Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) telah mengungkapkan rencana untuk memberikan pinjaman sebesar Rp 8,28 triliun kepada PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Pinjaman ini diharapkan membawa dampak positif dalam restrukturisasi finansial perusahaan baja tersebut, khususnya untuk pembiayaan modal kerja yang sangat dibutuhkan. Dengan kondisi keuangan yang belum stabil, suntikan dana ini menjadi langkah krusial.
Chief Operating Officer Danantara, Dony Oskaria, telah mengkonfirmasi bahwa dana yang diberikan akan digunakan secara efektif untuk mendukung operasional KRAS. Krisis yang dihadapi KRAS juga dipicu oleh kebakaran yang menghancurkan salah satu pabriknya, sehingga memerlukan perhatian dan upaya restorasi yang menyeluruh.
Proses restrukturisasi ini tidak hanya sekedar memberikan bantuan finansial, tetapi juga mencakup perbaikan pada manajemen dan model bisnis KRAS. Dony menyatakan bahwa Danantara berfokus pada analisis menyeluruh terkait berbagai aspek operasional perusahaan baja ini agar segala potensi kebangkitan dapat direalisasikan.
Penggunaan Dana Pinjaman untuk Kebutuhan Operasional
Dalam jangka pendek, pinjaman yang diajukan akan diimplementasikan dalam bentuk Pinjaman Pemegang Saham (PPS) sebesar US$ 250 juta. Dana ini akan digunakan untuk pembelian bahan baku utama yang meliputi slab baja, serta produk-produk lain yang mendukung proses produksi KRAS. Ini merupakan langkah strategis dalam menjaga kelangsungan operasional perusahaan dengan memastikan suplai bahan baku yang stabil.
Penggunaan dana tersebut disesuaikan dengan siklus konversi kas dari masing-masing fasilitas. Dengan demikian, KRAS diharapkan dapat meminimalkan waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan bahan baku, yang sangat krusial untuk efisiensi produksi.
Setelah pemenuhan awal, KRAS juga merencanakan untuk mengajukan permohonan tambahan pinjaman sebesar US$ 500 juta. Ini diperlukan untuk mendukung penyelamatan restrukturisasi perseroan guna memulihkan kondisi keuangan perusahaan setelah perjanjian dengan pihak perbankan.
Dampak Jangka Panjang bagi Krakatau Steel
Berdasarkan analisis yang dilakukan, melalui dukungan dari Danantara, proyeksi EBITDA KRAS dapat meningkat hingga US$ 31,9 juta. Hal ini menandakan bahwa suntikan modal tersebut akan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perusahaan dan para pemangku kepentingan. Dengan jaminan modal kerja, KRAS diharapkan dapat memenuhi kewajiban utangnya dengan lebih baik.
Perusahaan ini juga berfokus pada penguatan posisinya sebagai produsen baja nasional sekaligus meningkatkan daya saing jangka panjang perusahaan di pasar domestik dan internasional. Terutama pada dua unit produksi utama, yakni HSM dan CRM, yang diharapkan dapat menjadi pusat efisiensi dan profitabilitas tinggi.
Program efisiensi biaya yang diterapkan oleh KRAS bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk dan mengurangi biaya produksi. Dengan cara ini, mereka dapat bersaing dengan produk impor dan memperkuat daya tawar di pasar yang kompetitif.
Strategi untuk Meningkatkan Daya Saing dan Potensi Pasar
KRAS juga akan berupaya untuk memaksimalkan potensi pasar baja melalui strategi mix produk yang mengedepankan unique selling point (USP). Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan diferensiasi di pasar dengan menawarkan produk yang tidak mudah ditemukan dari pemasok domestik lainnya.
Dengan fokus pada eksistensi di pasar ekspor dan segmentasi mass market, KRAS berharap dapat meningkatkan margin keuntungan melalui penjualan produk yang memiliki permintaan tinggi. Strategi ini diharapkan dapat membawa dampak positif terhadap keseluruhan penjualan perusahaan.
Fokus pada efisiensi operasional dan pengembangan produk yang berkualitas adalah langkah kunci dalam merespons tantangan di industri baja. Dengan demikian, KRAS dapat terus beradaptasi dengan perubahan pasar dan memenuhi tuntutan pelanggan yang semakin beragam.