Menteri Keuangan Republik Indonesia, Purbaya Yudhi Sadewa, baru-baru ini memberikan proyeksi ambisius mengenai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Ia memperkirakan IHSG bisa mencapai level 36.000 pada tahun 2035, sebuah prediksi yang mengacu pada tren pertumbuhan ekonomi di tanah air yang berkelanjutan dan solid.
Purbaya menjelaskan bahwa untuk memahami proyeksi tersebut, perlu pendekatan jangka panjang daripada sekadar analisis teknikal jangka pendek. Sejarah IHSG yang dimulai dari level sekitar 300 pada tahun 2001 hingga 8.100 saat ini menjadi bukti nyata bahwa siklus pertumbuhan saham mengikuti siklus bisnis yang lebih luas di Indonesia.
Ketika menganalisis pergerakan IHSG, penting untuk mempertimbangkan fluktuasi yang terjadi di masa lalu. Dengan kisah naik turunnya IHSG, mulai dari mahasiswa berapada tahun 2001 hingga puncak yang dicapai pada 2018, terlihat bagaimana siklus bisnis dapat mempengaruhi pasar saham.
Proyeksi IHSG dan Pertumbuhan Ekonomi Jangka Panjang di Indonesia
Dalam penjelasannya, Purbaya menggarisbawahi pentingnya melihat siklus bisnis yang berlangsung di Indonesia. Ia mencatat bahwa dari pengalaman tersebut, IHSG biasanya mengalami kenaikan signifikan dalam kurun waktu tujuh hingga sepuluh tahun.
Siklus pertumbuhan saham seringkali tidak linier. Purbaya menegaskan bahwa dalam periode tersebut, IHSG mungkin meningkat sebanyak empat hingga enam kali lipat selama setiap siklusnya. Oleh karena itu, jika Indonesia mampu menciptakan kondisi bisnis yang berkelanjutan, bukanlah hal yang mustahil bagi IHSG untuk mencapai level yang lebih tinggi lagi.
Dengan IHSG saat ini berada di angka 8.100, potensi untuk mencapai angka 36.000 terasa lebih realistis. Untuk mencapai itu dibutuhkan kerjasama berbagai pihak dalam menciptakan lingkungan usaha yang mendukung pertumbuhan terus menerus.
Pertumbuhan Ekonomi yang Stabil dan Konsisten Menjadi Kunci
Purbaya menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam dekade terakhir berkisar sekitar 5%. Namun, ia optimis bahwa ke depan, Indonesia dapat mencapai pertumbuhan antara 6% hingga 8%.
Jika pertumbuhan ekonomi dapat dipertahankan di atas 6%, nilai IHSG diharapkan tidak hanya meningkat secara spekulatif. Purbaya menjelaskan bahwa pertumbuhan yang didorong oleh fundamental ekonomi yang kuat akan menghasilkan perusahaan yang lebih besar dan lebih kuat di pasar.
Ketahanan ekonomi sangat bergantung pada kemapuan pemerintah dan sektor swasta dalam menjalin kemitraan dan memperkuat pondasi ekonomi nasional. Ini mencakup investasi infrastruktur, peningkatan keahlian sumber daya manusia, dan inovasi yang berkelanjutan.
Pentingnya Membangun Fundamental Ekonomi yang Kokoh
Dalam pandangan Purbaya, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sangat penting agar IHSG mampu melaju lebih jauh. Hal ini karena mengandalkan spekulasi semata tidak memberikan jaminan atas pertumbuhan yang stabil.
Fundamental yang solid seperti pertumbuhan pendapatan perusahaan akan berkontribusi straight langsung pada kenaikan IHSG. Ketika perusahaan tumbuh, nilainya otomatis akan beranjak naik di mata investor, memberikan efek positif bagi pasar saham secara keseluruhan.
Oleh karena itu, penting untuk menciptakan kebijakan yang mendukung pertumbuhan jangka panjang. Para pemangku kebijakan harus berinvestasi dalam sektor-sektor yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi, dari infrastruktur hingga teknologi informasi yang semakin relevan di era digital saat ini.
Dengan pendekatan yang holistik ini, tidak hanya IHSG yang akan mendapatkan manfaat, namun juga perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Semangat untuk berinovasi dan beradaptasi terhadap perubahan pasar juga harus diintegrasikan dalam strategi pertumbuhan.
Mengingat sejarah yang menjadi penopang proyeksi ini, keputusan-keputusan yang diambil hari ini akan menentukan arah IHSG dan perekonomian Indonesia di masa depan. Dengan kemauan untuk berubah dan semangat kerja sama, harapan untuk mencapai 36.000 pada tahun 2035 semakin terbuka lebar.