Jakarta, sebuah kota dengan sejarah yang kaya, memiliki banyak kisah tentang orang-orang berpengaruh yang telah membentuknya. Di antara mereka, Cornelis Chastelein muncul sebagai sosok yang menggabungkan kekayaan dengan kepedulian sosial, berbeda dari banyak yang lain pada zamannya.
Chastelein menghargai investasi sosial dengan cara yang unik, yakni membagikan tanah kepada masyarakat. Tindakan ini dapat menjadi inspirasi bagi individu kaya lainnya untuk bertindak lebih jauh dalam menolong sesama.
Angka ini terlihat jelas dalam kebijakannya yang merangkul banyak orang, menjadikan dirinya lebih dari sekadar orang kaya. Ia adalah contoh nyata bahwa keberuntungan dan kebaikan hati dapat berjalan beriringan.
Perjalanan Awal Cornelis Chastelein di Batavia
Chastelein lahir pada tahun 1658 dan memulai karirnya di Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) saat berusia dua puluh tahun. Dalam dua dekade, ia berhasil menduduki posisi penting dalam kongsi dagang yang terkenal ini, membuktikan kemampuan dan dedikasinya.
Gaji bulanannya yang berkisar antara 200-350 gulden di masa itu menempatkannya dalam posisi yang menguntungkan. Dengan keterampilan pengelolaan keuangan yang mumpuni, ia tidak menghamburkan uangnya, melainkan menginvestasikannya dalam pembelian tanah.
Tanah yang pertama kali dibelinya terletak di kawasan Weltevreden, yang kini dikenal sebagai Gambir. Investasi itu, yang ia terapkan untuk menanam tebu, menjadi langkah awal yang cerdas dalam membangun kekayaannya.
Perubahan Hidup Setelah Pensiun
Dua tahun setelah pensiun dari VOC, Chastelein memutuskan untuk membeli lahan lebih luas di Serengseng. Di tempat ini, ia membangun rumah besar dan mulai menjalani kehidupan baru sebagai tuan tanah. Ini menandai transisi penting dalam hidupnya, di mana ia berperan bukan hanya sebagai pemilik tanah, tetapi juga sebagai pemimpin komunitas.
Ia membawa serta tidak hanya keluarganya, tetapi juga 150 orang budak dari luar Jawa yang ia sayangi. Dalam pandangannya, mereka bukan sekadar pekerja, melainkan anggota keluarga yang berharga. Sikap ini mencerminkan komitmennya terhadap prinsip-prinsip hak asasi manusia.
Dengan membebaskan semua budaknya, Chastelein menunjukkan bahwa dia memahami tanggung jawab moral sebagai orang kaya. Dia tidak hanya memperkaya diri sendiri, tetapi juga membantu orang lain untuk mendapatkan akses terhadap kebebasan dan kesempatan.
Kedalaman Kepedulian Sosial Chastelein
Chastelein tidak hanya berfokus pada kekayaan, tetapi juga pada peningkatan kesejahteraan mantan budaknya. Dia memberikan mereka kesempatan untuk mengelola rumah dan perkebunan yang baru saja dibelinya, sehingga mereka bisa mandiri.
Dengan memfokuskan pada tanaman penghasil seperti tebu, lada, pala, dan kopi, ia membantu meningkatkan ekonomi lokal. Ini bukan hanya tentang profit, tetapi juga tentang menciptakan lapangan pekerjaan dan peluang bagi orang-orang di sekitarnya.
Keberhasilan ini membuatnya dikenal sebagai salah satu orang kaya terkemuka di Batavia. Namun, popularitas itu tidak membuatnya lupa akan tanggung jawabnya terhadap masyarakat.
Legasi Cornelis Chastelein dan Hikmah Dari Perjuangannya
Chastelein meninggal dunia pada 28 Juni 1714, tetapi warisannya terus hidup. Tiga bulan sebelum meninggal, ia menulis surat wasiat yang menegaskan keinginannya untuk membagikan hartanya kepada para mantan budaknya. Ini menunjukkan komitmennya untuk memastikan kesejahteraan mereka bahkan setelah ia tiada.
Dia tidak hanya ingin kekayaannya digunakan oleh keluarganya, tapi ingin mereka juga merasakan manfaatnya. Surat wasiatnya menjadi simbol harapan bagi banyak orang, memberikan inspirasi bagi mereka yang tersisa.
Mantan budak itu kemudian menggunakan lahan yang telah diberikan untuk menciptakan yang baru, termasuk memulai kota modern Depok. Langkah ini tidak hanya mengubah nasib mereka, tetapi juga membangun komunitas yang lebih berdaya dan mandiri.
Riwayat Cornelis Chastelein merupakan pengingat bahwa kekayaan dapat digunakan untuk tujuan yang lebih besar. Tindakannya mendorong kita untuk berpikir tentang tanggung jawab sosial kita sebagai individu yang beruntung di dunia ini. Masyarakat juga harus berupaya untuk tidak hanya mengejar kekayaan, tetapi juga memberikan kembali kepada masyarakat.