Kasus keracunan makanan di institusi pendidikan, terutama dalam program makanan gratis, menjadi perhatian serius akhir-akhir ini. Salah satu insiden yang menghebohkan terjadi di SMPN 1 Cisarua, Bandung Barat, pada 14 Oktober 2025, di mana puluhan siswa mengalami keracunan diduga akibat mengonsumsi ayam yang tidak layak.
Keracunan makanan umumnya disebabkan oleh infeksi yang berlangsung ketika bakteri atau zat berbahaya masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Gejala yang umumnya muncul mencakup sakit perut, muntah, dan diare, yang dapat terjadi beberapa jam hingga beberapa hari setelah konsumsi makanan tersebut.
Menurut Guru Besar Mikrobiologi Klinik, Prof. dr. Tri Wibawa, Ph.D., tidak semua kasus keracunan makanan memerlukan penanganan medis intensif. Namun, ada kalanya keracunan makanan dapat berdampak serius, terutama apabila tidak ditangani dengan cepat dan benar.
Pentingnya Penanganan Pertama Pada Keracunan Makanan di Sekolah
Dalam situasi darurat ketika siswa menunjukkan tanda-tanda keracunan setelah mengikuti program makan bergizi, penanganan pertama sangatlah krusial. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memastikan siswa mendapatkan cukup cairan untuk mengganti yang hilang akibat muntah atau diare.
Tri menekankan perlunya memberikan cairan yang mengandung elektrolit, hal ini bertujuan untuk mencegah dehidrasi yang bisa berakibat fatal. Seluruh tenaga pendidik harus siap memberikan bantuan pertama yang tepat agar kondisi siswa tidak semakin memburuk.
Muntah yang berkepanjangan memerlukan pendekatan yang hati-hati, dengan menyarankan siswa untuk mengonsumsi cairan sedikit demi sedikit. Apabila gejalanya semakin parah, disarankan untuk segera menghubungi petugas kesehatan terdekat untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Faktor Penyebab Keracunan Makanan di Program Makan Bergizi
Keracunan makanan dalam konteks sekolah dapat terjadi karena beberapa faktor, termasuk kualitas bahan makanan yang digunakan dan cara penyajiannya. Ketidakpahaman dalam pemrosesan makanan bisa berkontribusi terhadap risiko keracunan yang lebih tinggi.
Sistem higiene yang tidak memadai selama memasak juga menjadi salah satu penyebabnya. Pengawasan yang lemah dapat mengakibatkan bahan makanan terkontaminasi, sehingga meningkatkan peluang terjadinya keracunan.
Kesalahan dalam penyimpanan makanan juga tidak kalah penting, makanan yang disimpan pada suhu yang tidak tepat dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri berbahaya. Oleh karena itu, semua pihak terkait harus bekerja sama untuk memastikan bahwa prosedur keamanan makanan diikuti dengan ketat.
Upaya Prevencion untuk Mengurangi Risiko Keracunan Makanan
Pendidikan kesehatan bagi siswa dan tenaga pendidik sangat penting untuk mengurangi risiko keracunan makanan. Program sosialisasi mengenai keamanan pangan, termasuk bagaimana mengenali makanan yang aman untuk dikonsumsi, harus menjadi prioritas.
Pengawasan yang lebih ketat terhadap pemasok bahan makanan adalah langkah yang tidak kalah penting. Pemilihannya harus didasarkan pada reputasi dan rekam jejak dalam menyediakan bahan makanan yang segar dan aman.
Implementasi standar kebersihan yang tinggi dalam semua aspek penyajian makanan juga perlu diperhatikan. Semua tenaga kependidikan dan pihak yang terlibat dalam program makan bergizi perlu mendapatkan pelatihan yang memadai agar mereka bisa mengurangi risiko keracunan dengan maksimal.