PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, yang lebih dikenal dengan singkatan BNI, mengumumkan bahwa hingga akhir September 2025, mereka berhasil mencatat laba bersih konsolidasi mencapai Rp15,12 triliun. Meskipun angka ini menunjukkan penurunan sebesar 7,32% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, pencapaian ini tetap menunjukkan daya tahan yang kuat dalam mempertahankan kinerja keuangan di tengah tantangan global yang tidak menentu.
Dalam laporannya, BNI mencatat pendapatan bunga sebesar Rp51,16 triliun, mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 4,77% year on year (YoY). Pertumbuhan pendapatan ini menunjukkan upaya BNI dalam memperkuat posisi di pasar perbankan nasional melalui strategi yang tepat dan inovatif.
Direktur Utama BNI, Putrama Wahju Setyawan, menyampaikan keyakinannya bahwa strategi yang diterapkan fokus pada penguatan kualitas portofolio dan efisiensi dalam pengelolaan pendanaan sangat penting. Hal ini menjadikan BNI tetap tangguh menghadapi volatilitas yang ada, sambil tetap menjaga keseimbangan pertumbuhan di setiap segmen bisnis yang ada.
Keberhasilan yang dicapai BNI mencerminkan kemampuan organisasi ini untuk beradaptasi dengan perubahan dan tantangan yang dihadapi. Hal ini diungkapkan Putrama, yang menekankan pentingnya pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan sebagai pilar utama dalam cara BNI menjalankan operasionalnya.
Rasio Permodalan Stabil dan Likuiditas Terjaga
BNI juga menunjukkan rasio permodalan yang solid, dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 21,1%. Ini termasuk Tier-1 Capital yang tetap kuat, yang menunjukkan kemampuan bank untuk menjaga stabilitas keuangan dalam jangka panjang.
Likuiditas BNI menjaga tingkat aman, dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 86,9% dan Liquidity Coverage Ratio (LCR) di angka 167,4%. Selain itu, Net Stable Funding Ratio (NSFR) juga terjaga di angka 142,1%, menunjukkan pengelolaan dana yang prudent.
Hussein Paolo Kartadjoemena, Direktur Finance & Strategy BNI, menuturkan bahwa total penyaluran kredit hingga akhir September 2025 meningkat 10,5% YoY, mencapai Rp812,2 triliun. Ini mencerminkan pertumbuhan yang merata di seluruh segmen bisnis BNI, yang menunjukkan kesehatan portofolio kredit perusahaan.
Secara spesifik, kredit korporasi menunjukkan pertumbuhan 12,4% YoY, berkontribusi Rp450,7 triliun. Sementara itu, kredit untuk segmen menengah juga tumbuh 14,3% YoY, dan kredit UMKM non-KUR meningkat 13,9% YoY, menandakan komitmen BNI terhadap penguatan sektor riil.
Kinerja Positif Segmen Konsumer dan UMKM
Segmen konsumer BNI juga merasakan pertumbuhan yang positif dengan peningkatan sebesar 9,6% YoY, menjadi Rp150,2 triliun. Hal ini terutama didorong oleh pembiayaan KPR, pinjaman pribadi, dan kartu kredit yang menunjukkan permintaan yang kuat di pasar.
Kolaborasi dengan anak perusahaan BNI juga memberikan dampak positif terhadap ekosistem bisnis secara keseluruhan. Tercatat, pertumbuhan kredit usaha di level grup naik 15,3% YoY, mencapai Rp17,4 triliun, yang menunjukkan sinergi yang baik dalam memberikan layanan kepada nasabah.
Untuk menjaga kualitas aset dan profil risiko tetap sehat, BNI berupaya menguatkan ketahanan keuangannya. Pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) dilakukan secara disiplin dan solid untuk menghadapi potensi risiko yang terjadi di masa depan.
Hingga akhir kuartal III 2025, CKPN BNI tercatat sebesar Rp34,7 triliun, dengan rasio cakupan terhadap kredit bermasalah (NPL coverage ratio) mencapai 222,7%. Penguatan yang dilakukan secara selektif ini menunjukkan komitmen yang tinggi dalam mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi.
Strategi Digital dan Pertumbuhan Pendapatan Berbasis Komisi
Melihat perkembangan digital, BNI menerapkan strategi digital transaction banking yang agresif untuk menciptakan pertumbuhan yang kuat. Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 21,4% YoY, mencapai Rp934,3 triliun, sementara CASA meningkat 13,3% YoY menjadi Rp613,4 triliun.
Abu Santosa Sudradjat, Direktur Treasury & International Banking BNI, menjelaskan bahwa porsi dana murah ini berkontribusi pada struktur pendanaan yang lebih kuat dan pengurangan biaya dana, menjaga profitabilitas bank tetap sehat. Pertumbuhan tersebut juga didorong oleh strategi digital yang agresif yang meningkatkan pendapatan berbasis komisi.
Pertumbuhan fee-based income BNI tercatat meningkat 11% YoY, yang merupakan hasil dari akselerasi kanal digital, khususnya aplikasi wondr by BNI. Jumlah pengguna aplikasi ini melonjak dari 2,8 juta pada September 2024 menjadi 10,5 juta pengguna per September 2025.
Nilai transaksi melalui aplikasi wondr mencapai Rp783 triliun, dengan 866 juta transaksi tercatat selama periode yang sama. Ini merupakan bukti bahwa pendekatan digital BNI memberikan dampak signifikan pada kinerja keuangan mereka.
Sebagai tambahan, kanal BNIdirect untuk segmen korporasi telah mencatat nilai transaksi sebesar Rp8.080 triliun, tumbuh 26,7% YoY dengan volume transaksi naik 14,8% menjadi 1.061 juta. Pertumbuhan yang substansial ini turut memperkuat pendapatan berbasis komisi yang berkelanjutan.
