Emiten investasi yang dimiliki oleh Sandiaga Uno, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG), mengalami kerugian pada sembilan bulan pertama tahun 2025. Kerugian ini menjadi sorotan mengingat pada periode yang sama tahun sebelumnya perusahaan ini mencatatkan laba yang signifikan.
Laporan keuangan terbaru menunjukkan bahwa Saratoga membukukan rugi bersih mencapai Rp2,43 triliun. Angka ini mengejutkan, mengingat pada tahun lalu, perusahaan ini berhasil meraih laba sebesar Rp5,22 triliun dalam periode yang sama.
Penurunan kinerja keuangan ini sangat dipengaruhi oleh rugi investasi pada saham dan efek lainnya, yang mencapai Rp4,31 triliun. Pada tahun sebelumnya, perusahaan ini justru mendapatkan keuntungan yang mengesankan, yaitu Rp5,02 triliun.
Analisis Kinerja Keuangan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk.
Penurunan laba Saratoga tahun ini merupakan refleksi dari kondisi pasar yang tidak stabil dan tantangan ekonomi yang dihadapi banyak perusahaan. Di tengah situasi ini, penghasilan dari dividen dan bunga tercatat sebesar Rp1,41 triliun, menunjukkan upaya perusahaan dalam diversifikasi pendapatan.
Beban usaha perusahaan juga mengalami penurunan, dari Rp191,3 miliar menjadi Rp176,5 miliar. Di sisi lain, beban bunga menunjukkan tren yang berbeda, dengan meningkatnya nilai dari Rp107 miliar menjadi Rp132,9 miliar.
Secara keseluruhan, total aset PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. tercatat sebesar Rp52,84 triliun per 30 September 2025. Hal ini menunjukkan penurunan aset sebesar 9% jika dibandingkan dengan total aset Rp57,84 triliun pada akhir tahun 2024.
Perhitungan Total Liabilitas dan Ekuitas
Meski kerugian terjadi, total liabilitas perusahaan menunjukkan penurunan yang signifikan, yakni menjadi Rp3,68 triliun. Sebelumnya, di akhir tahun 2024, total liabilitas perusahaan mencapai Rp6,07 triliun.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu melakukan pengelolaan utang dengan lebih baik, meskipun dalam kondisi yang menantang. Total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan pun tercatat sebesar Rp49,13 triliun.
Ekuitas tersebut mengalami penurunan sebesar 5% dibandingkan dengan Rp51,75 triliun yang tercatat pada akhir tahun lalu. Penurunan ini perlu diwaspadai sebagai indikator kesehatan keuangan jangka panjang perusahaan.
Strategi untuk Menghadapi Tantangan di Masa Depan
Dalam menghadapi tantangan ini, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. perlu mempertimbangkan strategi baru yang lebih agresif. Diversifikasi investasi menjadi salah satu kunci untuk mengurangi risiko, terutama dalam pasar yang tidak stabil.
Perusahaan juga perlu meningkatkan transparansi dan komunikasi kepada para pemegang saham serta investor. Hal ini penting untuk membangun kembali kepercayaan dan memerangi stigma negatif yang mungkin timbul akibat hasil keuangan yang kurang menguntungkan.
Di samping itu, melihat kembali kebijakan dividen juga menjadi langkah penting. Mempertahankan pembayaran dividen yang wajar dapat menarik investor meskipun laba tidak optimal saat ini.
