Jakarta – Emiten emas PT Amman Mineral Internasional (AMMN) telah mengungkapkan bahwa hingga Selasa (27/10), izin ekspor konsentrat dari anak perusahaan mereka, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), masih belum diterbitkan oleh Menteri Perdagangan. Ketidakpastian ini mengindikasikan perlunya pemantauan lebih lanjut terhadap proses administrasi izin yang dibutuhkan dalam sektor pertambangan.
Menurut informasi resmi yang disampaikan oleh AMMN, permasalahan ini muncul setelah fasilitas smelter AMNT terpaksa dihentikan sementara akibat kerusakan yang terjadi. Sejak akhir Juli 2025, banyak pihak yang menantikan kejelasan dan keputusan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang berwenang menerbitkan rekomendasi ekspor untuk mendapatkan persetujuan dari pihak perdagangan.
Di tengah ketidakpastian ini, pihak Kementerian ESDM menjelaskan bahwa mereka akan memberikan rekomendasi izin ekspor konsentrat tembaga kepada AMMN dalam waktu dekat. Hal ini memberikan harapan bagi perusahaan yang beroperasi di sektor yang sangat terregulasi ini.
Keadaan Kahar yang Mempengaruhi Proyek Smelter
Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM, Tri Winarno, menegaskan bahwa keputusan untuk memberi rekomendasi kepada AMMN didasarkan pada kondisi kahar akibat insiden kebakaran yang mengganggu operasional smelter. Penjelasan ini menunjukkan betapa pentingnya kondisi yang tidak terduga dalam menentukan kelangsungan izin usaha.
Menurut Tri, kebakaran yang terjadi di fasilitas milik AMMN sudah berlangsung cukup lama dan serupa dengan peristiwa yang pernah dialami oleh perusahaan besar lain dalam industri pertambangan, seperti PT Freeport Indonesia. Kejadian semacam ini memang bisa menimbulkan dampak besar terhadap produksi dan izin ekspor.
Pihak AMMN juga telah menyerahkan berbagai dokumen, termasuk laporan kepolisian dan klaim asuransi, untuk membuktikan bahwa mereka sedang dalam keadaan kahar. Langkah ini menunjukkan bahwa perusahaan berusaha memenuhi semua persyaratan melalui prosedur resmi untuk mendapatkan izin yang diperlukan.
Volume Ekspor dan Implikasinya bagi Perusahaan
Meskipun Kementerian ESDM bersedia memberikan rekomendasi, Tri Winarno mengatakan bahwa volume ekspor yang akan diberikan tidak begitu besar. Hal ini mungkin mencerminkan keadaan perusahaan saat ini yang masih terguncang akibat insiden kebakaran yang terjadi.
Pernyataan Tri bahwa “Nggak banyak. Tapi saya lupa angkanya” menunjukkan bahwa meski belum ada angka pasti yang dicantumkan, pemantauan terhadap situasi harus tetap lanjut. Hal ini penting untuk menjaga transparansi dalam aktivitas ekspor dan perizinan.
Keputusan ini tentunya memiliki implikasi signifikan bagi AMMN, yang sangat bergantung pada kelancaran operasional smelter mereka untuk menjaga posisi di pasar. Ketidakpastian dalam volume ekspor dapat mempengaruhi pendapatan dan strategi bisnis yang sudah direncanakan sebelumnya.
Pentingnya Sikap Proaktif dalam Menghadapi Krisis
Pengalaman AMMN menunjukkan bagaimana pentingnya bagi perusahaan untuk memiliki rencana darurat dan respons cepat terhadap insiden yang tidak terduga. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh keadaan kahar menuntut perusahaan untuk bersikap proaktif dalam menangani permasalahan dan memenuhi semua persyaratan administratif.
Kementerian terkait juga perlu memberikan dukungan yang cepat dan efisien dalam proses persetujuan izin, sehingga perusahaan bisa segera beroperasi kembali. Kecepatan pengambilan keputusan ini akan sangat menentukan keberlangsungan operasional dalam jangka panjang.
Krisis yang dialami oleh AMMN harus menjadi pelajaran bagi perusahaan lain dalam industri yang sama untuk mempersiapkan diri lebih baik ketika menghadapi risiko yang serupa. Dengan demikian, industri pertambangan dapat terus berkembang walaupun dalam situasi yang kurang ideal.
