Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan pada akhir perdagangan yang berlangsung pada hari Senin, 27 Oktober 2025. Penurunan ini menyentuh angka 1,87% atau sebesar 154,57 poin, menutup perdagangan di level 8.117,15, setelah sempat anjlok lebih dari 3,5% dan hampir meninggalkan level 8.000.
Pada penutupan sesi, terlihat adanya sebanyak 506 saham yang mengalami penurunan, sementara 234 saham mencatatkan kenaikan, dan 216 saham tidak bergerak. Nilai transaksi dari seluruh kegiatan perdagangan mencapai Rp 28,68 triliun, melibatkan 37,95 miliar saham dalam 2,85 juta kali transaksi yang terdata.
Dari sisi sektor, hanya sektor kesehatan yang mencatatkan penguatan, sedangkan sektor lainnya mengalami penurunan. Sektor energi menjadi yang paling terpuruk dengan penurunan mencapai -5,81%, diikuti oleh sektor bahan baku dan properti yang masing-masing turun -3,97% dan -3,93%.
Analisis Kinerja Saham di Bursa Efek Indonesia
Dalam analisis mendalam, beberapa saham besar di bursa menjadi faktor penentu turunnya indeks. Saham Dian Swastatika Sentosa (DSSA) menjadi penyumbang terbesar dengan kontribusi negatif mencapai -50,35 poin indeks. Saham ini mengalami penurunan 12,83% dan ditutup pada level 88.800.
Selain itu, saham milik Prajogo Pangestu juga memberikan kontribusi signifikan, dengan total penurunan -38,29 poin indeks. Meskipun demikian, ada perbaikan dibandingkan dengan sesi sebelumnya yang mencapai -61,78 poin indeks pada pagi hari.
Ekky Topan, seorang analis investasi dari Infovesta Kapital Advisori, mengungkapkan bahwa penurunan tajam pada saham Prajogo terkait dengan isu perubahan perhitungan MSCI. Meskipun isu ini belum menjadi kenyataan, dampaknya membuat investor merasa panik dan melakukan aksi jual secara besar-besaran.
Pengaruh Aturan Baru MSCI terhadap Saham Prajogo Pangestu
Pemahaman terkait perhitungan MSCI menjadi sangat kritis. Menurut Handiman, Managing Director Solstice, terdapat potensi bahwa saham yang dimiliki oleh perusahaan dan investor tertentu akan dihitung sebagai non-free float berdasarkan aturan terbaru. Hal ini berpotensi merugikan saham-saham tertentu yang memiliki struktur kepemilikan yang rumit.
Handiman menekankan bahwa definisi free float dari MSCI lebih adil karena mencerminkan proporsi saham yang benar-benar bisa diperdagangkan di pasar. Namun, ada cukup banyak saham di pasar yang tidak aktif diperdagangkan karena dikuasai oleh pihak tertentu, seperti pendiri perusahaan dan private equity.
Penurunan IHSG ini dianggap wajar oleh pihak regulator. Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, mengungkapkan bahwa dalam beberapa waktu terakhir, IHSG mengalami kenaikan pesat bahkan mencapai rekor tertinggi. Oleh sebab itu, penyesuaian seperti ini dinilai sebagai hal yang alami.
Sentimen Pasar dan Aksi Investor
Sentimen pasar saat ini dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal. Ketidakpastian mengenai peraturan baru dan dampaknya terhadap saham-saham tertentu memicu kekhawatiran di kalangan investor. Situasi ini menyebabkan mereka lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi.
Investor juga terlihat cenderung melakukan profit taking setelah melihat kenaikan sebelumnya yang signifikan. Banyak yang memilih untuk mengamankan keuntungan dengan menjual saham-saham yang sudah mengalami kenaikan harga. Ini merupakan bagian dari strategi investasi yang umum dilakukan saat pasar menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan.
Dalam menghadapi situasi ini, penting bagi investor untuk tetap tenang dan tidak terbawa emosi. Keputusan investasi yang didasarkan pada analisis yang mendalam dan pemahaman terhadap dinamika pasar akan menghasilkan hasil yang lebih baik dalam jangka panjang.
Tindakan Regulator untuk Menjaga Stabilitas Pasar
Berkaitan dengan perubahan aturan dan potensi dampaknya, pihak regulator berupaya untuk menjaga stabilitas pasar. Langkah-langkah untuk memperjelas dan mensosialisasikan aturan baru diharapkan bisa mengurangi ketidakpastian yang ada di kalangan investor.
Pihak regulator juga terus melakukan pengawasan untuk memastikan bahwa semua aktivitas bursa berjalan sesuai ketentuan yang berlaku. Dengan demikian, diharapkan kepercayaan investor bisa diperoleh kembali, sehingga bursa bisa beroperasi dalam lingkungan yang lebih stabil.
Dalam jangka panjang, jika semua pihak bisa beradaptasi dengan perubahan yang ada, pasar saham Indonesia memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang lebih baik. Penyesuaian yang dilakukan saat ini akan menentukan arah pasar di masa depan.
