Investor asing kembali menunjukkan minat signifikan di pasar saham Indonesia dengan mencatatkan net buy sebesar Rp133,51 miliar di seluruh pasar dan mencapai Rp169,82 miliar di pasar reguler. Ini merupakan sinyal positif bagi pasar setelah sebelumnya mengalami aksi beli bersih yang cukup besar yakni Rp 1,34 triliun.
Keputusan Bank Indonesia untuk menahan suku bunga acuan di level 4,75% berlangsung serentak dengan adanya perubahan di pasar. Hal ini menjadikan beberapa saham favorit bagi para investor asing, khususnya sektor perbankan dan konsumer.
Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mencatat pembelian bersih asing terbesar dengan total Rp 235,05 miliar. Selain itu, saham dari Astra International (ASII) dan Petrosea (PTRO) juga diminati dengan masing-masing net buy sebesar Rp166,57 miliar dan Rp96,59 miliar.
Pergerakan Saham yang Menarik Perhatian Investor
Di antara saham-saham yang menjadi incaran asing, terdapat pula PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) yang raih pembelian bersih Rp49,34 miliar. Sektor ini semakin menarik pasca stabilitas suku bunga acuan, yang dianggap mendukung pertumbuhan konsumen.
Saham Imapack Pratama Industri Tbk. (IMPC) juga mencatatkan minat yang cukup baik dengan net foreign buy sebesar Rp46,32 miliar. Ini menunjukkan bahwa saham di sektor industri tetap menjadi pilihan banyak investor saat kondisi pasar fluktuatif.
Selain itu, PT United Tractors Tbk. (UNTR) mencatat Rp34,68 miliar dalam pembelian asing. Dengan berkembangnya infrastruktur di Indonesia, saham di sektor ini diharapkan dapat memberikan imbal hasil yang signifikan bagi para investor.
Pembahasan Mengenai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi sebesar 1,04% pada perdagangan terakhir, turun 85,53 poin ke level 8.152,55. Penurunan ini terjadi setelah keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang menahan suku bunga acuan.
Dari total saham yang diperdagangkan, sebanyak 321 saham mengalami kenaikan, sementara 349 saham lainnya mengalami penurunan. Dengan total nilai transaksi mencapai Rp 23,02 triliun, ini menunjukkan tingginya minat investor meski ada koreksi.
Seringkali, ketidakpastian di pasar dapat memengaruhi keputusan investor. Dalam hal ini, sektor properti dan industri menunjukkan penguatan meskipun mayoritas sektor lainnya mengalami koreksi.
Analisis Sektor dan Kinerja Saham
Mayoritas sektor perdagangan menunjukkan penurunan, dengan sektor barang baku, finansial, dan teknologi mengalami koreksi terberat. Ini tampak sebagai reaksi pasar terhadap langkah kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indonesia, yang terbilang konservatif dalam menghadapi inflasi global.
Saham-saham blue chip yang sebelumnya memimpin pertumbuhan sekarang menjadi pemberat kinerja IHSG. Hal ini menjadi perhatian bagi para investor yang memantau perkembangan pasar agar dapat menghasilkan keputusan yang tepat.
Dari 2.443 juta kali transaksi, ini membuktikan bahwa meskipun terjadi penurunan indeks, antusiasme investor tetap tinggi. Investor cerdas biasanya akan memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan akumulasi saham dengan harga lebih rendah.