriarki di Indonesia sebelumnya menempatkan laki-laki sebagai penyedia utama (breadwinner), namun kini perempuan telah masuk ke ranah ini, menciptakan tantangan baru dalam harapan terhadap pasangan,” ujarnya.


Harapan Sosial dan Ketidakseimbangan Gender

Endang juga mencatat bahwa fenomena ini mencerminkan ketidakseimbangan dalam harapan sosial terhadap laki-laki dan perempuan.

  1. Tekanan Sosial pada Laki-Laki:
    Standar kemapanan laki-laki sering kali lebih tinggi dibandingkan perempuan. Harapan ini menciptakan tekanan tambahan bagi laki-laki untuk memenuhi ekspektasi sosial, yang mungkin tidak selalu realistis dalam kondisi ekonomi saat ini.
  2. Apresiasi terhadap Perempuan Mandiri:
    Di sisi lain, perempuan yang mandiri dan sukses secara ekonomi cenderung mendapatkan apresiasi lebih besar. Hal ini menjadikan ketidakseimbangan gender semakin nyata, di mana kemandirian perempuan sering dianggap sebagai ancaman terhadap maskulinitas laki-laki.

“Ini yang dapat menjelaskan mengapa muncul kesan bahwa ‘cowok mapan (hanya) sedikit,’” jelas Endang.


Bukan Persaingan, Melainkan Kerja Sama

Endang menegaskan bahwa kemandirian perempuan dan kemapanan laki-laki sebenarnya tidak harus saling dipertentangkan. Dalam hubungan yang sehat, kedua hal tersebut justru bisa saling melengkapi.

“Tidak selalu kemapanan atau ketidakmapanan laki-laki dibenturkan dengan kemandirian atau ketidakmandirian perempuan. Hubungan yang ideal adalah hubungan yang dibangun atas dasar kerja sama, saling melengkapi, dan mendukung,” tambahnya.


Pentingnya Kajian Lebih Mendalam

Meskipun pernyataan Prilly menarik perhatian, Endang menekankan pentingnya kajian lebih mendalam untuk memahami fenomena ini secara ilmiah.

“Disebutkan dalam statement tersebut ‘data valid,’ tapi tidak disebutkan sumbernya. Apakah sudah ada data penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan validitasnya secara ilmiah?” tanya Endang.

Kajian semacam ini perlu melibatkan data yang jelas dan perspektif komprehensif, baik dari sisi psikososial, budaya, maupun ekonomi.


Kesimpulan: Mengatasi Ketimpangan Gender

Pernyataan Prilly Latuconsina tentang perempuan independen dan laki-laki mapan memicu diskusi yang relevan dalam konteks sosial saat ini. Fenomena ini mencerminkan perubahan peran gender dalam masyarakat modern, di mana perempuan semakin mendobrak batasan tradisional dan laki-laki menghadapi ekspektasi sosial yang tinggi.

Namun, penting untuk memahami bahwa kemandirian perempuan dan kemapanan laki-laki bukanlah hal yang saling bertentangan. Sebaliknya, keduanya dapat menjadi pondasi bagi hubungan yang sehat dan saling mendukung.

Diskusi ini membuka ruang untuk refleksi lebih lanjut mengenai ketimpangan gender dan bagaimana masyarakat dapat mendorong kesetaraan yang lebih inklusif. Kajian lebih mendalam dan data yang valid diperlukan untuk memahami fenomena ini secara menyeluruh dan memberikan solusi yang konstruktif.

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

Sudah Sampai Mana Upaya Pencegahan HIV/AIDS di Dunia?

Sudah Sampai Mana Upaya Pencegahan HIV/AIDS di Dunia?

HIV/AIDS – Pada Juni 1981, dunia pertama kali mencatat laporan tentang penyakit yang kemudian dikenal sebagai acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Penyebabnya, yaitu human immunodeficiency virus (HIV), baru berhasil diidentifikasi dua tahun kemudian pada 1983. Sejak saat itu, HIV/AIDS telah menjadi salah satu masalah kesehatan global yang paling serius.

Menurut laporan UNAIDS, sejak awal pandemi ini muncul, sekitar 85,6 juta orang telah terinfeksi HIV, dan 40,4 juta di antaranya meninggal dunia akibat penyakit terkait AIDS. Meski sudah ada kemajuan dalam penanganan dan pencegahan, perjalanan untuk mengakhiri HIV/AIDS masih panjang. Pada 2023, tercatat 40 juta orang hidup dengan HIV, di mana 53 persen di antaranya adalah perempuan dan remaja putri.


Bagaimana HIV Menular?

HIV ditemukan dalam cairan tubuh seperti darah, cairan mani, cairan vagina, dan air susu ibu dari orang yang terinfeksi. Penularan HIV dapat terjadi melalui beberapa cara:

  1. Hubungan seksual tanpa pelindung dengan pasangan yang terinfeksi.
  2. Penggunaan jarum suntik bersama yang tidak steril.
  3. Produk darah yang tidak disaring atau tidak melalui proses screening.
  4. Penularan dari ibu ke bayi selama kehamilan, persalinan, atau melalui pemberian ASI.

Tantangan Global dalam Penanganan HIV/AIDS

Meski ada kemajuan dalam pengobatan dan pencegahan, tantangan besar masih menghadang. Pada tahun 2022, data UNAIDS menunjukkan:

  • 9,2 juta pengidap HIV di seluruh dunia belum mendapatkan akses pengobatan.
  • Dari mereka yang mendapatkan terapi antiretroviral (ARV), sekitar 2,1 juta orang belum berhasil menekan kadar virus hingga tingkat yang tidak terdeteksi.
  • Setiap menit, ada satu orang yang meninggal dunia akibat AIDS.

Tantangan ini lebih terlihat di wilayah seperti Eropa Timur, Asia Tengah, Timur Tengah, dan Afrika Utara, di mana hanya separuh dari pengidap HIV yang mendapatkan akses terapi ARV.


Pengobatan HIV/AIDS: Antiretroviral (ARV)

Penggunaan antiretroviral (ARV) telah menjadi terobosan penting dalam penanganan HIV. ARV membantu menekan kadar virus dalam tubuh, memperpanjang usia harapan hidup pengidap HIV, dan mengurangi risiko penularan. Hingga akhir Desember 2022, hampir 30 juta orang yang hidup dengan HIV di seluruh dunia telah mendapatkan akses ke pengobatan ini.

Namun, kematian akibat penyakit terkait AIDS masih tinggi. Pada tahun 2022, ada 1,3 juta orang yang baru terdiagnosis HIV, sementara 630.000 orang meninggal dunia akibat penyakit yang berhubungan dengan HIV/AIDS.


Pre-Exposure Prophylaxis (PrEP): Pencegahan dengan Terapi Modern

Salah satu inovasi dalam pencegahan HIV adalah Pre-Exposure Prophylaxis (PrEP), terapi yang digunakan oleh orang dengan HIV-negatif untuk mencegah infeksi ketika terpapar virus. PrEP tersedia dalam dua bentuk:

  1. Pil harian yang diminum secara rutin.
  2. Suntikan cabotegravir yang diberikan setiap dua bulan sekali.

Meskipun terbukti efektif dalam mencegah infeksi baru, akses terhadap PrEP masih terbatas, terutama di negara berkembang. Di banyak negara maju, PrEP sudah tersedia secara luas, tetapi di negara-negara dengan jumlah kasus HIV tinggi namun memiliki keterbatasan anggaran, PrEP belum sepenuhnya didukung oleh sistem pembiayaan kesehatan.


Obat Baru yang Mengubah Peta: Lenacapavir

Terobosan baru lainnya dalam pengobatan HIV adalah lenacapavir, obat yang menunjukkan efektivitas hingga 100 persen dalam pengujian awal untuk mencegah infeksi HIV. Namun, obat ini memiliki tantangan besar: harganya yang sangat mahal. Perusahaan farmasi Gilead, yang memproduksi lenacapavir, menetapkan harga sekitar 40.000 dolar AS (Rp 463 juta) per orang per tahun.

Untuk mengatasi masalah biaya, Gilead telah membuat kesepakatan dengan perusahaan farmasi pembuat obat generik agar obat ini dapat dijual dengan harga lebih rendah di negara-negara berkembang. Meski demikian, akses terhadap obat ini masih sangat terbatas bagi sebagian besar pengidap HIV di dunia.


Tantangan Penjangkauan Kelompok Rentan

Salah satu tantangan terbesar dalam upaya pencegahan dan pengobatan HIV adalah menjangkau kelompok rentan. Penjangkauan ini sering terhambat oleh stigma, diskriminasi, dan kurangnya kesadaran masyarakat. Di Indonesia, misalnya, laporan Kementerian Kesehatan pada Desember 2022 menunjukkan bahwa dari estimasi 526.841 orang dengan HIV, baru 81,5 persen yang mengetahui status HIV mereka.


Kesenjangan dalam Hak Asasi dan Perawatan Kesehatan

Menurut Christine Stegling, Wakil Direktur UNAIDS, meskipun ada kemajuan dalam pencegahan dan pengobatan, dunia masih menghadapi kesenjangan besar dalam perlindungan hak asasi manusia. Hal ini menghambat upaya global untuk mengakhiri epidemi AIDS.

“Kemajuan itu didorong oleh biomedis, perlindungan hak asasi manusia, dan aktivisme masyarakat. Namun, ada kesenjangan besar dalam perlindungan hak asasi manusia, yang menghalangi dunia untuk berada di jalur mengakhiri AIDS,” kata Stegling.


Harapan di Masa Depan

Meski tantangan masih besar, kemajuan dalam teknologi medis dan pengobatan memberikan harapan baru. Upaya global kini fokus pada memastikan akses yang lebih luas terhadap terapi modern seperti PrEP dan lenacapavir, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS.

Namun, tanpa dukungan yang kuat dari pemerintah, aktivis, dan masyarakat, target mengakhiri epidemi AIDS pada 2030 mungkin sulit tercapai.


Kesimpulan

Kemajuan dalam pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS telah membawa harapan besar bagi jutaan orang yang hidup dengan HIV. Namun, tantangan seperti akses yang tidak merata, biaya tinggi, dan stigma sosial masih menjadi hambatan utama.

Dunia perlu terus bekerja sama untuk menjembatani kesenjangan dalam perlindungan hak asasi manusia dan perawatan kesehatan, memastikan bahwa setiap orang memiliki akses terhadap pengobatan dan pencegahan yang efektif. Dengan komitmen yang kuat, target mengakhiri epidemi AIDS di masa depan tetap dapat dicapai.

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

10 Cara Romantis untuk Mengembalikan Keharmonisan Hubungan

10 Cara Romantis untuk Mengembalikan Keharmonisan Hubungan

Mengembalikan Keharmonisan Hubungan – Menjalin hubungan jangka panjang tidak selalu berjalan mulus. Pasang surut dalam hubungan adalah hal yang wajar, tetapi bukan alasan untuk menyerah. Ada banyak cara untuk memperbaiki dan memberikan warna baru dalam hubungan, salah satunya adalah melalui perilaku romantis. Berikut adalah 10 perilaku romantis yang bisa membantu kamu dan pasangan kembali harmonis.

1. Menelusuri Kembali Tempat Kenangan

Mengunjungi tempat-tempat yang menyimpan kenangan indah bersama pasangan dapat menghidupkan kembali momen manis dalam hubungan. Menurut Amiira Ruotola, penulis buku How to Keep Your Marriage from Sucking, hal ini bisa memperkuat ikatan dengan pasangan.

“Pergi ke tempat di mana kamu memiliki kenangan indah dapat mengingatkan bahwa kalian masih saling menyukai,” jelasnya. Jadi, tak ada salahnya meluangkan waktu untuk mengenang perjalanan cinta kalian.

2. Hindari Bermain Ponsel Terlalu Sering

Ketika bersama pasangan, hindari terlalu sibuk dengan ponsel. Fokuslah pada percakapan dan waktu berkualitas bersama. Konselor Alison Blackler menyebut bahwa kurangnya komunikasi dapat menjadi sumber masalah dalam hubungan.

“Mengabaikan komunikasi sama saja dengan membiarkan hubungan itu runtuh perlahan,” ujarnya. Sediakan waktu untuk saling berbicara dan memahami perasaan satu sama lain.

3. Jangan Pendam Kebencian

Alih-alih memendam perasaan negatif, cobalah membicarakan masalah secara terbuka. Terapis Juliana Morris menyarankan untuk menuliskan keluhan masing-masing di atas kertas, lalu mendiskusikannya bersama.

Dengan cara ini, kalian bisa saling memahami tanpa harus meluapkan emosi yang berlebihan.

4. Selalu Sampaikan Terima Kasih

Mengucapkan terima kasih mungkin terdengar sederhana, tetapi dampaknya besar. Menunjukkan rasa syukur dapat membuat pasangan merasa dihargai.

“Sering kali, kita mulai menganggap remeh pasangan setelah bertahun-tahun bersama. Ungkapan terima kasih bisa menjadi cara untuk memperbaikinya,” ungkap Amanda Baquero, terapis pernikahan dan keluarga.

5. Saling Memperbaiki Diri

Kesalahan dalam hubungan bukan hanya tanggung jawab satu pihak. Psikoterapis Cori Dixon-Fyle mengatakan, memperbaiki diri sendiri adalah langkah penting untuk meningkatkan kualitas hubungan.

“Ketika kamu merasa nyaman dengan dirimu sendiri, kamu akan menetapkan standar yang sehat untuk dicintai oleh orang lain,” tuturnya.

6. Pergi Kencan Malam

Merencanakan malam kencan romantis adalah cara sederhana namun efektif untuk menghidupkan kembali gairah dalam hubungan. Baik itu makan malam, menonton film, atau memasak bersama, kencan malam dapat mempererat hubungan kalian.

7. Bergurau dan Berbagi Tawa

Humor adalah cara yang ampuh untuk mencairkan suasana dalam hubungan. Jangan ragu untuk melontarkan lelucon atau bercanda dengan pasangan. Momen ini dapat meringankan beban pikiran dan menciptakan kebersamaan yang menyenangkan.

8. Sentuhan Fisik yang Hangat

Sentuhan fisik, seperti menggandeng tangan atau memeluk, bisa memberikan kedekatan emosional. Psikolog Rachel Needle menjelaskan, sentuhan fisik dapat memicu pelepasan hormon bahagia, seperti oksitosin dan serotonin, yang memperkuat hubungan.

“Tunjukkan kasih sayang dengan sentuhan fisik sederhana. Hal ini sangat penting dalam hubungan,” sarannya.

9. Tunjukkan Inisiatif

Terkadang, pasangan enggan menyampaikan kebutuhan mereka secara langsung. Oleh karena itu, inisiatif dari diri sendiri sangat dibutuhkan. Terapis pasangan Kendra Capalbo mengatakan bahwa inisiatif dapat membuat pasangan merasa dihargai dan dimengerti.

“Jika kamu ingin merasa diinginkan, buatlah pasanganmu merasa diinginkan lebih dulu,” ujarnya.

10. Ingat Alasan Jatuh Cinta

Ketika hubungan mulai terasa berat, cobalah mengingat kembali alasan mengapa kamu jatuh cinta pada pasanganmu. Pelatih pemberdayaan Mangala Holland menyarankan untuk mengenang pertemuan pertama atau momen spesial yang kalian lewati bersama.

“Menciptakan kebiasaan baru, seperti memberi pujian atau ungkapan terima kasih, dapat membantu pasangan merasa dihargai,” jelasnya.


Hubungan yang harmonis memerlukan usaha dari kedua belah pihak. Dengan menerapkan perilaku-perilaku romantis di atas, kamu bisa mengembalikan kehangatan dalam hubungan dan menciptakan momen indah bersama pasangan. Jangan ragu untuk mencoba, karena setiap usaha kecil dapat memberikan dampak besar.

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

Amankah Minum Air Rebusan Daun Kelor Setiap Hari?

Amankah Minum Air Rebusan Daun Kelor Setiap Hari?

Rebusan Daun Kelor – Daun kelor dikenal kaya akan kandungan vitamin, mineral, dan protein yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Namun, apakah aman jika mengonsumsinya setiap hari? Secara umum, minum air rebusan daun kelor setiap hari dalam jumlah wajar aman dilakukan dan dapat memberikan berbagai manfaat bagi kesehatan tubuh.

Amankah Minum Rebusan Daun Kelor Setiap Hari?

Menurut Eating Well, daun kelor adalah obat herbal yang dapat ditoleransi oleh tubuh, bahkan dalam dosis tinggi. Kandungan utamanya, seperti zat besi, vitamin C, dan quercetin, memiliki manfaat luar biasa. Namun, konsumsi berlebihan dapat memicu efek samping, terutama bagi mereka yang sensitif terhadap zat besi.

Efek samping seperti mual, muntah, atau sembelit dapat muncul jika konsumsi daun kelor berlebihan. Sebagai pedoman, konsumsi tidak lebih dari 70 gram daun kelor setiap hari, atau setara dengan dua cangkir teh daun kelor. Selalu perhatikan reaksi tubuh dan sesuaikan jumlah konsumsi Anda.

Manfaat Minum Air Rebusan Daun Kelor

Daun kelor mengandung berbagai zat aktif yang memberikan efek positif bagi tubuh. Berikut adalah manfaat yang bisa didapatkan dengan mengonsumsi air rebusan daun kelor:

1. Mengurangi Gejala Gangguan Pernapasan

Daun kelor dapat membantu meredakan gejala asma dan memperbaiki fungsi saluran napas.

2. Menurunkan Gula Darah

Kandungan daun kelor dapat melindungi jaringan tubuh dari kerusakan akibat kadar gula darah tinggi, mengurangi risiko diabetes.

3. Menyehatkan Jantung

Daun kelor membantu mengurangi penyerapan kolesterol di usus dan mencegah pembentukan plak lemak pada arteri, sehingga mendukung kesehatan jantung.

4. Menurunkan Tekanan Darah Tinggi

Kandungan yang dapat mengendurkan pembuluh darah dan meningkatkan sirkulasi darah membantu menurunkan tekanan darah secara alami.

5. Mendukung Penurunan Berat Badan

Air rebusan daun kelor memberikan efek kenyang lebih lama, sehingga cocok bagi Anda yang ingin menjaga berat badan.

6. Mengatasi Anemia

Dengan meningkatkan jumlah sel darah merah, daun kelor dapat membantu mengatasi anemia, terutama yang disebabkan oleh kekurangan zat besi.

7. Mengurangi Inflamasi

Daun kelor efektif meredakan penyakit inflamasi seperti rematik dan nyeri otot setelah olahraga.

8. Meningkatkan Fungsi Sistem Pencernaan

Membantu melancarkan buang air besar, mengatasi sembelit, dan menjaga kesehatan usus.

9. Meningkatkan Imunitas

Kandungan vitamin C dan zat antioksidan dalam daun kelor meningkatkan kemampuan tubuh melawan penyakit.

10. Menjaga Kesehatan Kulit

Daun kelor mendukung produksi kolagen, mempercepat penyembuhan luka, dan meningkatkan hidrasi kulit.

Konsultasi dengan Dokter

Meskipun air rebusan daun kelor memiliki banyak manfaat, penting untuk membatasi jumlah konsumsinya setiap hari. Bagi Anda yang sedang menjalani perawatan medis tertentu, sebaiknya konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu untuk memastikan konsumsi daun kelor aman dan tidak mengganggu pengobatan Anda.

Kesimpulan

Minum air rebusan daun kelor setiap hari dalam jumlah yang wajar dapat memberikan manfaat besar bagi kesehatan tubuh, mulai dari menjaga jantung, menurunkan tekanan darah, hingga meningkatkan imunitas. Dengan konsumsi yang tepat, Anda dapat memanfaatkan khasiat herbal ini untuk mendukung kesehatan sehari-hari.

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

5 Jenis Lensa Kacamata untuk Kebutuhan Mata Anda

5 Jenis Lensa Kacamata untuk Kebutuhan Mata Anda

Jenis Lensa Kacamata – Kacamata tidak hanya menjadi alat bantu penglihatan, tetapi juga aksesori multifungsi yang membantu melindungi mata dari berbagai faktor risiko. Pemilihan lensa kacamata yang sesuai dengan kebutuhan mata sangat penting untuk memberikan kenyamanan dan efektivitas optimal. Setiap jenis lensa memiliki fungsi spesifik, mulai dari memperbaiki masalah penglihatan seperti minus, plus, atau silinder, hingga melindungi mata dari sinar UV atau sinar biru.

Dengan mengetahui berbagai macam lensa kacamata yang tersedia, kamu bisa memilih lensa yang paling sesuai dengan aktivitas dan kondisi penglihatanmu. Berikut adalah jenis-jenis lensa kacamata yang umum ditemukan di berbagai optik, beserta fungsinya.


1. Lensa Single Vision

Lensa single vision adalah jenis lensa yang dirancang untuk menangani satu masalah penglihatan, baik itu rabun jauh (minus), rabun dekat (plus), atau astigmatisme (silinder). Jenis lensa ini biasanya dipakai oleh individu yang hanya membutuhkan koreksi untuk satu jenis gangguan penglihatan.

Ayu, staf toko optik Yomi Jaya di Pasar Senen, Jakarta Pusat, menjelaskan bahwa lensa single vision dapat digunakan untuk membaca atau aktivitas sehari-hari. “Lensa single vision ukurannya untuk baca dan jalan,” kata Ayu. Lensa ini merupakan pilihan ideal bagi pengguna yang memerlukan kacamata sederhana untuk kebutuhan spesifik tanpa kombinasi kompleks.


2. Lensa Progresif

Lensa progresif adalah solusi untuk mengatasi tiga kebutuhan penglihatan dalam satu lensa: jarak jauh, jarak menengah, dan jarak dekat. Biasanya, lensa ini digunakan oleh individu yang mengalami presbiopi atau kesulitan melihat jarak dekat karena faktor usia.

“Lensa progresif memiliki tambahan (ADD) untuk membaca. Dengan lensa ini, pengguna tidak perlu mengganti kacamata untuk aktivitas berbeda,” ujar Ayu. Lensa ini sangat ideal bagi mereka yang berusia 40 tahun ke atas yang membutuhkan kacamata multifungsi untuk berbagai aktivitas sehari-hari.


3. Lensa Blue Ray

Lensa blue ray dirancang khusus untuk melindungi mata dari paparan sinar biru yang berasal dari layar gadget, seperti smartphone, komputer, atau televisi. Paparan sinar biru secara terus-menerus dapat menyebabkan ketegangan mata digital, gangguan tidur, hingga potensi kerusakan retina dalam jangka panjang.

“Kalau sering menggunakan gadget, nonton TV, atau bekerja di depan layar, lensa blue ray sangat disarankan,” jelas Ayu. Lensa ini membantu mengurangi ketegangan mata dan memberikan perlindungan tambahan bagi pengguna yang terpapar layar dalam waktu lama.


4. Lensa Photochromic

Bagi kamu yang sering berkegiatan di luar ruangan, lensa photochromic bisa menjadi pilihan yang tepat. Lensa ini memiliki kemampuan berubah warna saat terkena sinar matahari. Ketika berada di bawah sinar UV, lensa akan menjadi lebih gelap, mirip seperti kacamata hitam, dan kembali jernih saat di dalam ruangan.

“Lensa ini cocok untuk orang yang tidak sering menggunakan gadget tetapi tidak mau silau saat di luar ruangan,” kata Ayu. Lensa photochromic memberikan kenyamanan sekaligus perlindungan ekstra bagi mata dari sinar UV yang berbahaya.


5. Lensa Blue Cromic

Lensa blue cromic adalah kombinasi dari lensa blue ray dan photochromic. Lensa ini menawarkan perlindungan ganda dari sinar UV dan sinar biru secara bersamaan, menjadikannya solusi terbaik bagi individu yang sering berkegiatan di luar ruangan sekaligus banyak menggunakan gadget.

“Lensa ini dapat berubah warna seperti photochromic saat terkena sinar matahari dan juga melindungi mata dari sinar biru,” ujar Ayu. Dengan fitur ini, blue cromic menjadi pilihan multifungsi yang memberikan kenyamanan dan perlindungan optimal untuk berbagai aktivitas.


Tips Memilih Lensa Kacamata

Memilih lensa kacamata yang tepat membutuhkan pertimbangan berbagai faktor, seperti aktivitas harian, kebutuhan penglihatan, dan kondisi kesehatan mata. Berikut beberapa tips untuk membantu memilih lensa yang sesuai:

  1. Konsultasikan dengan Profesional: Pastikan untuk berkonsultasi dengan optometris atau dokter mata untuk mengetahui kebutuhan spesifik penglihatanmu.
  2. Perhatikan Aktivitas Harian: Pilih lensa yang sesuai dengan gaya hidupmu, apakah lebih sering di depan layar atau berkegiatan di luar ruangan.
  3. Cek Anggaran: Lensa dengan fitur tambahan, seperti blue ray atau photochromic, biasanya lebih mahal. Pastikan untuk memilih lensa yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran.

Dengan memahami berbagai jenis lensa kacamata, kamu dapat menentukan pilihan terbaik sesuai kebutuhan. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli optik untuk mendapatkan rekomendasi yang tepat. Dengan lensa yang sesuai, penglihatanmu akan lebih terjaga, dan aktivitas sehari-hari menjadi lebih nyaman.

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

7 Manfaat Rebusan Jahe dan Kunyit untuk Kesehatan

7 Manfaat Rebusan Jahe dan Kunyit untuk Kesehatan

Manfaat Rebusan Jahe – Jahe dan kunyit dikenal sebagai rempah-rempah khas yang sering digunakan dalam berbagai masakan. Namun, lebih dari sekadar bumbu dapur, jahe dan kunyit memiliki banyak manfaat kesehatan yang luar biasa. Rebusan jahe dan kunyit telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan. Dengan mengonsumsi rebusan ini secara rutin, Anda dapat mendukung kesehatan tubuh sekaligus mencegah berbagai penyakit. Apa saja manfaatnya? Berikut ulasan lengkapnya.

Mengapa Rebusan Jahe dan Kunyit Begitu Bermanfaat?

Jahe dan kunyit masing-masing memiliki kandungan alami seperti gingerol dan kurkumin, yang dikenal karena sifat antioksidan, antiinflamasi, dan antikankernya. Ketika keduanya digabungkan, manfaatnya menjadi lebih besar karena sifat aktif dari kedua bahan tersebut saling melengkapi.

Disarikan dari sumber terpercaya seperti Healthline dan Eating Well, berikut adalah manfaat luar biasa dari minum rebusan jahe dan kunyit secara rutin.


1. Mengurangi Nyeri

Salah satu manfaat utama dari rebusan jahe dan kunyit adalah kemampuannya untuk mengurangi nyeri. Kandungan kurkumin dalam kunyit terbukti efektif dalam mengurangi rasa nyeri akibat inflamasi, seperti radang sendi dan kolitis ulseratif.

Jahe juga memiliki khasiat serupa. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa jahe dapat mengurangi nyeri kronis, termasuk rasa nyeri yang dialami pasien kanker payudara selama kemoterapi. Mengonsumsi rebusan ini secara rutin dapat membantu tubuh melawan rasa sakit tanpa efek samping yang berbahaya.


2. Melawan Radikal Bebas

Radikal bebas adalah senyawa berbahaya yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan memicu berbagai penyakit kronis, termasuk kanker dan penyakit jantung. Jahe dan kunyit sama-sama kaya akan antioksidan yang membantu tubuh melawan efek buruk radikal bebas.

Kunyit memiliki kandungan antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan jahe, tetapi kombinasi keduanya memberikan perlindungan yang optimal. Bahkan, jika rebusan ini dicampur dengan bawang putih, manfaatnya menjadi lebih besar.


3. Mengurangi Inflamasi

Peradangan kronis adalah salah satu penyebab utama berbagai masalah kesehatan serius, seperti diabetes, penyakit jantung, kanker, dan gangguan neurodegeneratif.

Jahe mengandung gingerol, sementara kunyit mengandung kurkumin, yang keduanya memiliki sifat antiinflamasi kuat. Dengan mengonsumsi rebusan jahe dan kunyit, risiko peradangan dapat diminimalkan, sehingga tubuh menjadi lebih sehat dan terlindungi dari berbagai penyakit.


4. Menyehatkan Jantung

Rebusan jahe dan kunyit sangat baik untuk kesehatan jantung. Jahe telah terbukti membantu menurunkan tekanan darah tinggi, sementara kunyit, jika dikonsumsi dalam jangka panjang, dapat mengurangi kadar kolesterol dalam tubuh. Kombinasi ini dapat mencegah penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung dan stroke.


5. Menurunkan Risiko Kanker

Jahe dan kunyit memiliki sifat antikanker yang sangat baik. Kedua bahan ini mampu menghambat pembentukan karsinogen dalam tubuh, yaitu zat yang dapat menyebabkan kanker.

Khusus bagi perokok, kunyit terbukti efektif dalam meningkatkan kadar antioksidan tubuh dan membantu mengeluarkan senyawa karsinogen dari dalam tubuh. Dengan begitu, risiko kanker dapat diminimalkan.


6. Meningkatkan Sistem Imun

Sistem imun yang kuat adalah kunci untuk melindungi tubuh dari berbagai penyakit. Jahe memiliki kemampuan untuk meningkatkan jumlah sel imun, sehingga tubuh menjadi lebih tahan terhadap serangan virus dan bakteri. Sementara itu, kunyit dapat membantu mengurangi gejala alergi, seperti bersin-bersin dan hidung tersumbat.


7. Mengurangi Mual

Jahe telah lama dikenal sebagai obat alami untuk mengatasi rasa mual. Baik itu mual akibat kehamilan, mabuk perjalanan, atau efek kemoterapi, jahe dapat membantu meredakannya. Meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan, kunyit juga memiliki potensi untuk membantu mengatasi gangguan pencernaan yang sering memicu rasa mual.


Cara Aman Mengonsumsi Rebusan Jahe dan Kunyit

Meskipun rebusan jahe dan kunyit memiliki banyak manfaat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  1. Konsultasi dengan Dokter: Jika Anda memiliki riwayat penyakit tertentu atau sedang mengonsumsi obat-obatan, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu sebelum mengonsumsi rebusan ini secara rutin.
  2. Porsi yang Tepat: Gunakan jahe dan kunyit dalam jumlah yang wajar. Konsumsi berlebihan dapat menyebabkan efek samping, seperti iritasi lambung.
  3. Campuran Tambahan: Anda dapat menambahkan madu atau perasan lemon untuk meningkatkan rasa dan manfaatnya.

Kesimpulan

Rebusan jahe dan kunyit adalah minuman sederhana yang menawarkan banyak manfaat untuk kesehatan tubuh. Mulai dari mengurangi nyeri, melawan radikal bebas, hingga meningkatkan kesehatan jantung dan sistem imun, rebusan ini merupakan pilihan alami untuk menjaga tubuh tetap sehat.

Namun, pastikan untuk selalu memerhatikan kondisi tubuh dan berkonsultasi dengan ahli medis jika diperlukan. Dengan konsumsi yang teratur dan porsi yang tepat, Anda dapat merasakan khasiat luar biasa dari jahe dan kunyit. Jadi, tunggu apa lagi? Cobalah manfaatkan kekayaan alam ini untuk mendukung kesehatan Anda dan keluarga.

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

4 Tips Redakan Nyeri Otot Setelah Olahraga, Jangan Lupa Protein!

4 Tips Redakan Nyeri Otot Setelah Olahraga, Jangan Lupa Protein!

Nyeri Otot – Nyeri otot setelah berolahraga, yang dikenal dengan istilah Delayed Onset Muscle Soreness (DOMS), adalah hal yang umum dialami banyak orang, terutama mereka yang baru mulai berolahraga, mencoba jenis latihan baru, atau meningkatkan intensitas latihan. DOMS biasanya muncul satu hingga tiga hari setelah olahraga dan ditandai dengan rasa nyeri pada otot yang digunakan.

Menurut Irtya Qiyamulail atau yang akrab disapa Tya, seorang ahli gizi dan anggota Asosiasi Pelatih Kebugaran Indonesia (APKI), DOMS sebenarnya merupakan hal wajar.

“Biasanya dua atau tiga hari setelah olahraga akan ada nyeri otot atau DOMS. Jangan khawatir, kondisi ini sangat normal dan pertanda bahwa olahraga yang dilakukan itu efektif,” ungkap Tya dalam acara Empowered in Motion inclusive training bootcamp bersama Adidas Indonesia di Jakarta.

Namun, bagaimana cara mengatasi DOMS agar aktivitas harian tidak terganggu? Berikut adalah beberapa tips dari Tya untuk meredakan nyeri otot dan mempercepat pemulihan tubuh.


1. Segera Penuhi Kebutuhan Cairan

Salah satu langkah pertama yang harus dilakukan setelah selesai berolahraga adalah memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Selama olahraga, tubuh kehilangan banyak cairan melalui keringat, dan hal ini bisa menyebabkan kelelahan serta menghambat proses pemulihan otot.

Tya menyarankan untuk segera mengonsumsi cairan setelah berolahraga. Cairan yang mengandung karbohidrat, seperti minuman isotonik, dapat membantu menggantikan elektrolit yang hilang dan mempercepat pemulihan.

“Sesaat setelah selesai olahraga, harus penuhi cairan dengan mengonsumsi karbohidrat cair seperti isotonik. Hal ini agar proses pemulihannya lebih maksimal,” kata Tya.


2. Konsumsi Protein untuk Pemulihan Otot

Protein dikenal sebagai nutrisi penting untuk memperbaiki dan membangun jaringan tubuh, termasuk otot. Bagi mereka yang mengalami DOMS, mengonsumsi protein dapat membantu mempercepat pemulihan otot yang mengalami kerusakan mikro akibat olahraga.

Menurut Tya, konsumsi protein sebaiknya tidak hanya dilakukan setelah berolahraga, tetapi juga menjadi bagian dari pola makan harian. Hal ini akan memastikan tubuh selalu memiliki nutrisi yang cukup untuk proses regenerasi otot.

“Untuk pemulihannya bisa difokuskan dengan konsumsi protein. Makanya, cairan, karbohidrat, dan protein itu perlu diperhatikan sepanjang waktu, bukan cuma pas selesai olahraga saja,” ujarnya.


3. Istirahat yang Cukup

Selain menjaga asupan nutrisi, tubuh membutuhkan waktu istirahat yang cukup untuk memperbaiki dirinya secara alami. Tya menekankan pentingnya tidur, yang merupakan waktu utama bagi tubuh untuk melakukan proses regenerasi dan pemulihan.

Jika mengalami DOMS, hindari memaksakan tubuh untuk kembali berolahraga intens sebelum otot benar-benar pulih. Memaksakan diri hanya akan meningkatkan risiko cedera dan memperparah kondisi otot.

“Selain makan protein, jangan lupa untuk diimbangi dengan istirahat yang cukup, karena tidur adalah proses pemulihan alami dari tubuh,” jelas Tya.


4. Perhatikan Pola Makan Harian

Asupan gizi harian yang seimbang menjadi kunci untuk menjaga tubuh tetap bugar dan mendukung pemulihan setelah olahraga. Tya merekomendasikan untuk memastikan setiap porsi makanan berat mengandung kombinasi gizi yang lengkap, seperti protein, karbohidrat, dan serat.

“Pastikan setiap makan berat, itu harus ada proteinnya minimal satu jenis, kalau mau lebih baik dua jenis. Jadi bisa digabungkan protein nabati dan hewani, lalu karbohidrat dan serat,” kata Tya.

Dengan mengatur pola makan yang sehat, tubuh akan lebih siap menghadapi aktivitas fisik dan proses pemulihan otot pun menjadi lebih cepat.


Pentingnya Menjaga Pola Hidup Sehat

DOMS memang wajar terjadi, tetapi bukan berarti tidak dapat diminimalkan. Dengan memenuhi kebutuhan cairan, mengonsumsi protein, memberikan tubuh istirahat yang cukup, serta menjaga pola makan yang seimbang, nyeri otot bisa lebih cepat teratasi. Selain itu, langkah-langkah ini juga membantu tubuh menjadi lebih bugar dan siap untuk aktivitas olahraga berikutnya.

Keseimbangan antara olahraga, asupan nutrisi, dan istirahat yang cukup tidak hanya akan mengurangi risiko DOMS, tetapi juga mendukung kesehatan tubuh secara keseluruhan. Jadi, tidak perlu khawatir lagi dengan nyeri otot setelah olahraga. Dengan menerapkan tips di atas, kamu bisa terus beraktivitas tanpa hambatan!

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.