Pada akhir Oktober 2025, harga minyak dunia mengalami pergerakan yang cukup menarik perhatian pasar. Penurunan harga ini terjadi setelah penguatan yang signifikan di sesi sebelumnya, dan pelaku pasar kini sedang menunggu dengan cermat hasil dari pertemuan penting antara pemimpin Amerika Serikat dan China.
Kondisi ini menciptakan suasana ketidakpastian di pasar global, terutama dalam konteks relasi dagang yang kian rumit antara kedua negara tersebut. Ekspektasi dari pertemuan ini menjadi kunci untuk melihat arah kebijakan ekonomi yang akan datang.
Di tengah pergerakan harga minyak yang fluktuatif, pasar terfokus pada dampak dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan bank sentral. Reaksi pelaku pasar terhadap berita-berita terbaru sangat memengaruhi sentimen harga minyak di hari-hari mendatang.
Analisis Pergerakan Harga Minyak di Pasar Global
Harga minyak Brent tercatat mengalami penurunan menjadi US$64,54 per barel. Hal ini berbanding terbalik dengan harga minyak WTI yang berada di level US$60,13 per barel, juga menunjukkan tren melemah dari angka sebelumnya.
Pelemahan harga ini memberikan indikasi bahwa pelaku pasar merasa ragu terhadap prospek jangka pendek. Terlebih, kondisi geopolitik dan kebijakan perdagangan antara AS dan China menjadi sorotan utama yang dapat mengubah arah pasar.
Selain itu, analisis lebih mendalam dari para ahli menunjukkan bahwa ketidakpastian di pasar energi ini juga dipicu oleh data ekonomi yang beragam. Investor pun semakin berhati-hati dalam mengambil keputusan terkait investasi di sektor energi.
Dampak Kebijakan The Fed Terhadap Harga Minyak
Kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat yang memangkas suku bunga menjadi salah satu faktor yang menarik perhatian pasar. Pemangkasan sebesar 25 basis poin ini memberikan angin segar bagi aset berisiko, termasuk komoditas minyak.
Walaupun demikian, The Fed mengungkapkan bahwa pemangkasan suku bunga lebih lanjut belum tentu akan dilakukan dalam waktu dekat. Ketidakpastian ini muncul akibat terbatasnya data ekonomi yang dapat diandalkan oleh mereka.
Claudio Galimberti, Kepala Ekonom di Rystad Energy, mencatat bahwa kebijakan ini membawa harapan baru untuk sektor komoditas. Hal ini penting karena bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan energi.
Stok Minyak Mentah AS dan Implikasinya
Laporan terbaru mengenai stok minyak mentah AS menunjukkan penurunan yang lebih besar dari perkiraan. Menurut data yang dipublikasikan, persediaan minyak mentah turun 6,86 juta barel menjadi 416 juta barel.
Penurunan ini mengindikasikan bahwa permintaan minyak mentah di AS masih cukup kuat meskipun terdapat banyak ketidakpastian di pasar. Hal ini dapat menjadi sinyal positif bagi harga minyak global ke depan.
Para analis mencatat bahwa pergerakan harga minyak yang stabil sangat bergantung pada bagaimana skenario perdagangan antara negara-negara besar akan berkembang. Untuk itu, perhatian pelaku pasar akan tertuju kepada perkembangan ini dalam waktu dekat.
