Pasar Asia-Pasifik menunjukkan optimisme yang kuat saat dibuka pada Rabu (15/10/2025), meskipun berlawanan dengan tren penurunan yang terjadi di Wall Street. Ketegangan baru antara dua raksasa ekonomi terbesar, Amerika Serikat dan China, menjadi penyebab utama fluktuasi yang terjadi di pasar global.
Ketegangan ini muncul setelah Presiden AS mengkritik kebijakan perdagangan China, terutama terkait dengan pembelian kedelai yang dinilai tidak memadai. Pengumuman ini disertai dengan ancaman akan pemberlakuan embargo terhadap sejumlah komoditas yang menunjukkan bahwa situasi ini dapat memicu dampak lebih besar di pasar.
Investor veteran menyatakan bahwa ketidakpastian yang mengemuka mengakibatkan volatilitas tinggi dalam bursa global. Kondisi ini memberi dampak signifikan terhadap sentimen investasi, di mana harapan untuk memulihkan ekonomi global muncul namun tetap dibayangi oleh ketegangan tersebut.
Pergerakan Indeks Pasar Modal di Asia
Di Jepang, indeks konvensional Nikkei 225 mencatatkan peningkatan sebesar 0,3%, sementara indeks Topix melanjutkan penguatan hingga 0,75%. Peningkatan ini menunjukkan kepercayaan pasar meski situasi global masih belum sepenuhnya stabil.
Korea Selatan juga mengikuti tren positif ini dengan indeks Kospi melonjak sebesar 0,8%, sedangkan indeks saham berkapitalisasi kecil, Kosdaq, mengalami kenaikan serupa sebesar 0,83%. Keduanya menunjukkan adanya minat beli yang cukup kuat dari investor lokal.
Australia turut memperlihatkan semangat yang sama, di mana indeks ASX/S&P 200 naik 0,93%. Ini menandakan bahwa meskipun terdapat keraguan di bursa global, para investor di kawasan ini melihat peluang pertumbuhan yang menarik untuk dimanfaatkan.
Data Inflasi China dan Pengaruhnya terhadap Ekonomi
Pasar kini tengah menunggu data inflasi terbaru dari China untuk bulan September yang dijadwalkan diumumkan pada pagi hari itu. Data ini dianggap vital untuk menganalisa tekanan harga yang terjadi di tengah berbagai tantangan ekonomi yang dihadapi oleh negara yang menjadi pabrik dunia ini.
Setiap rilis data dari China selalu menarik perhatian investor global karena dampaknya dapat merembet ke banyak sektor. Ketidakpastian akibat ketegangan dagang membuat analisis terhadap data inflasi ini semakin krusial untuk memprediksi arah pergerakan pasar selanjutnya.
Selain itu, data inflasi dapat memberikan gambaran mengenai kesehatan ekonomi China yang berpengaruh besar terhadap pasar global. Jika inflasi menunjukkan kenaikan, dapat mengindikasikan tekanan pada daya beli masyarakat yang pasti berimplikasi pada pencapaian pertumbuhan ekonomi.
Kondisi Pasar di Amerika Serikat dan Respons Federal Reserve
Sementara itu, di Amerika Serikat, indeks S&P 500 mengalami penurunan sebesar 0,2%, yang menutup di level 6.644,31 setelah sebelumnya jatuh hingga 1,5%. Persentase ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat harapan, banyak investor yang masih cenderung hati-hati dalam mengambil keputusan.
Indeks Nasdaq juga melemah 0,8% hingga mencapai 22.521,70, setelah sempat mengalami penurunan hingga 2,1%. Namun, Dow Jones Industrial Average berhasil mencatatkan kenaikan sebesar 0,4%, atau 202,88 poin, menandakan bahwa segmen tertentu masih dapat bertahan di tengah ketidakpastian.
Ketua bank sentral, Federal Reserve, memberikan sinyal yang menunjukkan bahwa proses pengurangan neraca obligasi hampir mencapai akhir. Ini adalah langkah strategis yang dapat memberi stimulus lebih lanjut bagi pertumbuhan ekonomi di AS dalam menghadapi tantangan global yang ada.