Perkembangan industri perbankan di Indonesia terus mengalami dinamika yang menarik. Salah satu pelaku utama dalam sektor ini adalah PT Allo Bank Indonesia, yang baru-baru ini mengumumkan rencana buyback saham yang mencengangkan, di mana nilai buyback mencapai maksimum Rp119 miliar dari total alokasi sebelumnya.
Pada periode buyback, yang berlangsung dari 30 Oktober 2025 hingga 29 Januari 2026, perusahaan ini diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan investor. Dalam laporan keuangan terbaru, PT Allo Bank menunjukkan kinerja yang mengesankan dengan laba bersih yang mengalami pertumbuhan signifikan.
Kinerja keuangan yang menggembirakan ini menunjukkan bahwa bank digital semakin mencuri perhatian di pasar. Hal ini tidak lepas dari faktor pendapatan bunga, yang menunjukkan pertumbuhan yang stabil dan meningkatkan daya tarik investasi.
Rincian Rencana Buyback Saham PT Allo Bank Indonesia
Rencana buyback saham adalah langkah strategis yang diambil oleh PT Allo Bank untuk meningkatkan nilai sahamnya. Dengan mengalokasikan dana sebesar Rp119 miliar, bank ini berupaya untuk menarik perhatian investor dan meningkatkan likuiditas saham di pasar.
Proses buyback yang berlangsung selama tiga bulan ini diyakini akan memberikan dampak positif terhadap harga saham di hari-hari mendatang. Selain itu, program ini juga menjadi sinyal kuat bahwa manajemen perusahaan percaya akan potensi pertumbuhan bisnis kedepannya.
Pada periode yang sama, PT Allo Bank juga mencatatkan peningkatan signifikan dalam hal laba bersih, yang menunjukkan bahwa langkah ini diambil dalam konteks pertumbuhan yang berkelanjutan.
Kinerja Keuangan PT Allo Bank dalam Beberapa Tahun Terakhir
Dalam laporan keuangan per September 2025, PT Allo Bank mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp 379,88 miliar. Ini merupakan kenaikan yang signifikan, mencapai 25,54% secara tahun ke tahun.
Selain itu, pendapatan bunga bank digital ini juga mengalami kenaikan yang cukup impresif, dengan total pendapatan mencapai Rp 1,35 triliun. Ini menunjukkan bahwa bank berhasil mengoptimalkan pendapatannya serta mengelola biaya bunga dengan baik.
Permintaan kredit yang tumbuh juga menjadi faktor pendorong, membuat total aset bank meningkat kepada Rp 16,62 triliun. Peningkatan ini menunjukkan bahwa PT Allo Bank berhasil menarik minat masyarakat untuk memanfaatkan layanan perbankannya.
Dana Pihak Ketiga dan Likuiditas yang Meningkat
Salah satu indikator kesehatan finansial suatu bank adalah jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dikelolanya. Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, DPK PT Allo Bank tercatat mengalami pertumbuhan yang meledak, mencapai 78,15% year on year.
Peningkatan ini dipicu utamanya oleh pertumbuhan deposito yang sangat tinggi, mencapai 88,56%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin percaya pada layanan perbankan yang disediakan oleh PT Allo Bank.
Kenaikan yang signifikan dalam DPK ini telah menghasilkan penurunan rasio kredit terhadap simpanan (LDR) dari 148,85% menjadi 96,57%. Ini mendorong perusahaan untuk lebih agresif dalam pengelolaan likuiditas dan pinjaman.

