Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) berkomitmen untuk membantu penyehatan kinerja PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. melalui langkah-langkah strategis yang direncanakan oleh anak usahanya, PT Danantara Asset Management (Persero). Proses ini akan melibatkan pendekatan yang inovatif dan factual dalam upaya restrukturisasi yang sedang dijalani oleh Garuda.
Dalam sebuah pengumuman yang dirilis di Bursa Efek Indonesia (BEI), terungkap bahwa Danantara akan berperan aktif dalam restrukturisasi Garuda melalui skema Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD). Langkah ini mencakup setoran modal tunai dan konversi utang menjadi saham baru, memberikan harapan baru bagi kelangsungan usaha Garuda di tengah tantangan yang ada.
Dana yang akan disalurkan mencapai US$ 1.441.320.636 dan diharapkan dapat memberikan dukungan signifikan bagi perusahaan. Selain itu, konversi utang sejumlah US$ 405 juta menjadi saham baru diharapkan dapat menambah struktur permodalan yang lebih kuat untuk Garuda.
Rincian Proses Rekapitalisasi untuk Garuda Indonesia
Melalui kegiatan PMTHMETD, total dana yang dihasilkan dari privat placement ini diperkirakan mencapai US$ 1,84 miliar atau setara dengan Rp 30,46 triliun. Angka ini mencerminkan komitmen Danantara dalam mendukung restrukturisasi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan. Dengan langkah ini, Garuda berupaya lebih optimis untuk mengembalikan posisi finansial yang sehat.
“Urgensi untuk memperbaiki posisi keuangan perusahaan adalah faktor utama dalam pelaksanaan PMTHMETD ini,” kata manajemen Garuda. Mereka menekankan kebutuhan mendesak untuk memperkuat likuiditas agar bisa terus beroperasi dan menjaga kelangsungan usaha.
Garuda Indonesia telah membuat kemajuan dalam menurunkan utang dan memperbaiki nilai ekuitas sejak restrukturisasi 2022. Namun, beberapa tantangan masih ada, seperti perlunya realisasi rencana rights issue dan potensi pengaruh negatif terhadap akses pendanaan.
Tantangan dan Hambatan dalam Proses Transformasi
Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah belum terrealisasinya rencana rights issue yang diharapkan bisa mendatangkan investor strategis. Di samping itu, Garuda juga belum mencapai ekuitas positif, sehingga akses terhadap pendanaan menjadi lebih sulit. Hal ini menjadi perhatian serius mengingat potensi delisting pun menghantui perusahaan.
Kinerja operasional perusahaan juga tertekan oleh peningkatan biaya pemeliharaan dan restorasi pesawat. Dengan situasi ini, restrukturisasi saat ini berfokus pada Garuda, tanpa mengikutsertakan anak usahanya seperti Citilink yang juga memerlukan perhatian lebih.
Pemulihan trafik penerbangan pun lambat, jauh dari proyeksi manajemen. Hal ini menunjukkan berbagai faktor eksternal dan internal yang berkontribusi pada tantangan yang sedang dialami perusahaan di tengah upaya skuad untuk bangkit.
Kebutuhan Modal untuk Keberlanjutan Operasional Garuda
Dalam laporan keuangan per 30 Juni, Garuda mencatatkan masalah modal kerja bersih negatif yang mencapai US$ 1.496.420.284. Ini menandakan bahwa jumlah liabilitas jauh melebihi total aset perusahaan, sekitar 123% dari total aset yang tercatat.
Dengan kebutuhan mendesak untuk mengatur ulang struktur permodalan, PMTHMETD ditargetkan untuk memperbaiki nilai ekuitas secara konsolidasi. Langkah ini juga bertujuan untuk meningkatkan likuiditas dan mengurangi total liabilitas, yang sangat penting untuk kelangsungan usaha.
Pentingnya Garuda di bidang transportasi dan konektivitas tidak bisa diabaikan. Perusahaan ini memiliki peranan vital dalam mendukung pergerakan baik barang maupun penumpang, yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi di dalam dan luar negeri.