Kawasan Sudirman Central Business District (SCBD) di Jakarta merupakan salah satu pusat bisnis yang paling terkenal dan bergengsi di Indonesia. Dengan gedung-gedung pencakar langit yang megah dan infrastruktur modern, SCBD menjadi simbol kemajuan dan prestise bagi para pengusaha dan masyarakat umum.
Ratusan perusahaan besar beroperasi di area ini, menjadikannya sebagai jantung ekonomi Jakarta. Dengan segala daya tarik yang dimiliki, banyak orang mungkin ingin tahu tentang latar belakang serta kepemilikan kawasan bisnis ini.
Menurut sumber resmi, SCBD dikembangkan oleh PT Danayasa Arthatama, perusahaan yang fokus pada sektor real estat dan properti. Perusahaan ini adalah anak perusahaan dari PT Jakarta International Hotels and Development Tbk (JIHD), yang dikepalai oleh Tomy Winata, sosok pengusaha sukses berketurunan Tionghoa.
Awal Mula Bisnis Tomy Winata dan Perjuangannya
Tomy Winata, yang juga dikenal sebagai tokoh penting dalam dunia bisnis, memiliki latar belakang yang cukup menarik. Dia tumbuh sebagai yatim piatu dan mengalami berbagai kesulitan di masa kecilnya, namun hal itu tidak memadamkan semangat juangnya.
Pada tahun 1972, Tomy memulai langkah pertamanya dalam dunia bisnis dengan mengerjakan proyek konstruksi untuk angkatan militer. Proyek pertama ini membuka jalan bagi lebih banyak peluang bagi Tomy untuk membangun hubungan yang kuat dengan pihak militer dan memperluas jaringan bisnisnya.
Dengan inisiatif dan dedikasinya, Tomy berhasil menciptakan kemitraan yang menguntungkan dengan sejumlah perwira, yang semakin memperkuat posisinya di dunia bisnis. Hal ini menjadi fondasi untuk perkembangan bisnismya selanjutnya.
Perkembangan Artha Graha Network dan Diversifikasi Usaha
Bersama mitranya Sugianto Kusuma, Tomy Winata membentuk grup bisnis yang dikenal sebagai Artha Graha Network. Kelompok bisnis ini telah berkembang pesat dan mencakup berbagai sektor yang sangat beragam.
Keberhasilan Artha Graha tidak hanya terlihat dalam sektor properti, tetapi juga mencakup keuangan, agro-industri, dan perhotelan. Selain itu, mereka juga melakukan diversifikasi ke berbagai bidang lainnya seperti media, hiburan, dan teknologi informasi.
Kepemimpinan Tomy di Artha Graha Network membantu perusahaan ini untuk tetap relevan dan kompetitif di pasar yang semakin ketat. Dengan jaringan bisnis yang luas, dia mampu mengambil keputusan strategis untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.
Perjalanan PT Danayasa Arthatama dan Status Bursa
PT Danayasa Arthatama memiliki perjalanan yang cukup menarik dalam dunia bisnis properti Indonesia. Perusahaan ini melantai di bursa saham pada tahun 2002 dengan menawarkan 100 juta lembar saham.
Saat itu, posisi Tomy sebagai Presiden Komisaris PT Danayasa Arthatama menunjukkan betapa pentingnya peran dia dalam pertumbuhan perusahaan. Namun, pada April 2020, perusahaan menyatakan hengkang dari lantai bursa setelah mendapatkan persetujuan untuk voluntary delisting.
Berpindah dari posisi publik ke swasta, Danayasa Arthatama tetap berkomitmen dalam pengembangan proyek-proyek properti yang berkualitas di SCBD dan area lainnya. Meskipun langkah ini membuat perusahaan tidak lagi terikat dengan publikasi di bursa, hal ini memungkinkan mereka untuk lebih fleksibel dalam bertindak.
Peranan JIHD dan Investasi di Sektor Perhotelan
JIHD, yang didirikan pada tahun 1969, juga memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hotel Borobudur yang merupakan pembuka operasionalnya menjadi salah satu ikonik n dalam industri perhotelan di Jakarta.
Sejak melantai di bursa pada tahun 1984, JIHD menjadi salah satu perusahaan yang terdaftar di Indonesia, menunjukkan keberhasilan dan stabilitas yang dimiliki. Tomy Winata, sebagai pengendali saham, memiliki kontrol signifikan terhadap kebijakan dan arah perusahaan.
Dengan kepemilikan sekitar 13,15% saham per 30 September 2025, Tomy menunjukkan komitmennya untuk terus berinvestasi dalam sektor perhotelan dan pariwisata, yang menjadi salah satu pilar penggerak ekonomi Indonesia.
Di luar sektor properti dan perhotelan, Tomy juga memperluas jangkauannya ke bidang keuangan dengan mendirikan PT Bank Artha Graha Internasional Tbk. Dikenal sebelumnya dengan nama PT Inter-Pacific Financial Corporation, bank ini kemudian melakukan merger dengan PT Bank Artha Graha pada tahun 2005.
Bank Artha Graha menjadi bagian penting dari portofolio bisnis Tomy. Dengan inovasi dan layanan yang ditawarkan, bank ini berupaya menjadi salah satu pemain utama dalam sektor perbankan di Indonesia.
Pada akhirnya, perjalanan Tomy Winata dari seorang yang pernah mengalami kesulitan menuju posisi salah satu pengusaha terkaya dan terkemuka di Indonesia memberikan inspirasi bagi banyak orang. Berkat dedikasi dan visi yang jelas, ia berhasil mengubah SCBD menjadi kawasan yang sangat diminati baik oleh investor maupun wisatawan.