Menjelang akhir tahun 2025, Indonesia berada di tengah perubahan besar yang dipenuhi dengan dinamika penting. Berbagai peristiwa, seperti perubahan kabinet, peluncuran paket stimulus ekonomi, dan kebijakan moneter dari Bank Indonesia serta The Federal Reserve, memberikan sinyal optimis bagi perekonomian domestik yang bergerak ke arah yang lebih baik.
Dalam laporan terkini, Henan Asset menyoroti dampak dari kehadiran kabinet yang baru saja memasuki tahun kedua. Salah satu langkah strategis adalah reshuffle kabinet oleh Presiden Prabowo Subianto, di mana perubahan signifikan melibatkan penggantian Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dengan Purbaya Yudhi Sadewa, yang dianggap membawa angin segar dalam kebijakan fiskal.
Keputusan ini mencerminkan langkah politik untuk mengadopsi pendekatan pro-growth yang lebih agresif, berbeda dengan kebijakan disiplin ketat yang menjadi ciri khas era Sri Mulyani. Namun, awalnya, pasar menunjukkan respons hati-hati terhadap perubahan ini.
Kekhawatiran akan potensi volatilitas jangka pendek muncul, terutama terkait dengan rekam jejak Purbaya yang sebatas itu dalam kebijakan fiskal. Hal ini langsung mempengaruhi pasar keuangan, dengan nilai tukar rupiah yang sempat melemah dan yield obligasi pemerintah yang meningkat akibat perubahan tersebut.
Seiring berjalannya waktu, pandangan pasar mulai beralih. Pelaku pasar mulai memperhatikan peluang yang muncul dari kemungkinan kebijakan fiskal yang lebih ekspansif, terlebih Purbaya dianggap memiliki pengalaman yang baik dalam sektor investasi dan akan mempercepat realisasi belanja pemerintah.
Stimulus Ekonomi yang Agresif: Menuju Pertumbuhan yang Berkelanjutan
Dalam upaya menggerakkan perekonomian, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa segera meluncurkan paket stimulus ekonomi dengan total Rp200 triliun. Stimulus ini disalurkan ke Himpunan Bank Milik Negara (HIMBARA) melalui mekanisme yang dirancang untuk memperkuat likuiditas perbankan dan meningkatkan penyaluran kredit ke sektor produktif.
Dari total dana tersebut, sekitar 4% diarahkan untuk mendukung pinjaman kepada sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan bunga rendah. Dengan adanya program ini, diharapkan akan mampu menurunkan biaya dana dan mempercepat transmisi likuiditas ke masyarakat.
Pemerintah juga meluncurkan sejumlah program insentif, termasuk program magang untuk fresh graduates, keringanan pajak bagi rumah tangga berpenghasilan menengah, dan subsidi kredit kendaraan untuk pekerja informal. Langkah-langkah ini diharapkan dapat mendongkrak permintaan domestik dan merangsang pertumbuhan ekonomi.
Melemahnya penjualan ritel yang tercatat di level 117,2 pada Agustus 2025 menunjukkan adanya tantangan yang harus dihadapi. Dengan stimulus yang agresif, diharapkan perekonomian dapat mendapatkan kembali momentum dan mencapai target pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
RAPBN 2026: Pemantapan Strategi Fiskal yang Berorientasi Pertumbuhan
Pemerintah telah menetapkan belanja negara dalam RAPBN 2026 sebesar Rp3.842,7 triliun, meningkat 6,1% dibandingkan tahun lalu. Angka ini menjadi fondasi fundamental untuk program-program prioritas dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial.
Dengan pendapatan negara yang ditargetkan sebesar Rp3.153,6 triliun, serta Transfer ke Daerah senilai Rp692,99 triliun, kebijakan fiskal 2026 menunjukkan komitmen pemerintah untuk melakukan ekspansi yang terukur. Kementerian Keuangan berencana untuk melakukan pemantauan yang ketat terhadap serapan anggaran untuk memastikan efektivitas dan transparansi penggunaan dana.
Langkah ini penting untuk menjaga daya beli masyarakat, khususnya di tengah ketidakpastian ekonomi global. Dengan berbagai kebijakan yang terintegrasi, diharapkan bisa menjadikan perekonomian Indonesia lebih tangguh dan siap menghadapi tantangan di masa depan.
Penerbitan Patriot Bonds: Kolaborasi Investor untuk Energi Bersih
Dari sisi pendanaan, pasar obligasi domestik mengalami kemajuan dengan penerbitan “Patriot Bonds” senilai Rp50 triliun yang berhasil menarik perhatian investor institusi. Dengan kupon yang rendah dan tenor menengah, instrumen ini diharapkan mampu memfasilitasi proyek energi bersih yang menjadi prioritas nasional.
Dana hasil penerbitan akan digunakan untuk mendukung proyek-proyek infrastruktur strategis, serta transisi energi yang sejalan dengan agenda pembangunan. Proyek-proyek yang terfokus pada energi bersih diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap ketahanan ekonomi dan keberlanjutan jangka panjang.
Dengan rencana penyaluran dana yang dimulai pada akhir Oktober 2025, pelaksanaan proyek tersebut menjadi bagian dari upaya menciptakan kolaborasi antara pemerintah dan investor domestik. Hal ini menandakan langkah konkret dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan serta ketahanan energi.
Kebijakan Moneter: Sinergi Antara BI dan The Fed dalam Menghadapi Tantangan
Dalam langkah pro-growth yang sejalan, Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin menjadi 4,75%. Keputusan ini menciptakan momentum bagi pasar karena diumumkan lebih awal dibandingkan dengan The Fed yang menyusul mengumumkan pemangkasan suku bunga mereka.
Sinergi dalam kebijakan moneter ini diharapkan dapat meningkatkan likuiditas domestik dan mempercepat transmisi suku bunga kepada sektor riil. Meskipun demikian, ada potensi tekanan bagi nilai tukar rupiah akibat penyesuaian kebijakan yang berbeda dari negara lain.
Dengan kebijakan pelonggaran ini, diharapkan konsumsi dan aktivitas ekonomi dapat kembali pulih. Kombinasi pemulihan fiskal dan kebijakan moneter yang tepat menjadi kunci untuk merespons tantangan ekonomi yang ada saat ini.
Perspektif Bulan Oktober 2025: Menyongsong Implementasi dan Uji Kredibilitas
Bulan Oktober 2025 merupakan periode yang krusial bagi pasar domestik, di mana efektivitas pelaksanaan berbagai kebijakan dan program harus terasa. Patriot Bond Danantara dan tender infrastruktur “waste-to-energy” senilai Rp50 triliun menjadi indikator awal dalam menilai kredibilitas dan keberhasilan kebijakan pemerintah.
Dengan injeksi likuiditas Rp200 triliun dan penurunan suku bunga, harapannya bunga pinjaman akan menurun, dan pertumbuhan kredit akan meningkat. Arah kebijakan fiskal di bawah Menteri Keuangan baru juga akan menentukan sentimen pasar dan stabilitas arus modal di Indonesia.
Henan Asset mengisyaratkan bahwa bila ketiga kebijakan ini dapat berjalan beriringan, pasar bisa melanjutkan tren penguatan hingga akhir tahun. Ini akan membuka berbagai peluang investasi yang bermanfaat bagi investor.
Dalam menghadapi perubahan ini, penting untuk menavigasi arah kebijakan dengan strategi yang tepat. Henan Asset menekankan bahwa peran mereka tidak hanya berfokus pada mengejar peluang, tetapi juga pada pengelolaan risiko investasi untuk memastikan setiap langkah dapat memberikan hasil yang maksimal.