Bank Indonesia (BI) melaporkan perkembangan kredit perbankan yang semakin positif hingga September 2025, dengan total kredit yang disalurkan mencapai Rp 8.051 triliun. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya, mencerminkan pertumbuhan yang kuat dalam sektor keuangan di Indonesia.
Perkembangan ini mendapat perhatian karena pertumbuhan tahunan (year-on-year/yoy) juga meningkat, dari 7% menjadi 7,2%. Hal ini mencerminkan optimisme di kalangan pelaku ekonomi dan dapat menandakan pemulihan yang berkelanjutan setelah tantangan yang dihadapi di masa lalu.
Total kredit yang disalurkan terdiri dari berbagai sektor, termasuk korporasi dan perorangan. Dalam hal ini, sektor korporasi mendapatkan porsi terbesar, menunjukkan bahwa dunia usaha mulai aktif kembali dalam merencanakan investasi dan pengembangan usaha.
Analisis Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Sektor dan Kategori
Penyaluran kredit untuk sektor korporasi mencapai Rp 4.461,1 triliun, menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan bulan sebelumnya. Pertumbuhan dalam sektor korporasi sebesar 10,5% yoy menggambarkan bahwa banyak perusahaan berusaha memanfaatkan berbagai peluang bisnis yang muncul.
Sementara itu, kredit yang disalurkan untuk individu mengalami pertumbuhan yang lebih moderat, yaitu 3,2%. Meskipun angka ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan di sektor korporasi, hal ini menunjukkan keinginan masyarakat untuk melakukan konsumsi yang lebih tinggi dalam kondisi ekonomi yang lebih baik.
Seiring dengan meningkatnya penyaluran kredit, terdapat juga variasi dalam jenis penggunaan kredit yang dikategorikan sebagai kredit modal kerja, konsumsi, dan investasi. Di antara ketiga kategori tersebut, kredit modal kerja masih mendominasi dengan total Rp 3.481,3 triliun.
Kredit untuk UMKM: Tantangan dan Peluang
Penting untuk mencatat bahwa penyaluran kredit kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga mengalami pertumbuhan, meskipun angkanya relatif kecil. Pada September 2025, nilai kredit untuk UMKM tercatat sebesar Rp 1.499,1 triliun.
Kredit UMKM pada skala kecil tumbuh sebesar 7,2% yoy, menunjukkan bahwa segmen ini tetap menjadi motor penggerak penting dalam perekonomian nasional. Namun, sektor mikro dan menengah justru mengalami kontraksi, yang menjadi tantangan bagi upaya pemberdayaan UMKM secara keseluruhan.
Dalam laporan BI dijelaskan bahwa kredit untuk skala mikro mengalami penurunan sebesar 4,2%, sementara credit untuk menengah terkontraksi sebesar 1,1%. Ini menunjukkan perlunya strategi yang lebih terarah untuk mendukung pertumbuhan sektor tersebut.
Peningkatan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga di Perbankan
Selaras dengan pertumbuhan kredit, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan juga mengalami peningkatan. Hingga September 2025, total DPK mencatat sebesar Rp 9.143 triliun, relatif meningkat dibanding bulan Agustus yang mencapai Rp 9.039,8 triliun.
Tabungan dan simpanan berjangka menjadi dua komponen utama dari DPK, yang tumbuh masing-masing sebesar 6,4% dan 5,8% yoy. Pengembangan ini mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan, yang mendukung stabilitas finansial di negara ini.
Dari sisi distribusi, DPK sebagian besar berasal dari sektor korporasi dengan nilai Rp 4.491,5 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan tetap berkomitmen untuk menempatkan dana mereka di perbankan, menandakan keyakinan terhadap prospek ekonomi.
