Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto baru-baru ini mengungkapkan perkembangan pesat dari sistem pembayaran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Menurut beliau, dibandingkan dengan penggunaan kartu kredit, QRIS menunjukkan pertumbuhan yang jauh lebih signifikan di Indonesia.
Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah pengguna QRIS sudah mencapai 56 juta orang, jauh melampaui jumlah pengguna kartu kredit yang hanya sekitar 17 juta. Ini menunjukkan bahwa QRIS telah menjadi pilihan utama masyarakat dalam bertransaksi.
Kemudahan penggunaan dan kecepatan transaksi QRIS menjadi daya tarik tersendiri. Dengan QRIS, masyarakat dapat melakukan pembayaran hanya dengan memindai kode QR, sehingga memudahkan transaksi dalam berbagai konteks, baik di toko fisik maupun secara online.
Meningkatnya Pengguna QRIS dan Dampaknya terhadap Sistem Keuangan
Pertumbuhan pengguna QRIS sangat mengesankan, hal ini menandakan pergeseran signifikan dalam pola transaksi keuangan di Indonesia. Airlangga menjelaskan bahwa angka 56 juta pengguna adalah sebuah pencapaian yang mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap teknologi pembayaran yang terus berkembang.
Dibandingkan permintaan masyarakat akan produk keuangan tradisional, QRIS menawarkan komparatif yang lebih menarik. Hal ini menjadikan QRIS sebagai standar baru dalam sistem pembayaran, yang bahkan sudah menarik perhatian bangsa-bangsa lain di Asia.
QRIS tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat, tetapi juga bagi para pelaku usaha. Dengan sistem pembayaran ini, pelaku usaha dapat mempercepat proses transaksi dan mengurangi risiko kehilangan pendapatan akibat transaksi tunai yang tidak tercatat.
Standardisasi Internasional dan Ekspansi QRIS ke Berbagai Negara
QRIS telah diadopsi sebagai sistem pembayaran yang memenuhi standar internasional, memungkinkan transaksi lintas negara dengan mudah. Beberapa negara di Asia, termasuk Thailand, Malaysia, Singapura, dan Brunei, sudah terhubung dengan sistem ini, menunjukkan potensi global dari QRIS.
Ke depannya, target ekspansi QRIS mencakup negara-negara seperti Korea Selatan, China, dan Uni Emirat Arab. Langkah ini diambil untuk memperkuat kehadiran QRIS di pasar internasional, sekaligus meningkatkan kredibilitasnya sebagai sistem pembayaran yang diakui di dunia.
Pengembangan QRIS diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada mata uang asing dan meningkatkan stabilitas ekonomi domestik melalui transaksi yang lebih efisien dan cepat. Ini adalah kondisi ideal bagi ekonomi digital Indonesia untuk tumbuh secara berkelanjutan.
Kolaborasi ASEAN dalam Membangun Platform Pembayaran yang Lebih Kuat
ASEAN berencana untuk membentuk sebuah platform sistem pembayaran yang dapat memfasilitasi transaksi antarnegara. Inisiatif ini diperkenalkan oleh Singapura melalui usulan platform bernama Nexus, yang diharapkan dapat memperkuat integrasi ekonomi antarnegara anggota.
Airlangga menegaskan bahwa Indonesia harus berperan penting dalam pengembangan platform ini. Dengan kekuatan dan potensi pasar Indonesia, diharapkan platform yang dibangun dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi seluruh anggota ASEAN.
Dari perspektif ekonomi digital, diprediksi bahwa pertumbuhan sektor ini dalam waktu dua dekade ke depan bisa mencapai angka 15,5% hingga 19%. Ini adalah prospek yang cerah dan menggembirakan bagi semua pihak yang terlibat dalam pengembangan teknologi finansial di kawasan ini.
