Bank Indonesia (BI) baru saja mengumumkan bahwa mulai 1 Januari 2026, publikasi data Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) akan dihentikan. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk memperkuat kredibilitas dan keandalan suku bunga acuan nasional dalam rupiah.
Untuk menggantikan JIBOR, BI mengusulkan penggunaan Indonesia Overnight Index Average (INDONIA) sebagai suku bunga acuan baru. INDONIA dihitung berdasarkan transaksi nyata pinjam-meminjam antarbank, yang diharapkan akan memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kondisi likuiditas pasar.
Pihak BI menyatakan bahwa adaptasi terhadap INDONIA akan menjadikan suku bunga pengukuran lebih objektif dan lebih dekat dengan kenyataan pasar. Hal ini diharapkan dapat membantu pelaku pasar dalam membuat keputusan keuangan yang lebih baik.
Selain itu, BI menegaskan pentingnya reformasi ini dalam konteks global. Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi, langkah ini sejalan dengan praktik terbaik yang diterapkan di seluruh dunia dan bertujuan untuk meningkatkan kedalaman pasar keuangan Indonesia.
Dari segi kesiapan, BI telah melakukan berbagai persiapan untuk memastikan transisi dari JIBOR ke INDONIA berjalan lancar. Sejak 1 Agustus 2018, INDONIA telah dipublikasikan bersamaan dengan JIBOR untuk memudahkan adaptasi pelaku pasar keuangan.
Pengumuman tentang penghentian JIBOR sudah dilakukan sejak 27 September 2024, dilengkapi dengan Panduan Transisi yang disusun oleh National Working Group on Benchmark Reform (NWGBR). Melalui panduan ini, diharapkan para pelaku pasar dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang akan terjadi.
Menurut survei yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penggunaan JIBOR sebagai acuan pada kontrak keuangan menunjukkan penurunan yang signifikan. Nilai kontrak yang jatuh tempo sebelum akhir 2025 yang menggunakan JIBOR telah turun hingga 67,7% dalam setahun terakhir.
Sebaliknya, kontrak yang menggunakan fallback rate—di mana suku bunga baru sudah dinegosiasikan—menunjukkan peningkatan sebesar 35,9%. Hal ini mencerminkan penyesuaian pelaku pasar terhadap perubahan yang sedang berlangsung.
Proses Transisi Menuju INDONIA Sebagai Suku Bunga Acuan
Proses transisi dari JIBOR ke INDONIA dipandang sebagai langkah signifikan dalam meningkatkan transparansi dan efisiensi pasar keuangan. BI berusaha untuk meyakinkan semua pihak bahwa penggunaannya dapat memberikan keuntungan jangka panjang.
Aktivitas di Pasar Uang Antarbank (PUAB) juga menunjukkan perkembangan yang baik, dengan rata-rata nilai transaksi mencapai Rp15,4 triliun per hari hingga pertengahan Desember 2025. Hal ini mencerminkan meningkatnya likuiditas dan partisipasi dari berbagai pelaku pasar.
Penggunaan INDONIA diharapkan tidak hanya memperkuat pasar internasional, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. BI berkomitmen untuk terus mendengarkan masukan dari pelaku pasar dalam proses ini.
Pihak BI juga menegaskan pentingnya komunikasi yang jelas dan terbuka selama periode transisi ini. Pelaku pasar diharapkan beradaptasi dengan sebaik-baiknya agar perubahan dapat berjalan tanpa kendala.
Keseimbangan antara kebijakan moneter dan partisipasi pasar menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi. BI berperan aktif dalam memastikan semua informasi terkait INDONIA tersebar luas dan dipahami oleh semua pihak.
Pentingnya Reformasi Suku Bunga Acuan di Indonesia
Reformasi suku bunga acuan ini merupakan bagian dari agenda yang lebih besar untuk memperkuat sistem keuangan Indonesia. Hal ini akan membawa Indonesia menuju standar yang lebih tinggi dalam tata kelola pasar keuangan.
Diberlakukannya INDONIA sebagai suku bunga acuan diharapkan dapat menjadikan pasar lebih kompetitif di kancah internasional. Dengan semakin banyaknya instrumen keuangan yang memanfaatkan INDONIA, hal ini akan meningkatkan daya tarik investor.
Para pelaku pasar diharapkan dapat mengambil manfaat dari transparansi yang lebih baik dan pengukuran yang lebih akurat. Dengan menghindari ketidakpastian yang kadang muncul dari JIBOR, INDONIA diharapkan dapat memberikan jalan yang lebih jelas bagi pengambilan keputusan keuangan.
BI berkomitmen untuk terus memonitor perkembangan ini dengan seksama. Melalui pemantauan yang ketat, BI dapat dengan cepat beradaptasi jika ada tantangan yang muncul dalam implementasi INDONIA.
Dengan reformasi ini, diharapkan Indonesia dapat menjajaki peluang baru dalam pasar keuangan global. Peningkatan kredibilitas dalam pengelolaan suku bunga acuan akan menjadi landasan bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan stabil.
Strategi Ke Depan untuk Memperkuat Ekosistem Pasar Keuangan
Kedepannya, BI berencana untuk memperkuat ekosistem pasar keuangan agar lebih resilient. Salah satu strategi adalah meningkatkan literasi keuangan di kalangan masyarakat dan pelaku pasar.
Pentingnya pemahaman yang lebih baik tentang INDONIA dan mekanismenya tidak bisa dianggap remeh. BI berkomitmen untuk menyediakan informasi dan edukasi yang jelas untuk semua pihak terkait.
Melalui kolaborasi dengan berbagai stake holder, BI ingin memastikan bahwa semua elemen dalam ekosistem pasar keuangan dapat berfungsi dengan baik. Hal ini juga mencakup koordinasi antara bank, lembaga keuangan, dan regulator.
Dalam konteks ekonomi yang dinamis, fleksibilitas dan adaptasi menjadi kunci. Seluruh pelaku pasar harus siap menghadapi tantangan selama transisi menuju INDONIA sebagai suku bunga acuan yang baru.
Dengan adanya keyakinan dan pemahaman yang kuat, diharapkan masyarakat dapat lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan pasar. Upaya ini berujung pada penguatan posisi Indonesia di panggung pasar keuangan global.