Jakarta telah menjadi pusat perhatian di kalangan investor saham, terutama setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan performa yang mengesankan. Pada penutupan perdagangan terbaru, IHSG berhasil mencatatkan penguatan 0,36% dengan tambahan 29,38 poin, mencapai level tertingginya sebesar 8.169,28, sebuah pencapaian luar biasa bagi pasar modal Indonesia.
Pada hari yang sama, tercatat bahwa 280 saham mengalami kenaikan, sementara 401 saham mengalami penurunan, serta 119 saham tidak menunjukkan pergerakan. Dengan nilai transaksi mencapai Rp 28,74 triliun dan melibatkan 44,56 miliar saham, dinamika trading tersebut menunjukkan minat yang tinggi dari investor di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Penguatan IHSG sebagian besar didorong oleh sektor perdagangan yang didominasi oleh emiten blue chip dan konglomerat besar. Pasar merespons positif terhadap kinerja saham-saham di sektor ini, memberi sinyal bahwa kepercayaan investor terhadap ekonomi domestik semakin meningkat.
Perkembangan Terkini Saham dan Dampaknya Terhadap IHSG
Salah satu emiten yang menjadi perhatian utama adalah Prajogo Pangestu, yang menjadi pendorong utama dalam pergerakan IHSG. Saham Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) tercatat melonjak 24,72%, berkontribusi 18,15 poin terhadap IHSG, menunjukkan kepercayaan pasar terhadap kinerja perusahaan ini yang cemerlang.
Selain itu, saham Barito Pacific (BRPT) dan Chandra Daya Investasi (CDIA) juga mencatatkan kenaikan signifikan, masing-masing naik 3,5% dan 11,50%. Kontribusi keduanya terhadap IHSG juga tidak dapat diabaikan, dengan BRPT menyumbang 8,72 poin dan CDIA sebesar 7,04 poin dalam pergerakan indeks.
Tak hanya itu, saham milik Mochtar Riady, Lippo Multipolar Technology (MLPT), juga kembali mencetak rekor dengan menyentuh batas auto rejection atas, memberikan kontribusi 7,84 poin bagi IHSG. Menjelang penutupan perdagangan, emiten lain seperti BBRI, BBCA, dan BMRI juga turut memperkuat pasar modal.
Pentinya Data Ekonomi dan Rilis dari Bank Indonesia
Pekan kedua Oktober diprediksi akan menjadi periode yang padat bagi pelaku pasar, dengan berbagai rilis ekonomi yang diharapkan dapat mempengaruhi arah pergerakan IHSG. Data dari Bank Indonesia (BI) dan risalah rapat The Federal Reserve akan menjadi fokus perhatian, terutama dalam keadaan pasar yang penuh dengan ketidakpastian.
Pelaku pasar tentunya akan terus mengamati data cadangan devisa dan uang primer (M0) untuk bulan September 2025 yang akan dirilis oleh BI. Posisi cadangan devisa yang menunjukkan tren penurunan dapat memicu respon berbeda dari pasar yang lebih berfokus pada stabilitas bayar utang luar negeri pemerintah.
Selain itu, fluktuasi harga komoditas global, terutama pada logam berharga dan industri, akan menjadi faktor penentu lainnya. Kenaikan harga timah, misalnya, akan berdampak langsung pada emiten yang bergerak di sektor pertambangan dan ekspor.
Analisis Harga Timah dan Dampaknya Terhadap Pasar
Harga timah di pasar dunia mengalami lonjakan, didorong oleh kekhawatiran berkurangnya pasokan dari produsen utama seperti Indonesia dan Myanmar. Lonjakan harga ini menjadi perhatian penting, terutama bagi para pelaku pasar yang bergantung pada logam ini untuk kegiatan industri.
Pada perdagangan terbaru, harga timah di London Metal Exchange melonjak di atas US$37.500 per ton, mencapai titik tertinggi sejak April 2025. Ini menunjukkan potensi gangguan dalam pasokan, yang tentunya berpengaruh pada sektor terkait di Indonesia.
Pemerintah Indonesia juga telah mengambil langkah tegas dengan menutup sejumlah tambang ilegal, yang berkontribusi pada pengurangan pasokan global. Kebijakan tersebut mengindikasikan komitmen untuk menjaga stabilitas sektor pertambangan dan memberikan ruang bagi harga untuk meningkat.
Masuknya Dana Asing dan Prospek IHSG ke Depan
Tren masuknya dana asing ke pasar modal Indonesia semakin terlihat, setelah ada periode penjualan bersih yang signifikan di akhir September. Dalam dua hari perdagangan berturut-turut, dana asing tercatat sebagai pembeli bersih, yang merupakan indikasi positif bagi kepercayaan investor.
Pada hari Jumat, dana asing tercatat mencatat net buy hampir Rp 200 miliar, dan meningkat secara dramatis menjadi Rp 2 triliun dalam perdagangan terbaru. Kabar baik ini bisa memicu penguatan lebih lanjut bagi IHSG dan memberikan dorongan bagi momentum pasar ke depan.
Dengan meningkatnya perhatian investor asing, ada potensi besar bagi pasar modal Indonesia untuk terus berkembang, terutama ketika data ekonomi mendatang dapat memberikan sinyal positif. Hal ini berpotensi menarik lebih banyak investasi dan memperkuat posisi IHSG di tingkat regional dan global.