CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, baru-baru ini memberikan peringatan serius mengenai potensi masalah kredit macet yang mungkin menghantui pasar di Amerika Serikat. Peringatannya muncul setelah kasus-kasus yang melibatkan kegagalan perusahaan pembiayaan mobil Tricolor dan produsen suku cadang kendaraan First Brand, yang menunjukkan ada masalah mendasar yang lebih besar.
Menurut Dimon, kehadiran satu masalah sering kali mengindikasikan adanya masalah lain yang juga belum terdeteksi. Dalam pandangannya, dua kasus tersebut mungkin bukan yang terakhir, menciptakan keprihatinan yang lebih mendalam tentang stabilitas sektor keuangan.
Fenomena ini tidak hanya membatasi dampaknya pada perusahaan-perusahaan yang mengalami kegagalan, tetapi juga mengganggu kepercayaan investor dan menambah ketidakpastian di pasar. Saldo investasi dan perilaku kredit mulai menunjukkan tanda-tanda kekhawatiran yang lebih luas di seluruh sektor perbankan.
Indikasi Masalah di Sektor Perbankan AS yang Berkembang Pesat
Pada tanggal 16 Oktober 2025, saham sejumlah bank regional di AS mengalami penurunan signifikan sebesar 6%. Penurunan ini terjadi setelah dua bank kelas menengah, Western Alliance Bancorporation dari Arizona dan Zions Bancorporation dari Utah, menggugat untuk pemulihan pinjaman sebesar US$160 juta kepada jaringan dana investasi yang dituduh melakukan penipuan.
Tuduhan tersebut dengan cepat dibantah oleh Cantor Group, pihak yang memperoleh pinjaman. Hal ini menunjukkan bahwa skandal dan kontroversi telah menciptakan atmosfer yang lebih tegang di pasar perbankan.
Investor mulai menjadi lebih sensitif terhadap ancaman baru di sektor perbankan, terutama terhadap bank berukuran menengah, yang sering kali dianggap sebagai indikator kesehatan finansial menyeluruh. Keberadaan pendekatan hati-hati dalam memberikan pinjaman semakin mencolok.
Tekanan Pasar Pendanaan Antarbank yang Kian Meningkat
Adanya tekanan baru di pasar pendanaan antarbank semakin jelas terasa, dengan suku bunga pinjaman antarbank meningkat. Pada bulan Oktober, suku bunga ini tercatat sekitar 0,25 poin lebih tinggi dari suku bunga acuan The Fed, sebuah tingkat tertinggi dalam enam tahun terakhir.
Hal ini menandakan meningkatnya permintaan likuiditas di antara bank-bank, serta ketidakbersediaan mereka untuk meminjamkan dana dengan biaya rendah. Hal ini dapat memperburuk situasi bagi perusahaan yang membutuhkan pembiayaan.
Kondisi ini menandakan adanya kehati-hatian yang meningkat di kalangan bank-bank, dengan menyiratkan bahwa mereka mungkin menilai risiko lebih cermat sebelum mengeluarkan kredit baru. Ini bukanlah tanda yang baik untuk pertumbuhan ekonomi yang bergantung pada pinjaman.
Dampak Kredit Swasta Terhadap Pembiayaan Korporasi di Tengah Krisis
Salah satu perhatian besar lainnya adalah pengaruh dunia kredit swasta yang semakin meluas dalam pembiayaan korporasi. Kredit swasta kini menjadi bagian penting dalam mendanai perusahaan, terutama yang berukuran menengah dan berisiko tinggi.
Peran manajer aset dalam memberikan kredit ini kian menonjol, terutama sejak krisis keuangan 2007-2009. Memperhatikan dinamika tersebut, masalah dalam pasar kredit swasta dapat membawa dampak yang luas bagi perusahaan dan perekonomian secara keseluruhan.
Kenaikan suku bunga jangka panjang juga menambahkan risiko yang lebih besar pada neraca bank, menciptakan kerugian yang belum terealisasi atau unrealized losses. Ini dapat menjadi pemicu yang menghantui sektor perbankan jika kondisi ini tidak dikelola dengan baik.
Risiko Kerugian yang Belum Terealisasi dan Impikasinya
Pada tahun 2023, sektor perbankan sempat mengalami krisis kecil akibat isu kerugian yang belum terealisasi. Ketika Silicon Valley Bank mengalami kejatuhan, pemerintah AS mengambil langkah cepat dengan membolehkan bank untuk menilai obligasi pemerintah berdasarkan nilai nominal dan bukan berdasarkan nilai pasar yang jatuh.
Walaupun kerugian yang belum terealisasi telah menurun, nilai tersebut masih cukup besar. Dari US$690 miliar pada tahun 2022, jumlahnya telah terpangkas menjadi kurang dari US$395 miliar, tetapi masih menjadi risiko signifikan.
Dengan potensi pencairan pinjaman baru dalam jumlah besar ke depan, bank-bank harus sangat berhati-hati dalam mengevaluasi situasi mereka. Permasalahan ini telah membuat investor semakin cemas dan waspada terhadap tanda-tanda masalah yang mungkin muncul di pasar keuangan AS.
