Sejumlah bank sentral di seluruh dunia kini sedang meningkatkan kepemilikan emas mereka, suatu langkah yang melahirkan tanda tanya mengenai strategi moneter dan cadangan internasional. Di tengah tren positif ini, Bank Indonesia memutuskan untuk menjual bagian dari cadangan emasnya, beriringan dengan langkah yang diambil oleh bank sentral Rusia. Keputusan ini menimbulkan berbagai spekulasi tentang rasional di baliknya.
Data terbaru dari lembaga yang berfokus pada analisis pasar emas menunjukkan bahwa selama Agustus, tujuh bank sentral mengalami peningkatan cadangan emas. Sebaliknya, hanya dua bank sentral yang melaporkan penurunan dalam cadangan mereka, yang menggambarkan dinamika market yang menarik.
Penambahan cadangan emas ini menunjukkan kebangkitan kembali pola pembelian setelah sebelumnya cadangan emas global tidak mengalami perubahan signifikan pada bulan Juli. Tujuh bank sentral tersebut tercatat menambah cadangan mereka secara bersih sebanyak 15 ton sepanjang bulan Agustus 2025.
Pola Pembelian Emas oleh Bank Sentral di Seluruh Dunia
Bank Nasional Kazakhstan menjadi yang pertama menambah cadangan emasnya, membeli total 8 ton untuk meningkatkan kepemilikannya menjadi 316 ton. Peningkatan ini signifikan, menunjukkan pertumbuhan sekitar 32 ton dibandingkan dengan akhir tahun 2024. Strategi ini sejalan dengan upaya negara untuk memperkokoh cadangan mata uang dan aset berharga.
Dalam konservasi aset, Bank Nasional Bulgaria juga berhasil menambah cadangan emas sebesar 2 ton. Ini adalah catatan peningkatan bulanan terbesar sejak tahun 1997, menjadikan total 43 ton. Hal ini menunjukkan rasa percaya diri dari bank sentral dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global.
Selain itu, Bank Sentral Turki menambah cadangan emas resmi sebesar 2 ton, menjadikan total kepemilikan mereka menjadi 639 ton. Ini mencerminkan kebijakan proaktif pemerintah dalam mengelola cadangan emas sebagai bentuk perlindungan dari fluktuasi pasar internasional.
Keputusan Bank Sentral Besar dan Dampaknya terhadap Emas Global
People’s Bank of China juga telah melakukan pembelian sebanyak 2 ton emas, yang merupakan peningkatan berkelanjutan untuk bulan kesepuluh berturut-turut. Dengan total kepemilikan yang kini melampaui 2.300 ton, bank sentral ini tetap mengelola sekitar 7% dari total cadangan internasional. langkah ini mempertegas posisi Cina di pasar emas global.
Selanjutnya, Bank Sentral Uzbekistan juga mengikuti jejak ini dengan menambah cadangan emasnya sebanyak 2 ton, meskipun total cadangan mereka kini berada di 366 ton, yang 17 ton lebih rendah dibandingkan akhir tahun 2024. Hal ini menunjukkan tantangan yang dihadapi dalam mempertahankan cadangan di tengah ketidakpastian global.
Bank Nasional Ceko, juga yang tidak ingin ketinggalan, telah melakukan akumulasi stok emas dengan menambah 2 ton lagi. Dengan demikian, mereka telah melanjutkan rekor pembelian bulanannya selama 30 bulan dan sudah mencapai 65 ton. Target jangka panjang mereka adalah 100 ton emas pada akhir 2028.
Situasi Bank Sentral Rusia dan Indonesia di Tengah Tren Emas Global
Di sisi lain, keputusan Bank Sentral Rusia untuk menjual 3 ton emas dan Bank Indonesia yang menjual 2 ton menjadi perhatian utama. Penurunan cadangan emas Rusia diperkirakan berkaitan dengan program pencetakan koin yang sedang berlangsung. Situasi ini menandai perubahan strategi yang mungkin diambil berdasarkan kebutuhan moneter.
Bank Indonesia, yang juga merefleksikan keputusan serupa, menciptakan spekulasi mengenai pengelolaan cadangan dan strategi ekonomi makro yang lebih luas. Dengan menjual cadangan emas, Bank Indonesia mungkin berharap untuk meningkatkan likuiditas dan memperkuat nilai tukar rupiah dalam jangka pendek.
Langkah-langkah yang diambil oleh kedua bank sentral ini menunjukkan bahwa meskipun sejumlah bank lain memperkuat cadangan emas mereka, tidak semua bank sentral berkumpul dalam tren yang sama. Ini menciptakan dinamika pasar yang perlu dicermati oleh para investor dan analis ekonomi.