Mobil mewah yang digunakan oleh pejabat di Indonesia sering kali mengundang perhatian masyarakat. Fenomena ini mengingatkan kita pada sosok Mar’ie Muhammad, Menteri Keuangan di era Orde Baru yang dikenal dengan julukan Mr. Clean. Ia memiliki prinsip yang kuat dalam menjaga kesederhanaan meskipun menduduki jabatan tinggi.
Melihat pilihan mobilnya yang jauh dari kesan glamor, Mar’ie menjadi teladan bagi banyak orang. Ia rela menggunakan kendaraan pribadi berusia tua ketimbang mobil dinas yang lazim dipakai oleh pejabat sekelasnya.
Pengalaman yang ia alami saat menerima Bintang Mahaputra pada tahun 1996 mencuri perhatian. Para petugas keamanan di Istana Negara mengira bahwa ia bukan pejabat, hanya karena mobil yang dikendarainya tampak biasa.
Kesederhanaan dalam Penggunaan Kendaraan Pribadi: Pelajaran dari Mar’ie Muhammad
Mar’ie memiliki keyakinan yang kuat bahwa mobil dinas seharusnya hanya digunakan untuk urusan resmi, bukan kepentingan pribadi. Dengan menggunakan mobil tua, ia ingin menunjukkan bahwa dia tidak terjebak dalam pencitraan. Keputusan ini juga mengundang banyak tanya, mengapa seorang pejabat tinggi memilih untuk tampil sederhana?
Banyak orang terinspirasi oleh prinsip hidupnya. Dengan menggunakan kendaraan lama, Mar’ie mengisyaratkan bahwa kemewahan bukanlah sebuah kebutuhan, melainkan pilihan. Prinsipnya adalah bahwa efisiensi selalu lebih baik daripada bergaya.
Mar’ie Muhammad, yang kemudian menulis autobiografi mengenai hidupnya, ingin memberikan contoh bagi generasi mendatang. Ia menekankan pentingnya integritas dalam menjalani tugas sebagai pemimpin, bukan hanya dalam hal penggunaan kendaraan tetapi dalam semua aspek kehidupan.
Prestasi Mengagumkan di Dunia Keuangan
Saat menjabat sebagai Direktur Jenderal Pajak, Mar’ie mampu melampaui target penerimaan pajak yang awalnya hanya Rp9 triliun, meningkat menjadi Rp19 triliun. Hasil tersebut mencerminkan efektivitas kebijakan yang dia terapkan dan dedikasinya terhadap tugas yang diemban. Keberhasilannya tidak lepas dari strategi yang diusung dengan cermat dan terukur.
Ketika menjadi Menteri Keuangan, Mar’ie menghadapi banyak tantangan, terutama dalam menjaga keseimbangan anggaran. Dia memperlihatkan keahlian dan kehati-hatian yang luar biasa dalam mengelola keuangan negara. Pada tahun 1995, keberhasilan ini membuatnya mendapatkan penghargaan sebagai Menteri Keuangan Terbaik di Asia.
Mar’ie Muhammad bukan hanya seorang pejabat, tetapi juga seorang panutan yang menunjukkan bahwa kesuksesan bisa diraih melalui kerja keras dan prinsip yang kuat. Pencapaiannya dalam dunia keuangan menjadi pelajaran berharga bagi banyak orang, bahkan setelah pensiun dari dunia pemerintahan pada tahun 1998.
Warisan Kebajikan: Dari Dunia Politik ke Kemanusiaan
Setelah pensiun, Mar’ie tidak berhenti berkontribusi terhadap masyarakat. Ia memutuskan untuk mengabdikan hidupnya di bidang kemanusiaan dan anti-korupsi. Komitmennya untuk melawan korupsi menjadi contoh nyata bagi banyak orang. Ia percaya bahwa tindakan nyata lebih berharga daripada sekadar ucapan.
Mar’ie sering kali terlibat dalam berbagai kegiatan sosial, memberikan pandangan dan nasihat kepada generasi muda. Dengan cara ini, ia berharap agar nilai-nilai yang dia junjung bisa menular kepada orang lain. Kesederhanaan dan dedikasinya dalam membantu sesama menjadi bagian dari warisan yang ia tinggalkan.
Sosok Mar’ie Muhammad hingga kini diingat sebagai pegawai negeri yang berdedikasi. Tidak hanya dari prestasi yang diraihnya, tetapi juga dari integritas yang dia tunjukkan selama menjalankan tugas. Pengalaman hidupnya bisa menjadi landasan introspeksi bagi setiap individu yang bercita-cita untuk berkontribusi lebih baik bagi bangsa.
