Jakarta mengalami lonjakan aktivitas di tempat penukaran uang pada Kamis, (25/9/2025). Kenaikan nilai tukar dolar mengakibatkan banyak warga yang berbondong-bondong menjual dollar demi mendapatkan keuntungan maksimal.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menunjukkan pelemahan yang signifikan. Data terbaru menunjukkan bahwa pada pukul 12.07 WIB, kurs rupiah berada di level Rp16.735 per dolar AS, mengalami penurunan sebesar 0,39% dibandingkan sebelumnya.
Beberapa pusat penukaran uang di Jakarta mencatat kenaikan harga jual dolar AS, yaitu mulai dari Rp16.835 hingga Rp16.875. Beberapa bank asing bahkan menawarkan harga yang lebih tinggi, mencapai Rp17.025 untuk setiap dollar yang diperdagangkan.
Petugas di salah satu money changer setempat, RN, mengungkapkan bahwa saat ini mereka menjual dolar AS dengan harga Rp16.875 dan harga beli di tingkat Rp16.655. Aktivitas transaksi sangat ramai hari ini, menunjukkan minat masyarakat yang tinggi untuk menjual dolar.
“Hari ini banyak orang yang menjual dolar, tetapi sedikit yang membeli. Sebab, harga dolar sedang meningkat,” jelas RN saat berbincang mengenai kondisi di lapangan.
Seorang pengunjung bernama AN, berusia 32 tahun, membagikan pengalamannya saat menjual dolar. Ia membandingkan antara rate penukaran di bank dengan di money changer, dan menganggap keduanya menawarkan kelebihan yang berbeda.
“Saya kebetulan baru saja menukar uang di bank, dan mendapatkan special rate yang cukup menarik. Namun, di money changer juga tidak kalah menarik harganya,” ujarnya memberikan pandangan mengenai nasib penukaran uang yang sedang berlangsung.
Salah satu money changer lainnya di kawasan Sudirman, Naga Money Changer, mematok harga jual dolar AS pada angka Rp16.835. Untuk harga beli, mereka menawarkan di level Rp16.645, menunjukkan persaingan yang cukup ketat di antara penyedia jasa penukaran uang.
Menurut Ekonom UOB Kayhian, Surya Wijaksana, pelemahan rupiah tidak terlepas dari keluarnya modal asing yang terus berlanjut. Ia juga mencatat peningkatan CDS yang menunjukkan risiko yang meningkat, sehingga memengaruhi kepercayaan investor.
“Kita bisa lihat bahwa arus keluar modal asing masih terus terjadi. Meski DXY berada di kisaran 97-98, kondisi pasar domestik tetap menjadi faktor besar dalam pelemahan ini,” tegas Surya.
Di sisi lain, Rully Wisnubroto, Ekonom Senior Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menekankan pentingnya kebijakan fiskal dalam kondisi ini. Kewaspadaan terhadap kebijakan fiskal yang diambil oleh pemerintah saat ini menjadi perhatian utama banyak ekonom.
“Kekhawatiran terhadap kebijakan fiskal Kementerian Keuangan yang dianggap terlalu agresif berimbas pada sensitivitas pasar. CD 5Y Indonesia menunjukkan tanda-tanda peningkatan, yang berarti risiko investasi turut meningkat,” paparnya.
Andry Asmoro, Ekonom Bank Mandiri, juga menambahkan bahwa lonjakan pada Credit Default Swap (CDS) menjadi indikator utama yang menunjukkan melemahnya persepsi risiko terhadap Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa investor semakin berhati-hati sebelum mengambil keputusan investasi.
Penyebab Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS
Beberapa faktor dapat menjadi penyebab utama dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Salah satunya adalah arus keluar modal asing yang terus menerus terjadi, yang menunjukkan kurangnya kepercayaan investor terhadap pasar domestik.
Selain itu, sentimen negatif di pasar keuangan global juga turut memengaruhi nilai tukar. Ketidakpastian ekonomi global biasanya akan berimbas pada kekuatan mata uang suatu negara.
Perubahan kebijakan pemerintah yang cepat dan sering dapat menciptakan ketidakpastian di antara investor. Mereka cenderung mencari tempat yang lebih aman untuk menempatkan modal mereka, yang berpotensi menambah tekanan pada kurs mata uang domestik.
Di samping itu, kondisi ekonomi domestik yang tidak stabil dan meningkatnya suku bunga di negara lain membuat para investor berpikir dua kali sebelum berinvestasi di Indonesia. Hal ini juga menyebabkan situasi pasar menjadi tidak kondusif dan berisiko.
Investor sekuritas lokal seringkali mengalihkan investasi mereka ke pasar luar negeri yang dianggap lebih menguntungkan. Ini dapat menyebabkan peningkatan penguatan dolar AS sementara mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, melemah.
Dampak Pelemahan Rupiah Terhadap Ekonomi Domestik
Pelemahan rupiah tentu memiliki dampak yang luas terhadap ekonomi domestik. Satu di antaranya adalah naiknya biaya impor, yang sangat dirasakan oleh sektor industri yang bergantung pada bahan baku dari luar negeri.
Ketika nilai rupiah melemah, barang-barang impor menjadi lebih mahal. Hal ini dapat berimbas pada lonjakan harga barang di pasar domestik, dan pada gilirannya membuat inflasi meningkat.
Selain itu, bagi perusahaan yang memiliki utang dalam dolar AS, mereka akan mengalami kesulitan lebih besar dalam membayar utang tersebut. Hal ini dapat berujung pada masalah likuiditas yang lebih serius pada masa depan.
Dalam jangka panjang, melemahnya rupiah bisa menyebabkan pengurangan kepercayaan investor terhadap ekonomi domestik. Dampak ini mungkin tidak hanya terbatas pada sektor moneter, tetapi juga dapat merembet ke sektor-sektor lain yang terkait, seperti perdagangan dan investasi.
Ke depannya, perlu adanya kebijakan yang lebih hati-hati dan terencana agar pelemahan rupiah tidak berlarut-larut dan berimbas lebih parah pada ekonomi nasional.
Solusi untuk Meningkatkan Stabilitas Nilai Tukar Rupiah
Agar nilai tukar rupiah kembali stabil, beberapa langkah strategis bisa diambil oleh pemerintah dan bank sentral. Kebijakan moneter yang adekuat dan proaktif adalah salah satu solusi yang patut dipertimbangkan.
Pemangku kebijakan perlu mengawasi arus keluar modal dan melakukan penelitian yang mendalam untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan investor. Hal ini bisa menjadi langkah awal untuk memperbaiki sentimen pasar secara keseluruhan.
Di samping itu, diversifikasi perekonomian menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan ketahanan ekonomi. Dengan mengurangi ketergantungan pada sektor tertentu, risiko dari pelemahan aset asing bisa diminimalisir.
Pemerintah juga perlu membangun komunikasi yang baik dengan para investor. Menyediakan informasi yang transparan dan akurat akan membantu meminimalisir kekhawatiran di kalangan investor, serta meningkatkan kepercayaan mereka terhadap perekonomian.
Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan stabilitas nilai tukar rupiah dapat tercapai dan dampak negatif dari pelemahan dapat diminimalisir demi kesejahteraan ekonomi lainnya.