Modus penipuan di era digital kini semakin canggih dan sulit dideteksi. Salah satu bentuk penipuan yang marak adalah pemalsuan identitas melalui media sosial dan aplikasi pesan instan untuk meraup keuntungan dari korban yang tidak curiga.
Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono, mengungkapkan pengalamannya ketika namanya dicatut oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Modus ini semakin berkembang dengan variasi cara yang lebih rumit dibandingkan sebelumnya.
“Banyak pihak yang mengaku sebagai saya, termasuk nama Sekda dan Wakil Bupati. Salah satu penipuan yang saya temui adalah melalui WhatsApp dengan klaim butuh uang untuk menjual mobil, sehingga meminta uang DP dari korban,” jelasnya saat acara Puncak Bulan Inklusi Keuangan 2025 di Purwokerto.
Sadewo menekankan pentingnya masyarakat untuk lebih cerdas dalam melindungi diri mereka sendiri dari risiko penipuan. Dengan kemajuan teknologi, potensi penipuan ini hanya akan terus meningkat, sehingga kewaspadaan menjadi suatu keharusan.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Eksekutif Pengawasan Perilaku Usaha Jasa Keuangan OJK, Friderica Widyasari Dewi, atau yang akrab disapa Kiki, juga berbagi pengalamannya mengenai penipuan berbasis kecerdasan buatan (AI). Dia mengisahkan bagaimana dia hampir tertipu dengan panggilan video dari seseorang yang mirip dengan temannya.
“Awalnya saya tidak menyadari, tetapi saat melihat gerak-geriknya yang tidak wajar, saya menyadari bahwa ini adalah penipuan. Mereka menggunakan wajah yang dikenal, tetapi tingkahnya tidak menyerupai teman saya,” ungkap Kiki.
Kiki mengungkapkan kekhawatirannya akan meningkatnya modus penipuan seiring perkembangan teknologi. Ia percaya bahwa jika masyarakat tidak berhati-hati, lebih banyak orang berisiko menjadi korban.
Dalam hal pencegahan, Kiki menjelaskan bahwa OJK sudah membentuk satuan tugas yang terdiri dari berbagai lembaga untuk menanggulangi aktivitas keuangan ilegal. Selain itu, terdapat Indonesia Anti Scam Center (IASC) yang beroperasi hampir selama setahun untuk membantu masyarakat.
“Hingga saat ini, korban yang melapor sudah mencapai hampir 300.000 dengan total kerugian mencapai Rp7 triliun. Ini menunjukkan betapa seriusnya masalah ini dan betapa pentingnya untuk segera ditangani,” tambah Kiki.
Meningkatnya Modus Penipuan Digital di Indonesia
Seiring dengan pertumbuhan teknologis, modus penipuan di ruang digital terus berkembang. Korban-korban baru sering kali datang dari individu yang kurang paham tentang bagaimana cara menjaga keamanan data dan identitas pribadi mereka.
Pihak berwenang menginformasikan bahwa jenis penipuan ini tidak hanya melibatkan permintaan uang, tetapi juga dapat berupa pengambilan data pribadi yang sensitif. Data ini kemudian disalahgunakan untuk keperluan yang tidak bertanggung jawab.
Penting untuk memahami bahwa modus penipuan ini bisa saja datang dari orang-orang terdekat. Situasi ini semakin memperumit kemampuan seseorang untuk menilai apakah suatu permintaan itu asli atau tidak.
Salah satu cara untuk melindungi diri adalah dengan selalu memverifikasi informasi yang diterima melalui langkah-langkah yang jelas. Misalnya, jika seseorang mengaku sebagai teman atau kolega, sebaiknya lakukan panggilan telepon atau pertemuan langsung untuk memastikan kebenarannya.
Mengetahui bahwa teknologi bisa disalahgunakan, masyarakat juga diharapkan lebih berhati-hati dalam membagikan informasi pribadi mereka di media sosial. Ini termasuk informasi seperti alamat, nomor telepon, dan foto yang dapat digunakan untuk penipuan.
Langkah Preventif untuk Menghindari Penipuan
Adopsi langkah-langkah pencegahan sangat penting agar masyarakat dapat melindungi diri dari ancaman penipuan. Pertama-tama, kenali sumber komunikasi yang Anda terima dan jangan langsung percaya tanpa verifikasi.
Penting juga untuk menggunakan kata sandi yang kuat dan berbeda untuk setiap akun yang Anda miliki. Langkah ini menjadi benteng pertama dalam melindungi data pribadi agar tidak mudah diakses oleh pihak yang tidak berwenang.
Kedua, dapatkan informasi terbaru mengenai modus penipuan dari berbagai sumber terpercaya. Hal ini akan memperlengkapi Anda dengan pengetahuan untuk mengenali tanda-tanda penipuan yang umum terjadi.
Pemanfaatan fitur keamanan yang ada di aplikasi media sosial seperti otentikasi dua langkah juga sangat disarankan. Ini akan menambah lapisan keamanan tambahan yang memperkecil kemungkinan akses tanpa izin ke akun Anda.
Akhirnya, jika Anda merasa ragu atau menjadi korban penipuan, segera laporkan kepada pihak berwenang. Melaporkan kasus tersebut akan membantu orang lain menghindari penipuan yang serupa di masa depan.
Pentingnya Edukasi dalam Menghadapi Era Digital
Pendidikan dan kesadaran masyarakat mengenai keamanan digital menjadi kunci untuk menghindari penipuan. Dengan pemahaman yang baik, masyarakat akan lebih mampu menghadapi berbagai risiko yang ada.
Program edukasi mengenai pengelolaan risiko keuangan dan deteksi penipuan harus terus diperkenalkan di semua tingkatan masyarakat. Baik di lingkungan sekolah, komunitas, maupun melalui media sosial.
Pihak berwenang dan lembaga keuangan juga berperan aktif dalam memberikan informasi yang transparan mengenai cara melindungi diri dari penipuan. Masyarakat harus didorong untuk tidak merasa malu melapor melalui layanan yang ada.
Ketika kesadaran ini meningkat, diharapkan jumlah penipuan dapat berkurang dan orang-orang lebih tanggap terhadap tawaran yang tidak masuk akal. Pengetahuan adalah senjata terkuat untuk menjaga diri dalam dunia digital yang penuh tantangan ini.
Akhirnya, komunitas dapat berperan dalam menjaga satu sama lain dengan saling berbagi informasi dan pengalaman terkait penipuan. Membangun jaringan dukungan adalah langkah positif dalam menghadapi ancaman ini pada masa mendatang.