PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mengumumkan perubahan signifikan terkait rencana penggunaan dana dari Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) dengan total mencapai Rp 23.670.819.000.000. Hal ini diperkuat oleh informasi terbaru yang dirilis melalui Bursa Efek Indonesia, menyatakan bahwa dana yang sebelumnya direncanakan sebesar US$ 1.846.320.636 kini disesuaikan menjadi Rp 23,6 triliun.
Tentunya, perubahan ini menarik perhatian banyak pihak, terutama para pemangku kepentingan dan investor. Dengan realokasi yang lebih jelas, Garuda Indonesia berharap dapat memperkuat operasi dan mempertahankan keberlanjutan perusahaan dalam menghadapi tantangan industri penerbangan saat ini.
Dari total dana yang diajukan, penggunaan untuk modal kerja dan operasional mencakup sebesar 36,78% atau setara dengan Rp 8.707.166.000.000. Dana ini akan digunakan untuk berbagai kebutuhan penting, termasuk pembayaran biaya perawatan dan perbaikan pesawat yang menjadi ujung tombak operasional maskapai.
Pembahasan Rincian Penggunaan Dana yang Terperinci
Dalam rincian rencana penggunaan dana, sebesar 7,7% atau sekitar Rp 1.822.731.000.000 berasal dari sumber lain yang diidentifikasi sebagai SHL. Porsi ini menunjukkan komitmen Garuda Indonesia untuk memastikan setiap elemen pendukung dalam operasional dapat berjalan dengan baik.
Sementara itu, 29,08% dari dana tersebut, yaitu sekitar Rp 6.884.435.000.000, akan dialokasikan untuk penambahan modal tunai pada pesawat tertentu. Penambahan ini direncanakan untuk dilaksanakan dalam periode tahun 2025/2026, tepat saat perusahaan membutuhkan pendorong pertumbuhan kembali.
Dengan adanya perjanjian terkait perawatan dan perbaikan pesawat, Garuda Indonesia mengharapkan kualitas layanan tetap terjaga. Perawatan ini akan dilaksanakan oleh GMF dan pihak MRO lainnya sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati dalam Perjanjian Induk Perawatan Pesawat yang ada.
Strategi Peningkatan Modal untuk Citilink
Sebagian besar dana, sekitar 63,22% atau setara dengan Rp 14.963.653.000.000, akan dialokasikan untuk peningkatan modal kepada Citilink. Hal ini dilakukan melalui konversi pinjaman pemegang saham menjadi modal dan setoran modal tunai, untuk menciptakan struktur keuangan yang lebih sehat.
Peningkatan modal ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan Citilink yang menjadi bagian penting dari ekosistem Garuda. Sambil menjaga stabilitas finansial, perusahaan mengingatkan pentingnya mitigasi risiko yang dihadapi dalam lingkungan yang sangat kompetitif.
Kegiatan peningkatan modal diharapkan berlangsung pada bulan Desember 2025, saat di mana pergerakan dan dinamika industri penerbangan mungkin memerlukan langkah strategis dan adaptif dari seluruh anggotanya. Dengan mengalokasikan porsi signifikan ke Citilink, Garuda Indonesia menunjukkan fokus pada pertumbuhan anak perusahaan tersebut.
Dampak Finansial dan Operasional bagi Perusahaan
Perusahaan berencana untuk menggunakan sekitar 47,45% dari total yang dialokasikan, yaitu setara Rp 11.231.128.000.000 untuk konversi SHL. Konversi ini memungkinkan Citilink untuk mendapatkan suntikan modal yang sangat dibutuhkan untuk menjalankan operasional secara lebih efisien.
Dari total dana tersebut, perincian lebih lanjut menunjukkan bahwa Rp 4.827.774.000.000 berasal dari konversi SHL, dengan tambahan setoran modal tunai mencapai Rp 6.403.354.000.000. Penggunaan dana ini dirancang untuk menutupi biaya perawatan dan operasional pesawat Citilink yang terus bertambah.
Di sisi lain, terdapat pula porsi yang akan dialokasikan untuk membayar utang pokok pembelian bahan bakar pesawat Citilink kepada Pertamina. Total Rp 3.732.525.000.000 atau 15,77% dari setoran modal tunai diarahkan untuk menyelesaikan utang yang telah mengikat perusahaan selama bertahun-tahun.
