Pada Kamis, tanggal 23 Oktober 2025, pasar saham Asia-Pasifik mengalami penurunan yang signifikan, dipicu oleh ketidakpastian yang menyelimuti hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China. Penurunan harga saham di Wall Street sebelumnya menciptakan dampak domino yang merugikan pasar di kawasan ini.
Berita terbaru menyebutkan bahwa pemerintahan Amerika Serikat, yang dipimpin oleh Donald Trump, sedang mempertimbangkan penerapan pembatasan ekspor terhadap produk-produk teknologi ke China. Kebijakan ini mengancam berbagai sektor, mulai dari perangkat keras komputer hingga produk-produk teknik tinggi seperti mesin jet, dan menyebabkan kekhawatiran di kalangan investor.
Langkah-langkah tersebut belum bersifat final dan masih dalam tahap diskusi, tetapi sudah cukup untuk memperburuk sentimen pasar yang sudah rentan akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi global. Di Jepang, indeks Nikkei 225 tercatat turun sebesar 1,35% menjadi 48.641,61, setelah mengalami penurunan dua hari berturut-turut.
Indeks Topix juga mengalami koreksi, turun sebesar 0,39% menjadi 3.253,78. Saham SoftBank, salah satu perusahaan terkemuka di Jepang, mengalami penurunan tajam sebesar 4,66% setelah melakukan pengumuman penerbitan obligasi dalam denominasi dolar AS dan euro.
Strategi SoftBank untuk menerbitkan obligasi senilai sekitar US$2 miliar serta obligasi hybrid senilai 750 juta euro menunjukkan upaya perusahaan untuk menjawab kebutuhan finansial mereka di sektor teknologi yang semakin tinggi. Dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi tersebut akan digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk investasi di era kecerdasan buatan yang tengah berkembang.
Indeks Kospi Korea Selatan dan Reaksinya terhadap Suku Bunga
Di Korea Selatan, indeks Kospi sempat mencatat rekor tertinggi sebelum akhirnya ditutup melemah pada akhir perdagangan Kamis. Penurunan ini terjadi setelah keputusan bank sentral setempat untuk mempertahankan suku bunga acuannya di level 2,5% sesuai dengan ekspektasi pasar yang sudah diprediksi sebelumnya.
Kospi ditutup pada level 3.845,56, mencatat penurunan sebesar 0,98%. Indeks saham berkapitalisasi kecil Kosdaq juga mengalami penurunan, melemah 0,81% menjadi 872,03. Di sisi lain, nilai tukar won Korea juga merosot sebesar 0,19% terhadap dolar AS, yang menyebabkan depresiasi hingga mencapai 1.434,70 per dolar.
Di Australia, indeks S&P/ASX 200 ditutup stabil di level 9.032,8, sedangkan indeks Hang Seng di Hong Kong meraih penguatan sebesar 0,57% menjadi 25.927,47. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan respons di antara pasar-pasar regional terhadap berita-berita yang beredar.
Optimisme dari Pasar India di Tengah Ketidakpastian Global
Sementara itu, pasar saham di India menunjukkan kecenderungan yang berbeda. Indeks Nifty 50 mengalami kenaikan sebesar 0,83%, dan indeks Sensex menguat 0,69% setelah kembali beroperasi usai liburan yang panjang. Hal ini menunjukkan adanya optimisme di kalangan investor terhadap prospek ekonomi domestik meskipun ketidakpastian global masih mengancam.
Kenaikan yang terjadi di kedua indeks tersebut memberi sinyal positif, bahwa investor di India tetap percaya dengan potensi pertumbuhan ekonomi meskipun ada ketidakpastian yang melanda pasar global. Namun, investor tetap harus waspada terhadap perkembangan yang terjadi di luar negeri yang dapat mempengaruhi sentimen pasar di dalam negeri.
Pada saat yang sama, bursa Wall Street telah menutup perdagangan dengan hasil yang buruk pada hari Rabu, yang semakin menambah tekanan di pasar Asia. Penurunan ini disebabkan oleh laporan kinerja keuangan yang tidak memenuhi ekspektasi dari beberapa perusahaan besar, seperti Texas Instruments dan Netflix.
Analisis Terhadap Kinerja Indeks di Pasar Global
Indeks Dow Jones Industrial Average mencatat penurunan 334,33 poin atau 0,71%, sementara S&P 500 melemah sebesar 0,53% menjadi 6.699,40. Penyusutan yang lebih tajam terlihat pada indeks Nasdaq Composite, yang anjlok 0,93% ke level 22.740,40. Reaksi ini mencerminkan kekhawatiran investor mengenai prospek laba korporasi yang semakin tidak menentu.
Pada titik terendah perdagangan, indeks Dow sempat kehilangan lebih dari 400 poin, yang setara dengan penurunan sekitar 1%. Ini menunjukkan bahwa pelemahan yang terjadi tidak hanya bersifat sementara, tetapi juga mencerminkan adanya kehati-hatian yang mendalam di kalangan investor.
Keadaan seperti ini memberikan pelajaran penting bagi investor untuk tetap berhati-hati terhadap risiko yang ada, terutama dari perubahan kebijakan perdagangan yang dapat memicu fluktuasi signifikan dalam pasar saham. Kebijakan perdagangan AS-China yang tidak menentu terus menjadi perhatian utama yang perlu diperhatikan oleh semua pihak terkait.
