Pertumbuhan penyaluran kredit perbankan di Indonesia semakin melambat, menjauh dari target yang ditetapkan oleh otoritas moneter. Bank Indonesia menargetkan pertumbuhan kredit berada di kisaran 8% hingga 11%, namun realita menunjukkan angka yang jauh di bawah harapan tersebut.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa hingga Oktober 2025, pertumbuhan kredit hanya mencapai 7,36% secara tahunan. Angka ini menurun dari 7,7% pada bulan sebelumnya, menunjukkan adanya pergeseran dalam kondisi perekonomian.
Dalam konferensi pers yang diadakan setelah rapat dewan gubernur, Perry menjelaskan detail lebih lanjut mengenai perkembangan ini. Ia menekankan perlunya memahami faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan kredit untuk mengambil langkah-langkah perbaikan yang tepat.
Analisis Penyebab Pertumbuhan Kredit yang Lesu di Indonesia
Salah satu penyebab utama penurunan pertumbuhan kredit adalah kurangnya permintaan yang kuat dari pelaku usaha. Banyak perusahaan yang mengambil sikap menunggu dan melihat atau ‘wait and see’ dalam kondisi ini.
Selain itu, banyak korporasi yang lebih memilih untuk mengoptimalkan pembiayaan internal ketimbang mengandalkan pinjaman bank. Hal ini tentunya memengaruhi seberapa besar kredit yang bisa disalurkan oleh perbankan.
Di sisi suku bunga, meskipun Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan hingga 125 basis points, penurunan suku bunga kredit secara umum tidak berjalan cepat. Sampai Oktober 2025, suku bunga kredit hanya turun 20 basis points, dari 9,20% menjadi 9,00%.
Dampak terhadap Sektor UMKM dan Kredit Konsumsi
Penyaluran kredit kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga terdampak oleh kondisi ini. Pertumbuhan kredit UMKM tercatat mengalami penurunan, bahkan sebesar -0,11% dibandingkan tahun lalu.
Bank semakin berhati-hati dalam memberikan kredit, terutama kepada segmen konsumsi dan UMKM. Hal ini tercermin dari peningkatan persyaratan pemberian kredit yang membuat sejumlah usaha kecil kesulitan dalam mendapatkan modal.
Kondisi ini menunjukkan adanya risiko kredit yang tinggi dalam kedua segmen tersebut, sehingga perlunya strategi yang lebih baik untuk mengatasi tantangan ini. Dukungan dari pemerintah dan kebijakan yang lebih baik dari bank dibutuhkan untuk mengatasi masalah ini.
Upaya Mengatasi Tantangan dan Mendorong Pertumbuhan Kredit
Perry Warjiyo meyakinkan bahwa meskipun pertumbuhan kredit saat ini berada di bawah target, ada harapan untuk perbaikan di masa depan. Ia optimis bahwa hingga akhir 2025, pertumbuhan kredit akan berada pada batas bawah target 8-11% yang ditetapkan.
Ke depan, Bank Indonesia berencana untuk terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan lembaga keuangan lainnya. Upaya ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan kredit perbankan yang lebih baik serta memperbaiki struktur suku bunga yang berlaku.
Kebijakan pelonggaran likuiditas dan insentif makroprudensial juga diharapkan dapat memperkuat posisi bank dalam memberikan kredit. Diperlukan langkah penciptaan iklim usaha yang mendukung agar pelaku ekonomi merasa terdorong untuk berinvestasi kembali.
