Harga minyak dunia mengalami penurunan pada Selasa pagi, mencerminkan kekhawatiran di pasar mengenai potensi kelebihan pasokan dan prospek permintaan yang lemah. Ketegangan yang semakin meningkat antara Amerika Serikat dan China turut menambah ketidakpastian bagi para pelaku pasar.
Saat ini, harga minyak mentah Brent tercatat di level $60,83 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada di angka $57,22 per barel. Penurunan harga ini menunjukkan gerakan negatif yang mencolok dari sehari sebelumnya, di mana harga Brent sempat mencapai $61,01 per barel.
Dalam satu minggu terakhir, harga Brent menunjukkan penurunan sekitar 2,3%. Ini adalah tren yang menggambarkan tekanan suplai global yang semakin besar dan mengkhawatirkan investor tentang ketersediaan minyak di pasar.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Minyak Global
Kekhawatiran di pasar semakin meningkat seiring dengan hubungan yang memanas antara Washington dan Beijing. Isu-isu seperti kesepakatan dagang dan tarif masih menjadi penghalang bagi perbaikan hubungan ini.
Presiden AS, Donald Trump, mengungkapkan harapan untuk mencapai “kesepakatan dagang yang adil” dengan China, tetapi hambatan terkait akses pasar dan teknologi tetap ada. Pertemuan yang direncanakan antara Trump dan Xi Jinping diharapkan dapat memberikan kejelasan, namun ketegangan tetap membayangi.
Satu lagi faktor yang perlu diperhatikan adalah proyeksi kenaikan stok minyak mentah di AS. Survei awal menunjukkan adanya peningkatan pasokan, yang jika dikonfirmasi akan menguatkan pandangan bahwa pasar akan mengalami surplus.
Penyebab Potensi Surplus dalam Pasokan Minyak
Selain itu, gangguan pasokan dari Rusia juga menambah kompleksitas situasi ini. Kilang Novokuibyshevsk milik Rosneft dilaporkan terpaksa menghentikan operasi akibat serangan drone.
Serangan lain yang terjadi pada fasilitas gas di Orenburg pun mengakibatkan Kazakhstan harus mengurangi produksi secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa masalah di sisi suplai dapat mempengaruhi pasar minyak secara global.
Presiden Trump juga mengingatkan bahwa India, sebagai pembeli utama minyak diskon dari Rusia, bisa menghadapi tarif besar jika tidak menghentikan impor tersebut. Ancaman ini dapat memperburuk ketidakpastian di pasar energi, khususnya bagi negara-negara Asia yang sangat bergantung pada pasokan minyak dari Rusia.
Ramalan Masa Depan Pasar Minyak Global
Dalam laporan terbarunya, lembaga International Energy Agency (IEA) mencatat bahwa pasar minyak dunia mungkin akan mengalami surplus hampir 4 juta barel per hari pada tahun 2026. Prediksi ini didorong oleh meningkatnya produksi dari negara-negara OPEC+ serta produsen non-OPEC lainnya.
Dengan proyeksi permintaan yang lemah, banyak analis memperkirakan bahwa kondisi ini dapat memperburuk fluktuasi harga minyak. Kelebihan pasokan dalam jangka waktu yang cukup panjang dapat membuat harga minyak terguncang.
Situasi ini memerlukan perhatian khusus dari para pelaku industri. Mereka perlu mengantisipasi potensi dampak dari kebijakan internasional dan perubahan dinamika pasar yang cepat.