CEO bank terbesar di Asia Tenggara, Tan Su Shan, telah mengeluarkan peringatan kepada para investor untuk bersiap menghadapi gejolak yang akan datang di pasar keuangan global. Dalam pandangannya, lonjakan valuasi saham di Amerika Serikat akan menjadi salah satu faktor pendorong volatilitas yang tidak dapat dihindari dalam waktu dekat.
Tan menegaskan bahwa pasar saat ini berada dalam fase yang penuh ketidakpastian, dan investor sebaiknya bersiap untuk menghadapi fluktuasi yang mungkin mengganggu portofolio mereka. Dia melihat bahwa tantangan ini dapat muncul dari berbagai sektor, termasuk ekuitas, suku bunga, dan pasar valuta asing.
Memperhatikan kondisi saat ini, Tan, yang menjabat sebagai CEO DBS sejak Maret 2025, mengindikasikan adanya kekhawatiran besar di kalangan investor terkait saham-saham teknologi besar di AS, yang dikenal sebagai “Magnificent Seven.” Valuasi tinggi dari saham-saham ini menimbulkan pertanyaan yang signifikan di kalangan para pengamat pasar.
Peringatan tentang Valuasi Saham di Pasar Global
Tan menyebutkan bahwa ada triliunan dolar yang terikat pada tujuh saham teratas, termasuk perusahaan-perusahaan besar seperti Amazon dan Apple. Dengan konsentrasi nilai yang sangat tinggi pada segelintir saham, risiko gelembung semakin meningkat, yang membuat investor bertanya-tanya tentang waktu mereka akan pecah.
Dalam forum Global Financial Leaders’ Investment Summit yang diadakan baru-baru ini di Hong Kong, Tan bukan satu-satunya yang menyuarakan kekhawatiran tersebut. CEO Morgan Stanley, Ted Pick, juga memberikan pandangannya, memperkirakan penurunan pasar sebesar 10%-20% dalam dua tahun ke depan.
Menurut Tan, meskipun koreksi pasar sering kali dilihat sebagai sinyal negatif, ia justru menganggapnya sebagai sesuatu yang sehat. Koreksi ini, katanya, adalah bagian alami dari dinamika pasar yang harus diterima oleh investor sebagai proses untuk mendapatkan keseimbangan baru.
Respon Terhadap Ketidakpastian Pasar
Pandangan Tan ini sejalan dengan banyak pendapat dari para pemimpin ekonomi global, termasuk yang datang dari Dana Moneter Internasional dan bank sentral di berbagai negara. Mereka menyoroti risiko yang muncul akibat harga saham yang semakin tidak realistis dan bisa berpotensi memicu ketidakstabilan pasar.
Lebih lanjut, Tan mendorong investor untuk memperkuat strategi diversifikasi dalam menghadapi risiko yang akan datang. Dalam suasana ketidakpastian global seperti sekarang, diversifikasi menjadi penting dalam mengelola risiko di berbagai aspek, dari portofolio hingga rantai pasokan.
Penguatan strategi diversifikasi ini juga memicu Tan untuk menekankan pentingnya memahami dinamika pasar yang lebih luas dalam konteks investasi. Dengan pengetahuan dan kebijakan yang tepat, investor dapat lebih siap untuk mengatasi tantangan yang dihadapi di pasar yang bergejolak.
Singapura Sebagai Tujuan Investasi yang Menjanjikan
Tan juga menyampaikan pandangannya bahwa Asia, khususnya Singapura, akan terus menjadi arah bagi para investor di masa depan. Menurutnya, Singapura memiliki banyak faktor menarik yang membuatnya menjadi lokasi yang ideal untuk investasi, seperti kestabilan politik dan sistem keuangan yang transparan.
Keunggulan hukum dan tata kelola yang baik di Singapura menambah daya tarik negara ini di mata para pemodal internasional. Kombinasi faktor-faktor ini menciptakan kondisi investasi yang aman dan menguntungkan bagi mereka yang mencari diversifikasi portfolio.
Tan menekankan bahwa tidak hanya keuntungan finansial yang harus diperhitungkan, tetapi juga faktor keberlanjutan dan hukum yang dapat mempengaruhi keputusan investasi. Dengan demikian, Singapura memang pantas dipertimbangkan sebagai tempat baik untuk berinvestasi ke depan.
