Bank Negara Indonesia (BNI) dalam laporan terbarunya menunjukkan kinerja yang mengesankan dengan pertumbuhan kredit yang mencapai 10,5% dibandingkan tahun lalu, menembus angka Rp812,2 triliun hingga kuartal III-2025. Angka ini mencerminkan peningkatan yang merata di berbagai segmen bisnis, mengindikasikan portofolio kredit yang semakin sehat dan berimbang.
“Pertumbuhan kredit BNI kini lebih seimbang di seluruh segmen, baik korporasi, menengah, maupun UMKM,” ungkap Direktur Finance & Strategy BNI, Hussein Paolo Kartadjoemena. Ia menambahkan bahwa pencapaian ini merupakan hasil dari efektivitas strategi pembiayaan bank dalam menjaga kualitas aset sambil mendorong pertumbuhan sektor produktif.
Kredit pada segmen korporasi mengalami kenaikan 12,4% secara tahunan, yang didukung oleh peningkatan pembiayaan untuk korporasi swasta, BUMN, serta institusi. Selain itu, kredit untuk segmen menengah juga tumbuh 14,3%, sementara kredit untuk UMKM non-KUR meningkat 13,9% hingga mencapai Rp46,3 triliun, menunjukkan komitmen BNI dalam memperkuat sektor riil dan mendukung kemandirian ekonomi nasional.
Analisis Pertumbuhan Pembiayaan BNI Hingga Kuartal III 2025
Dari sisi kredit konsumer, BNI mencatat pertumbuhan positif sebesar 9,6% yang mencapai Rp150,2 triliun. Hal ini didorong oleh tingginya permintaan untuk pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), personal loan, dan kartu kredit yang sangat diminati masyarakat.
Keberhasilan BNI juga terlihat dari sinergi yang terjalin dengan anak perusahaan, yang memperkuat ekosistem bisnis secara keseluruhan. Pertumbuhan kredit usaha di level grup menunjukkan angka signifikan, dengan kenaikan mencapai 15,3% menjadi Rp17,4 triliun.
Untuk menjaga kualitas aset dan profil risiko yang sehat, BNI terus memperkuat ketahanan keuangannya. Langkah ini termasuk pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang disiplin dan solid untuk menghadapi potensi risiko di masa mendatang.
Strategi Pengelolaan Risiko dan Kualitas Aset BNI
Hingga akhir kuartal III 2025, CKPN BNI tercatat mencapai Rp34,7 triliun, dengan rasio cakupan terhadap kredit bermasalah (NPL coverage ratio) yang sangat tinggi, yaitu 222,7%. Penguatan cadangan ini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai risiko kredit dan menjaga kestabilan finansial yang berkelanjutan.
BNI mengungkapkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL gross) tetap terjaga di kisaran 2,0%. Di sisi lain, Loan at Risk (LAR) juga menunjukkan perbaikan yang signifikan, kini berada di level 10,4%, menandakan kemampuan bank dalam mengelola risiko kredit.
Pada aspek permodalan, BNI memiliki rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) yang solid, mencapai 21,1%, termasuk Tier-1 Capital yang senantiasa tetap kuat. Likuiditas bank juga berada di level yang aman dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 86,9% dan angka lainnya yang menunjukkan stabilitas likuiditas yang baik.
Kinerja Keuangan dan Tantangan di Masa Depan
Sementara itu, di sisi keuangan, BNI mencatat laba bersih konsolidasi sebanyak Rp15,12 triliun hingga akhir September 2025. Meskipun mengalami penurunan 7,32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, pencapaian ini tetap menunjukkan daya tahan bank dalam menghadapi tantangan ekonomi.
Pendapatan bunga bank juga meningkat, mencatat angka Rp51,16 triliun, yang berarti ada kenaikan 4,77% dari sebelumnya yang mencapai Rp48,83 triliun. Ini menunjukkan bahwa meski ada tekanan dalam beberapa aspek, BNI masih dapat mempertahankan pertumbuhan positif di pendapatan bunga.
Dalam menghadapi kondisi ekonomi yang dinamis, BNI terus menyesuaikan strategi dan fokus pada pengembangan berbagai produk dan layanan. Hal ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan berkelanjutan dan memperkuat posisi BNI di pasar saat ini.
