Jakarta, pada hari Rabu yang lalu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau yang lebih dikenal sebagai BRI, mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Kantor Pusat BRI di Jakarta. Rapat ini dihadiri oleh jajaran Dewan Komisaris dan Direksi, di mana ada beberapa agenda penting yang dibahas, termasuk perubahan Anggaran Dasar Perseroan dan pendelegasian kewenangan terkait Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Tahun 2026.
Dalam RUPSLB tersebut, di agenda pertama, para pemegang saham sepakat untuk melakukan perubahan Anggaran Dasar Perseroan. Salah satu alasan utama dari perubahan ini adalah penyesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, terutama terkait dengan Undang-Undang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terbaru.
Perubahan Anggaran Dasar ini juga selaras dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai Konglomerasi Keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa BRI berkomitmen untuk terus mengikuti praktik terbaik dalam tata kelola perusahaan dan menjaga kepatuhan terhadap regulasi yang ada.
RAPAT JUMWANG MENETAPKAN KEWENANGAN PENGELUARAN TAHUN 2026
Agenda kedua dalam RUPSLB ini adalah pendelegasian kewenangan kepada Dewan Komisaris untuk menyetujui RKAP Perseroan tahun 2026. Dalam pendelegasian ini, perlu ada persetujuan tertulis dari Pemegang Saham Seri B Terbanyak sebelum keputusan diambil. Ini adalah langkah strategis yang diambil untuk meningkatkan kecepatan pengambilan keputusan dalam pengelolaan perusahaan.
Dengan adanya pendelegasian ini, diharapkan proses pengelolaan keuangan dan operasional BRI dapat berjalan lebih efektif dan responsif terhadap perubahan yang mungkin terjadi di pasar. Ini sejalan dengan visi BRI untuk menjadi salah satu bank terdepan dalam memberikan pelayanan terbaik kepada nasabah.
Sementara itu, agenda ketiga menyajikan perubahan susunan pengurus Perseroan. Hal ini penting agar struktur manajemen dapat beradaptasi dengan kebutuhan dan tantangan yang berkembang. Susunan pengurus yang baru diharapkan mampu membawa inovasi dan kreatif dalam menjalankan operasional perusahaan.
DAFTAR DIREKSI DAN KOMISARIS BARU BRI
Susunan baru Direksi dan Komisaris BRI telah diumumkan, antara lain Kartika Wirjoatmodjo sebagai Komisaris Utama. Selain itu, terdapat juga Parman Nataatmadja yang menjabat sebagai Wakil Komisaris Utama/Komisaris Independen, serta beberapa komisaris lainnya yang mengisi posisi penting.
Di jajaran Direksi, Hery Gunardi ditetapkan sebagai Direktur Utama, dengan Viviana Dyah Ayu Retno Kumalasari sebagai Wakil Direktur Utama. Kehadiran para pemimpin ini diharapkan mampu mendorong kinerja Perusahaan ke arah yang lebih baik.
Direktur-direktur lainnya yang terpilih mencakup Kepala Unit Micro, Commercial Banking, serta Treasury and International Banking, yang semuanya memiliki pengalaman dan keahlian yang dibutuhkan. Ini adalah langkah yang sangat penting untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan BRI di masa mendatang.
PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN BRIL SEPANJANG TAHUN 2025
Hery Gunardi selaku Direktur Utama BRI mengungkapkan bahwa kinerja perusahaan hingga akhir tahun menunjukkan tren yang positif. Pertumbuhan kredit dan pembiayaan diperkirakan akan berada dalam target yang telah ditentukan, meskipun harus memperhatikan kondisi makroekonomi yang berfluktuasi.
Dari data yang didapat, tercatat bahwa total aset BRI saat ini mencapai Rp2.123 triliun, dengan pertumbuhan kredit dan pembiayaan di angka 6,26% secara tahunan. Ini merupakan hasil dari strategi pengelolaan risiko yang cermat dan efektif dalam menghadapi tantangan ekonomi global.
Dari sisi pendanaan, BRI juga menunjukkan kinerja yang baik dengan total Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp1.475 triliun, mengalami pertumbuhan sebesar 8,25% year on year. Mayoritas sumber dana ini berasal dari giro dan tabungan, yang memberikan keuntungan dari segi biaya dana yang lebih efisien.
INDIKATOR KESEHATAN ASSET BRIL
Kualitas aset juga menunjukkan hasil yang menjanjikan, dengan rasio Non-Performing Loan (NPL) berada pada level 3,1%. Ini adalah indikasi bahwa BRI sangat berhati-hati dalam mengelola risiko kredit, terutama di tengah dinamika perekonomian yang tidak menentu.
Adanya NPL Coverage yang mencapai 183,1% menunjukkan komitmen BRI dalam mempertahankan kualitas aset. Dengan ini, BRI berupaya untuk memastikan bahwa seluruh portofolio kredit dikelola dengan baik dan berkelanjutan.
Rasio Current Account and Saving Account (CASA) juga menunjukkan bahwa struktur DPK akan tetap didominasi oleh dana murah, yang penting untuk mendukung efisiensi biaya keuangan perusahaan. Semua indikator ini menggambarkan kesiapan BRI untuk tumbuh dan beradaptasi dengan tantangan yang ada.
