Di tengah tantangan industri penerbangan yang kompleks, PT AirAsia Indonesia Tbk. melaporkan kerugian signifikan pada kuartal III tahun 2025. Kerugian periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat hingga mencapai Rp 985,4 miliar, mencerminkan kenaikan yang mencolok sebesar 64,6% dibandingkan dengan tahun lalu.
Dari laporan keuangan yang diumumkan, perusahaan ini mencatat bahwa pendapatan usaha hingga akhir September 2025 mencapai Rp 6,02 triliun, sedikit meningkat dari Rp 5,90 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Meski pendapatan mengalami kenaikan, total beban usaha juga bertambah menjadi Rp 6,49 triliun dari sebelumnya Rp 6,27 triliun.
Kenaikan beban usaha ini menjadi perhatian utama, terutama mengingat kerugian selisih kurs yang mencapai Rp 182,5 miliar. Sebelumnya, pada tahun lalu, perusahaan ini mencatat laba dari kegiatan operasional yang menunjukkan kinerja positif.
Analisis Kinerja Keuangan AirAsia di Kuartal III 2025
Dalam laporan tahunan ini, rugi usaha juga menunjukkan peningkatan yang signifikan. Rugi usaha kuartal III tahun ini tercatat sebesar Rp 466,6 miliar, melonjak dari Rp 366,6 miliar pada tahun sebelumnya, menunjukkan pergeseran negatif yang perlu diperhatikan.
Ditambah lagi, rugi selisih kurs dari aktivitas pendanaan memberi dampak yang cukup besar dengan jumlah Rp 178,8 miliar. Hal ini mengakibatkan rugi sebelum pajak menjadi Rp 982,5 miliar, meningkat dari Rp 596,5 miliar, menandakan situasi yang semakin sulit bagi perusahaan.
Total aset AirAsia pada akhir kuartal III 2025 menyusut menjadi Rp 5,6 triliun, dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2024 yang mencapai Rp 5,7 triliun. Penyusutan aset ini menandakan tantangan jangka panjang yang dihadapi dalam mempertahankan kinerja keuangan yang stabil.
Penyebab Utama Kerugian dan Dampaknya pada Operasional
Manajemen AirAsia merincikan bahwa volatilitas harga minyak dan fluktuasi kurs mata uang menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi kinerja keuangan mereka. Isu ini menjadi tantangan yang berkelanjutan dalam operasi mereka di sektor penerbangan yang sangat kompetitif.
Strategi mitigasi telah dipersiapkan untuk menghadapi tantangan ini, namun efek dari kondisi pasar yang tidak menentu tetap dapat mempengaruhi hasil akhir. Manajemen menekankan pentingnya efisiensi operasional untuk menyeimbangkan dampak dari volatilitas tersebut.
Mengingat dinamika yang ada, perusahaan memperkirakan bahwa proyeksi keuangan ke depan akan tetap dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Langkah-langkah proaktif untuk mengurangi dampak negatif diharapkan dapat membantu menjaga keberlanjutan operasional perusahaan.
Peluang dan Tantangan di Pasar Penerbangan Indonesia
Walaupun dihadapkan pada kerugian, manajemen AirAsia tetap optimis terhadap peluang pasar di Indonesia. Mereka mengakui bahwa meskipun jumlah pesawat yang beroperasi jauh lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi, peluang untuk berkontribusi dalam pemulihan sektor penerbangan sangat terbuka.
Permintaan untuk perjalanan udara di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat, didorong oleh populasi yang besar dan kebutuhan mobilitas yang tinggi. Keberadaan perusahaan seperti AirAsia dapat menjadi bagian penting dalam mengatasi kekurangan kapasitas yang ada saat ini.
Dalam pandangan manajemen, situasi ini menjadi tantangan sekaligus peluang. Dengan strategi yang tepat dan pemahaman mendalam mengenai pasar, AirAsia berharap dapat menciptakan dampak positif dan berkontribusi pada pertumbuhan industri penerbangan domestik.









