Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang terus berlanjut meskipun menghadapi tantangan di tingkat global maupun domestik. Hal ini bertepatan dengan tren positif di pasar modal yang mencerminkan optimisme terhadap perkembangan ekonomi nasional.
Salah satu tokoh penting dalam acara CSA Awards 2025, Prof. Roy Sembel, mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia sedang berada dalam fase konsolidasi ekonomi. Setiap Kementerian dan Lembaga perlu lebih meningkatkan kinerja dan pengelolaan untuk mencapai target yang diinginkan.
Dia berharap, di tahun depan, semua program yang sempat tertunda dapat berjalan dengan lebih efektif. Dalam acara “Market Outlook 2026” yang diadakan oleh Perkumpulan Analis Efek Indonesia, Roy mencatat bahwa langkah-langkah deregulasi dan kebijakan strategis lainnya mulai membuahkan hasil yang positif.
Dengan ditunjang oleh berbagai faktor mendukung, Indonesia diprediksi akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih baik di masa depan. Sementara itu, jumlah investor ritel di pasar modal, menurut Analis Pasar Modal, Hans Kwee, juga menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Hans mencatat bahwa jumlah investor ritel di Bursa Efek Indonesia telah mencapai 19 juta orang. Ini adalah pertumbuhan yang cukup menarik, terutama setelah aliran dana sebesar Rp 200 triliun yang masuk ke perbankan yang turut menurunkan suku bunga.
Seiring dengan itu, transaksi di bursa juga menunjukkan kenaikan. Namun, ada dinamika yang menarik terkait dengan kepemilikan asing di pasar modal Indonesia, yang menunjukkan penurunan meski nilai investasi mereka meningkat.
Kepemilikan asing di pasar saham kini berkisar antara 40% hingga 47%, namun trendnya terus menurun. Ini menjadi indikasi bahwa investor asing sedang melakukan penyesuaian pada portofolio investasi mereka, meskipun mereka tetap berkontribusi signifikan dalam pergerakan bursa saham.
Masih menurut Hans, meskipun kepemilikan asing mulai berkurang, dampak investasi asing dapat menggerakkan bursa ke arah positif. Hasilnya, ketika investor asing menarik diri, Indeks Harga Saham Indonesia (IHSG) rentan terhadap koreksi, menunjukkan pentingnya kehadiran mereka di pasar.
Dari sisi pengawasan pasar modal, Edi Broto Suwarno, Kepala Departemen Pengawasan Lembaga Efek Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menekankan pentingnya menjaga kepercayaan dan stabilitas sebagai pilar untuk menghadapi tantangan di tahun 2026. Dia mengategorikan tahun yang akan datang sebagai periode penting bagi pemulihan dan konsolidasi pasar modal Indonesia.
Edi menyatakan komitmen OJK untuk memperkuat kepercayaan investor melalui pengawasan yang lebih baik dan kolaboratif. Komponen kunci yang perlu diperhatikan adalah memastikan prinsip kepercayaan dan ketahanan dalam menghadapi perubahan yang terjadi di pasar global.
Pentingnya kolaborasi antara regulator, pelaku industri, dan analis pasar modal juga menjadi sorotan. OJK berupaya membangun ekosistem yang transparan dan bermanfaat bagi semua pihak, sambil mendorong perluasan basis investor domestik.
OJK juga berfokus pada penguatan tata kelola lembaga efek dan meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi publik di pasar modal secara berkelanjutan dan membantu pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif di masa depan.
Dengan berbagai inisiatif dan langkah strategis yang diambil oleh pemerintah dan OJK, optimisme terhadap prospek ekonomi Indonesia di tahun-tahun mendatang semakin menguat. Ini menjadi landasan bagi semua pemangku kepentingan untuk saling berkolaborasi demi mencapai tujuan yang lebih besar.
